Pendidikan di Persimpangan Jalan
Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim).
Sabda Rasulullah SAW di atas menegaskan pentingnya menuntut ilmu sebagai jalan mendapat kebaikan. Proses penelaahan dan transfer ilmu dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan.
Prof. Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum PP Muhammadiyah) mengatakan bahwa “Pendidikan sebagai proses ta’lim, dimana manusia dibimbing, mendapatkan ilmu, mendapatkan pencerahan dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dari orang yang illiterate menjadi literate”.
Pandemi COVID-19 memunculkan wajah baru bagi dunia pendidikan. Transformasi pendidikan berlangsung masif dan cenderung akseleratif. Insan dan pelaksana pendidikan dipaksa adaptif terhadap situasi yang terjadi. Pembelajaran daring (dalam jaringan) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi tren bahkan menjadi alternatif utama untuk diterapkan.
Situasi ini memunculkan berbagai fenomena, satu sisi ada manfaat positif bagi semua pihak. Pendidik dan peserta didik (juga orang tua) dipaksa untuk menguasai dan paham teknologi (IT) serta wajib menerapkannya pada proses pembelajaran. Namun nyatanya dampak negatif yang dihasilkan juga tidaklah sedikit. Problematika pelaksanaan pembelajaran daring dan PJJ imbas pandemi sangat terasa terutama pada jenjang pendidikan dasar.
Kerap kali berita soal ‘disharmonisasi’ antara guru dan orang tua dalam hal kerjasama melaksanakan pembelajaran masa pandemi menghiasi berbagai media. Dari mulai kesulitan mendampingi anak belajar, tugas yang menumpuk, kurangnya fasilitas pembelajaran daring (gadget) dan lain sebagainya. Seakan-akan semua sepakat bahwa pembelajaran tatap muka masih menjadi solusi terbaik dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Anak-anak berangkat ke sekolah, tersenyum bahagia, bercengkrama dengan rekan sejawatnya, bertemu setiap pagi dengan gurunya, bernyanyi dan rutinitas upacara bendera senin pagi terlaksana kembali, sungguh rindu rasanya.
Pandemi COVID-19 benar-benar meluluhlantakkan tatanan kehidupan manusia, termasuk juga dunia pendidikan. Seakan pendidikan di negeri ini berada di persimpangan jalan, terseok-seok dalam menyesuaikan dengan keadaan, terhempas gelombang ketidakpastian, dan sarat akan tantangan.
Jika ada fakta bahwa proses pembelajaran daring dianggap berhasil untuk jenjang pendidikan tinggi dan menengah, nyatanya sebagian besar orang justru sepakat bahwa pada jenjang pendidikan dasar, tingkat keberhasilannya cukup rendah.
Secercah Harapan ditengah Berbagai Tantangan
“Percayalah, selalu akan ada pelangi setelah hujan badai yang lebat”.
Quotes demikian sering kita jumpai, memberi secercah harapan bahwa situasi sulit ini akan berbuah manis kemudian. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim (Mas Menteri) telah melakukan berbagai upaya mengurai dan menyelesaikan problematika pendidikan di masa pandemi menuju era New Normal.
Beberapa waktu sebelum pandemi, Mas Menteri sudah menggagas kurikulum merdeka belajar. Meski pada awal kehadirannya, kurikulum baru ini langsung terhempas badai COVID-19, nyatanya pemerintah tetap optimis bahwa masa depan pendidikan akan beranjak jauh lebih baik.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, tema peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang digelar 2 Mei 2021 bertajuk “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar”. Merdeka belajar sendiri merupakan reformasi bentuk pembelajaran dalam dunia pendidikan.
Konsep yang digagas Mas Menteri merupakan refleksi pemikiran ‘kemerdekaan dalam belajar’ Ki Hadjar Dewantara, juga relevan dengan konsep filosofi demokrasi pendidikan yang dicetuskan oleh tokoh Brazil bernama Paulo Freire.
Konsep pendidikan baru ini sangat memperhitungkan kemampuan dan keunikan individu peserta didik. Garis besar konsepnya terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), survey karakter, perluasan penilaian hasil belajar, dan pemetaan kualitas pendidikan. Konsep yang diusung ini diharapkan dapat mengembangkan pola pikir dan kreativitas peserta didik di semua jenjang pendidikan.
Perlu adanya sinergitas dan kesungguhan dari semua pihak agar tujuan pendidikan yang diharapkan melalui pemberlakuan kurikulum merdeka belajar berjalan sukses. Apalagi tantangan yang dihadapi bukan hanya dari hal implementasi, namun juga terkait pandemi.
Kabar baiknya adalah, vaksinasi sedang dilaksanakan dan ditargetkan selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Meski memang keadaan tidak akan kembali seperti sediakala, namun setidaknya harapan besar itu sudah nampak nyata.
Ramadhan ini merupakan waktu terbaik untuk memanjatkan do’a agar problematika pendidikan di Indonesia segera terselesaikan, pandemi segera pergi, demi menjaga asa anak negeri untuk menggapai mimpi.
Pendidikan itu penting, bahkan sesungguhnya dialah denyut nadi kehidupan. Memberi warna, melukiskan keindahan dan menciptakan kesyukuran. Nelson Mandela pernah berkata “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa anda gunakan untuk mengubah dunia”.
Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2021.
Penulis : Nana Sutarna, M.Pd.
Dosen PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan