SELAJAMBE (MASS) – Sebanyak 35 orang warga masyarakat Desa Jamberama, Kecamatan Selajambe, mendapat penyuluhan tentang STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), Stunting, dan Desa Siaga Covid – 19 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
Acara digelar di Aula Balai Desa Selajambe, Kamis (24/6/2021). Kegiatan ini masih dalam rangkaian TMMD ke 111.
Kepala Desa Jamberama, Suryaka menuturkan, selain sasaran fisik dari program TMMD Kodim 0615/Kuningan, warga Desa Jamberama juga mendapatkan kegiatan non fisik yaitu berupa penyuluhan – penyuluhan untuk kepentingan masyarakat.
“Terima kasih kepada TNI AD Kodim 0615/Kuningan yang telah membantu warga kami dalam program TMMD ke – 111 dengan membangun jalan penghubung ke Dusun Cisurian. Juga sasaran fisik lainnya,” ungkap Surayaka
Sementara itu, Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kabupaten Kuningan, Yayat Hidayat mengatakan, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.
“Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil.
Terlebih lagi, jika kondisi ini dialami oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun dan harus segera ditangani dengan segera dan tepat,” kata Yayat.
Dijelaskan Yayat, anak masuk ke dalam kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD). Penilaian status gizi yang satu ini biasanya menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO.
“Tubuh pendek pada anak yang berada di bawah standar normal merupakan akibat dari kondisi kurang gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Hal tersebut yang kemudian membuat pertumbuhan tinggi badan anak terhambat sehingga mengakibatkan dirinya tergolong stunting,” jelasnya.
Sehingga singkatnya, anak dengan tubuh pendek belum tentu serta merta mengalami stunting. Kondisi ini hanya terjadi ketika asupan nutrisi harian anak kurang sehingga memengaruhi perkembangan tinggi badannya.
Lantas, Apa Penyebab stunting pada anak?
Masalah kesehatan ini adalah hasil atau akibat dari berbagai faktor yang terjadi di masa lalu. Berbagai faktor ini misalnya asupan gizi yang buruk, berkali-kali terserang penyakit infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan lahir rendah (BBLR).
“Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja. Melainkan bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan,” imbuhnya.
Yayat menyebut, ada beberapa hal yang menjadi penyebab stunting pada anak yaitu, kurangnya asupan gizi selama hamil.
WHO sebagai Badan Kesehatan Dunia, menyatakan bahwa sekitar 20% kejadian stunting sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
Hal ini disebabkan oleh asupan ibu selama hamil yang kurang bergizi dan berkualitas sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.
“Oleh karena itu, penting untuk mencukupi berbagai nutrisi penting selama hamil.
Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat makanan balita saat masih di bawah usia 2 tahun yang tidak tercukupi.
Entah posisi menyusui yang kurang tepat, tidak diberikan ASI eksklusif, ataupun MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas,” terangnya.
Lebih jauh lagi, Yayat memaparkan, banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting.
Khususnya asupan makanan yang mengandung zinc, zat besi, serta protein ketika anak masih berusia balita.
“Melansir dari buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya sudah mulai berkembang saat anak berusia 3 bulan.
Proses perkembangan tersebut lambat laun mulai melambat ketika anak berusia 3 tahun,” paparnya.
Setelah itu, lanjutnya, grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus bergerak mengikuti kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah.
Ada sedikit perbedaan kondisi stunting yang dialami oleh kelompok usia 2-3 tahun dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun.
“Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung. Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted),” sebutnya. (agus)