KUNINGAN (MASS) – Ini adalah sebuah semboyan yang selalu didengungkan oleh banyak para pemimpin di masa lalu. Entah mengapa pemuda selalu dihubungkan dengan sebuah latar tentang kemajuan yang memiliki prinsip kemandirian, ke-uletan dan mempunyai gagasan serta tujuan hidup.
Malah saya pernah mendengar ada juga orang yang berpendapat jika sosok pemuda selalu digambarkan sebagai sebuah sosok yang perkasa dan gagah yang memiliki tekad berapi-api layaknya seorang panglima perang yang hendak memasuki medan pertempuran.
Entahlah faktanya selalu banyak pihak yang berfikiran demikian, walaupun faktanya tidak selalu berkata demikian, dan bisa saja ekspektasi itu terlalu jauh.
Bila melihat pada kebiasaan hari ini, segala kemajuan teknologi yang ada telah memanjakan peradaban manusia, peran pemuda dalam benak saya agak mengalami pergeseran).
Apabila dahulu dikatakan pemuda adalah mereka yang memiliki tekad kuat sekeras baja, pada fakta hari ini mungkin hanya sebagiannya saja darinya yang masih memiliki hal ini.
Sebab secara perlahan bisa saja terkikis oleh kemajuan teknologi dan budaya-budaya baru yang membuat seseorang terjebak dalam zona nyaman yang dibuat oleh inovasi orang lain.
Padahal menurut data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, Indonesia memiliki jumlah pemuda (penduduk yang berusia 16-30 tahun) 64,19 juta jiwa atau 24 persen dari total penduduk Indonesia.
Artinya 1 dari 4 orang yang berada di Indonesia merupakan pemuda, ini merupakan angka yang fantastis bukan? Kemudian jika melihat dari Angkatan kerja, saat ini Indonesia memiliki Angkatan kerja di angka 68 persen, dan ini merupakan aset bagi negara.
Akan tetapi, ada sebuah keprihatinan disini. walaupun kita memiliki banyak pemuda, namun Indeks Pembangunan Pemuda-nya (IPP) masih relative rendah. IPP ini dihitung berdasarkan lima domain utama yaitu dari pendidikan, Kesehatan, kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja.
Pada tahun 2019 skor IPP secara nasional hanya mencapai skor 51,50 alias hanya mendapatkan rangking 7 besar se-Asean.
Secara nasional, Jawa Barat sendiri pada tahun 2018 pernah menempati posisi paling buncit IPP Nasional, kemudian pada tahun 2020 kemarin naik menjadi urutan ke 20.
Hal ini menunjukan bahwa indeks pembangunan pemuda adalah sesuatu yang bisa di-ikhtiarkan dan memiliki untuk ditingkatkan ke tingkat yang lebih lanjut.
Hal ini berlaku juga bagi kabupaten kuningan, asalkan ada sebuah langkah serius yang dibangun bersama secara komitmen untuk membangun pemuda.
Apalagi setelah kemarin Gubernur jawa Barat mengumumkan bahwa efek dari pandemik covid-19 yang telah berlangsung selama satu tahun telah menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten dengan pertumbuhan angka kemiskinan tertinggi di Jawa Barat.
Ini sesuatu hal yang serius, perlu adanya langkah konkret untuk menjawab permasalahan ini secara tuntas, terukur dan pasti.
Kembali lagi pada topik diawal tentang pemuda sebagai simbol kemajuan bangsa, bisa dimulai dari sebuah langkah kecil yang bisa menjadi budaya positif para pemuda.
Langkah pertama memang harus membangunkan kembali gairah pemuda agar mau menjadi ujung tombak dalam tatanan masyarakat, yang saya nilai saat ini sudah terlena dan terlelap dalam buaian zona aman dan zona nyaman.
Setelah pemudanya bangun baru dibuatkan program yang berkaitan dengan lima domain utama dalam indeks pembangunan pemuda atau indeks pembangunan manusia.
Langkah-langkah kongkrit tersebut harus terus diciptakan dan dibudayakan sedari dini, dan dari kebiasaan-kebiasaan sederhana.
Sebab kebutuhan pemuda dan masyarakat tidak cukup hanya sebatas hal-hal ceremonial saja, akan tetapi harus menghadirkan sesuatu yang memiliki nilai manfaat sehingga dapat mendongkrak nilai kesejahteraan pemuda khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Semboyan “Pemuda sebagai sebuah simbol kemajuan bangsa” harus benar-benar diwujudkan supaya tidak hanya menjadi sebuah kata-kata ilusi.
Kunci utama dari ini semua terletak pada niat para pemuda itu sendiri dan kebijakan dari pemerintahan daerah dalam menyokongnya, yang pada saat ini mungkin belum terlalu maksimal bisa dirasakan, karena memang aspirasi pemuda belum dapat menyentuh langit-langit tersebut.
Padahal banyak wadah kepemudaan yang sebetulnya dapat menjadi awal dari kemajuan yang bisa diraih pemuda, agar pemuda tidak begitu-gitu terus dan dapat lebih gemilang di masa yang akan datang.
Fine saja bila hari ini belum dapat tercapai, kita semua berharap dalam waktu-waktu dekat semuanya dapat berbenah, karena tidak nyaman rasanya mendapatkan berbagai predikat yang kurang enak di dengar, terutama sebagai kabupaten dengan lonjakan angka kemiskinan tertinggi di Jawa Barat.
Terakhir, apabila hendak serius menanggapi semua permasalahan diatas, terkhusus untuk para pemuda, sudahilah berfikiran pragmatis dan skeptis terhadap sesuatu hal.
Dalam hal kemashlahatan dan mencapai kesejahteraan semuanya harus bergerak ikhlas dalam memberikan kontribusi.
Kuningan memerlukan sebuah resolusi baru untuk membuat perubahan. Maka dari itu, kiranya Kuningan saat ini membutuhkan sosok pemuda yang mampu memberikan gebrakan terhadap pola pikir pemuda yang lain.
Ia yang mampu berinovasi dan bergerak secara produktif untuk memajukan tanah lahirnya sendiri yang mandiri.
Kemudian akan muncul pertanyaan “siapakah sosok itu?”
Sosok itu adalah Kamu!!! Para pemuda yang hidup hari ini!
Oleh: Fahmi Alamsyah (Wakil Bendahara OKK KNPI )