KUNINGAN (MASS) – Bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia pada Sabtu (17/10/2021) , Tim Riset Unisa Kuningan menggali potensi pangan lokal wilayah Ciayumajakuningan.
Hal itu dilakukan, selain sebagai peringatan World Food Day, juga dalam rangka penelitian.
Ketua Tim Riset Slamet Hadi Kusumah M T P menyebut penggalian potensi ini sejalan dengan tema hari pangan, yakni “Masa Depan Makanan Ada di Tangan Kita”.
Slamet menerangkan, pandemi Covid-19 menyebabkan kedaruratan dunia sejak awal tahun 2020.Risiko kelangkaan pangan menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan.
Karena hal itu, dia dan tim menilai program ketahanan pangan perlu diprioritaskan untuk menjamin ketersediaan bahan pangan yang sehat, bergizi, beragam, dan terjangkau.
“Program ketahanan pangan harus tetap bersinergis dengan program diversifikasi pangan lokal yang mempopulerkan potensi pangan lokal pada berbagai daerah di Indonesia tak terkecuali di wilayah Ciayumajakuning,” tuturnya.
Wilayah Ciayumajakuning, jelas Slamet, memiliki potensi komoditas pangan lokal yang cukup melimpah.
Selain padi, komoditas pangan tersebut meliputi ubi jalar, ubi kayu, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, hanjeli, porang, talas, dan lain-lain.
Ada juga komoditas local yang perlu dijaga seperti umbi garut, umbi gembili, umbi ganyong, suweg, kacang tunggak, kacang koro dan lainnya.
“Tahun 2021 ini kami memfokuskan pada pemanfaatan komoditas kacang-kacangan lokal menjadi sumber protein nabati,” sebut dosen Teknologi Pangan Unisa Kuningan tersebut.
Daikatakan, komoditas yang dimanfaatkan diantaranya adalah kacang hijau yang diambil dari wilayah Ciwaringin Kabupaten Cirebon, kacang merah dari Kabupaten Majalengka, dan kedelai dari wilayah Kabupaten Kuningan.
Dosen lain yang juga tim riset, Aisyah Nurkhopipah M Gz menjelaskan, umbi-umbian seperti kacang hijau, kacang merah, dan kedelai memiliki kandungan protein masing-masing sekitar 22%, 29%, dan 36%.
Kemudian makanan tersebut kaya asam amino esensial yang cukup lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, threonin, dan valin.
“Dari riset ini kami menghasilkan bubuk konsentrat protein kacang hijau, bubuk konsentrat protein kacang merah, dan konsentrat protein kacang kedelai dengan kadar protein bisa mencapai 80-90%,” tuturnya diamini tim riset lainnya, Ahmad Fikri S.Pd MT.
Aisyah menjelaskan, protein yang terkandung pada biji kacang-kacangan tersebut diisolasi dengan metode asam basa. Melalui metode tersebut, protein akan terpisah dari komponen lainnya dan membentuk endapan.
Modifikasi yang dapat dilakukan pada proses isolasi protein ini, kata Aisyah, menggunakan hidrolisis enzimatik yang diharapkan menghasilkan bentuk protein yang lebih sederhana.
Selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan metode spray drying agar menjadi bubuk konsentrat protein.
“Bubuk konsentrat protein kacang-kacangan ternyata memiliki manfaat dan kegunaan sebagai bahan tambahan pangan dan ingridien,” tuturnya.
Rektor Unisa Kuningan, Nurul Iman Hima Amrullah S Ag MSi, melalui Dekan Fakultas Teknik, Zaenal Gopur AS M Si mengapresiasi kegiatan tersebut.
Zaenal yang didampingi Ketua Prodi Teknologi Pangan Unisa Kuningan Suci Apsari Pebrianti STP M Sc menyebutkan, tim riset memberi contoh bagaimana berinovasi dan mengembangkan potensi pangan lokal yang ada di wilayah masing-masing.
Bubuk konsentrat protein ini memiliki manfaat dalam beberapa sistem pangan contohnya adalah sebagai pelarut minuman, bahan pengikat dalam produk olahan daging, campuran corned chicken, formula makanan bayi dan produk bahan berprotein tinggi (high protein food) seperti cookies, foodbar, biskuit, dan lainnya. (eki)