KUNINGAN (MASS) – Indonesia sedang berada di persimpangan jalan berbahaya: pendidikan dan spiritualitas, dua fondasi karakter bangsa, kini diperdagangkan tanpa malu-malu.
Apa yang disebut study tour dan rihlah ziarah hari ini, seringkali tidak lebih dari bisnis berkedok edukasi dan religi. Anak-anak kita diajak “belajar budaya” sambil berbelanja di mall, “mengenal sejarah” sambil swafoto di tempat viral. Dengan tiket ratusan ribu hingga jutaan rupiah yang dibebankan ke orang tua, nilai akademis yang dijanjikan tinggal janji kosong.
Di sisi lain, “rihlah religi” tak kalah tragis. Berziarah ke makam para wali yang sakral kini berubah menjadi ajang berburu konten Instagram. Alih-alih muhasabah dan menyucikan hati, perjalanan spiritual kini dikemas sebagai wisata massal dengan harga tinggi dan makna hampa.
Ini bukan lagi sekadar penyimpangan kecil. Ini adalah komersialisasi terang-terangan atas nama pendidikan dan agama.
Dan seakan belum cukup buruk, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Survei Penilaian Integritas 2024 membeberkan wajah asli dunia pendidikan kita:
– 78% sekolah dan 98% kampus terpapar praktik menyontek.
– 96% perguruan tinggi dan 64% sekolah membiarkan ketidakhadiran guru/dosen tanpa sanksi.
Sebuah potret mengenaskan tentang bagaimana integritas dihancurkan sejak di bangku sekolah.
Bahkan di tempat yang seharusnya menanamkan nilai kejujuran, anak-anak justru diajarkan bahwa kecurangan adalah bagian normal dari “berhasil”.
Mau dibawa ke mana bangsa ini, jika generasi mudanya sejak kecil sudah dilatih untuk memanipulasi?
Pendidikan telah kehilangan ruhnya.
Agama dijadikan alat dagang.
Nilai-nilai integritas diperlakukan seperti barang dagangan murahan.
Ini adalah alarm keras yang tak boleh lagi diabaikan.
Jika bangsa ini masih ingin punya masa depan, perubahan total harus dilakukan:
” Pendidikan harus kembali ke hakikatnya: membentuk manusia bermoral, bukan sekadar pencetak angka.” Irwan
Rihlah harus dikembalikan ke makna aslinya: perjalanan rohani yang memperdalam iman, bukan konten media sosial.
Jika tidak, bersiaplah hidup di negeri yang penuh gelar akademik tapi miskin kejujuran, banyak tempat ibadah megah tapi sedikit jiwa yang suci.
Bangun, Indonesia.
Atau tenggelam dalam kemunafikan yang kita pelihara sendiri.
Penulis : Irwan
