KUNINGAN (MASS) – Penebangan pohon di wilayah Kuningan timur yang dikeluhkan masyarakat di beberapa kecamatan, termasuk Kecamatan Ciwaru ternyata tak terlalu ‘dilirik’ Perhutani.
Meski sempat ramai, mulai dari keluhan masyarakat, kades, salah satunya Kades Citikur R Asep Saputra dan anggota DPRD yang menyuarkana kekhawatiran kegungulan hutan dan kekurangan air, Perhutani nampaknya tak terlalu ‘melek-melek’ amat.
Seperti saat KSS Produksi Perum Perhutani KPH Kuningan Jaja ditanyai kuninganmass.com di kantornya, Rabu (4/8/2021).
Dirinya yang baru dipindahkan beberapa hari lalu dari Garawangi itu, mengaku belum tahu soal itu (penebangan dan penolakan).
“Teu acan kainfoan ti Asperna,” ujarnya sembari melempar, agar konfirmasi diarahkan ke BPKH Luragung.
Sebelumnya, kekhawatiran akan kekeringan dan kegindulan hutan sendiri sudah disuarakan dengan keras oleh Kades Citikur Kecamatan Ciwaru, R Asep Saputra.
Kuwu itu, bilang warga desanya mulai mengeluhkan kekurangan air. Ini disebabkan, pohon-pohon yang selama ini berfungsi sebagai penyangga air banyak ditebang.
“Air yang masyarakat Citikur manfaatkan selama ini berasal dari gunung areal RPH Sumber Jaya. Sekarang debitnya mengecil. Ini karena pohon hutannya itu banyak ditebang,” ungkap Asep, beberapa waktu lalu.
Belakangan, disebutkan Asep ada pula rencana penebangan pohon. Namun rencana tersebut mendapat reaksi dari masyarakat sehingga ditunda oleh Pemkab Kuningan.
“Keinginan kita sih bukan ditunda tapi distop. Kami menolaknya. Jangan sampai ada lagi penebangan pohon. Karena kalau hutan gundul maka air yang merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Citikur akan hilang,” tandasnya.
Hal serupa juga dikuatkan anggota DPRD Kuningan Apang Sujaman. Politisi PDI Perjuangan ini meminta agar penebangan kayu di hutan negara distop, bukan hanya sekadar ditangguhkan.
“Aspirasi terkait penebangan kayu di hutan negara yang dilakukan oleh Perhutani Kuningan di wilayah timur dan selatan, yang menyatakan penolakan penebangan, saya sepakat bahwa alam ini perlu dilindungi dan dilestarikan. Leluhur kita juga mengajarkan seperti itu,” ujar Apang beberapa waktu lau.
Sebetulnya, bukan hanya masyarakat Citikur yang merasa terancam atas penebangan hutan. Tiga desa lainnya mengalami nasib yang sama, seperti Desa Lebakherang, Cilimusari dan Sumber Jaya. (Eki/Deden)