KUNINGAN (MASS) – Hari Kusta Sedunia (HKS) diperingati Pemkab Kuningan bersama NLR Indonesia hari ini, Senin (12/2/2024) ini sekaligus apel pagi di lingkungan Pendopo.
Nampak hadir dalam peringatan HKS tersebut, Kadinkes Provinsi Jawa Barat dr R Vini Adiani Dewi, Pj Bupati Kuningan Dr Drs H Raden Iip Hidajat M Pd serta semua unsur OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Kabupaten Kuningan berikut TP PKK.
Dalam kesempatan tersebut, Raden Iip menegaskan bahwa kusta harus dideteksi sejak dini dan diberikan pengobatan yang cepat dan tepat. Hal itu dilakukan agar penderita tidak sampai mengalami kondisi disabilitas.
āKita semua disini adalah dinas kesehatan – dinas kesehatan yang harus mampu mengambil peran sesuai dengan kapasitas masing-masing untuk eliminasi kusta dan konsekuensinya,ā ujarnya.
Peringatan HKS ini, dimanfaatkan oleh NLR Indonesia untuk menyampaikan apresisasi kepada Kabupaten Kuningan dalam upaya pencegahan penularan kusta, pengurangan stigma, serta mencapai zero leprosy.
āSudah sejak tahun lalu, NLR Indonesia mengembangkan Program Desa Sahabat Kusta melalui kerja sama Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Program ini akan melibatkan berbagai sektor, puskesmas, kader, tokoh potensial, fasilitator lokal, orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK), dan keluarga,ā ujar Direktur Eksekutif NLR Indonesia, Agus Wijayanto.
Ditempat yang sama, Kadinkes Kuningan dr. Hj. Susi Lusiyanti, M.M juga menjelaskan bahwa Kabupaten Kuningan sudah memiliki Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2023 tentang Penanggulangan kusta dan konsekuensinya.
āIni akan menjadi daya dorong dalam eliminasi kusta di Kuningan,ā ujarnya.
Susi menambahkan, Kabupaten Kuningan sebenarnya telah mencapai eliminasi kusta di 2017. Namun, penemuan baru kusta masih tinggi yaitu 109 kasus baru pada 2019. Meskipun pada 2020 dan 2021 kasus baru kusta hanya tercatat 33 karena ada pembatasan kegiatan di masa COVID-19.
Kusta sendiri, merupakan penyakit infeksi kronis disebabkan bakteri Mycobacterium Leprae yang mengakibatkan kerusakan kulit dan saraf, bahkan dalam taraf yang parah bisa menyebabkan kecacatan.
Gejalanya, dimulai dengan bercak-bercak terang atau kemerahan pada kulit, sampai mati rasa dan lemas. Kusta, di beberapa wilayah di Jawa Barat termasuk endemi.
Kadinkes Provinsi Jawa Barat, dr R Vini Adiani Dewi juga menekankan pentingnya pencegahan Kusta, supaya tidak menular ke pihak lain.
āKusta bisa dicegah yang penting tidak terjadi cacat, (kusta) bisa disembuhkan. Kebanyakan di kita, masyarakat kurang aware ketika ada bercak di kulit (apalagi tidak ada gatal),ā ujarnya didampingi Nunung Sumiati.
Kusta, kebanyakan baru disadari ketika komplikasi misal terlihat tangannya rapuh. Padahal, harusnya segera dideteksi sejak ada bercak di kulit.
Masalah lainnya yang timbul dari kusta, adalah adanya stigma buruk dari masyarakat. Tak jarang bahkan disebut sebagai penyakit kutukan. Stigma buruk itulah yang terus dilawan oleh pemerintah dan NLR Indonesia.
Kasi P2PM Dinkes Iud Sudarman, mengiyakan bahwa dari data yang ada, terdapat 130 desa berpotensi endemi kusta. Dan di Kuningan, ada 70-an penderita sakit kusta.
āProgram Desaku adalah program kemenkes yang kerjasama dengan pihak ketiga NLR itu adalah semacam yayasan internasional yang bergerak khusus Kusta. Kuningan jadi pilot project termasuk Bekasi untuk 2 tahun mendatang,ā ujarnya.
Di setiap desa, ada fasilitator yang berfungsi mengedukasi ke masyarakat tentang kusta. Termasuk penghapusan stigma negatif, bukan penyakit kutukan dan bisa disembuhkan. (eki)