KUNINGAN (MASS) – Suasana perpolitikan di Tanah Air semakin menghangat seiring semakin dekatnya proses pemilihan pemimpin daerah. Jika semua calon pemimpin visi misinya untuk kepentingan rakyat maka selesai masalah. Masalahnya adalah jika hanya tataran teori. Permasalahan lainnya, setelah terpilih acapkali lupa akan janjinya.
Permasalahan lainnya lagi, jika masyarakat mudah tergiur dengan janji-janji manis yang diobral. Tergiur dengan pemberian melalui serangan fajar atau sejenisnya yang tidak seberapa, sehingga lupa dampak buruk lima tahun ke depan setelah terpilih ternyata ingkar.
Karena itu, ada baiknya jika para calon pemimpin daerah -jika terpilih- siap meneladani kepemimpinan Nabi Sulaiman AS. Hal ini dapat terealisasi jika para calon pemimpn daerah visi misinya benar-benar untuk kepentingan rakyat.
Nabi Sulaiman AS, selain seorang nabi juga seorang Raja yang kaya raya. Namun, dengan kebesaran kerajaannya, ia tidak sekali-kali congkak dengan mendongak ke langit. Ia bahkan menunduk ke bumi, dan bertawadhu kepada Allah SWT.
Di istananya yang berlimpah aneka makanan yang lezat. Namun, setiap saat habis dibagi-bagikan kepada rakyatnya, raja sendiri malah memilih makan roti dari tepung Syair. Melihat hal itu, bertanyalah seorang pembantunya.
“Mengapa baginda Raja memilih berlapar-lapar. Padahal, kekayaan di bumi ini berada di tangan baginda?”
Nabi Sulaiman AS menjawab, “Aku takut, jika nanti aku senantiasa merasa kekenyangan, aku menjadi lupa pada rakyatku yang kelaparan.” Allahu Akbar.
Kisah kepemimpinan Nabi Sulaiman AS memberikan pelajaran berharga khususnya bagi para pemimpin di negeri ini. Seorang pemimpin seharusnya lebih mendahulukan kebutuhan dan mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya.
Pemimpin hendaknya senantiasa menghiasi diri dengan sifat itsar. Yaitu, mendahulukan orang yang dipimpinnya daripada dirinya sendiri meski pada sesuatu yang bermanfaat baginya dan memberikannya kepada orang lain yang dipimpinnya.
Seperti itu seharusnya seorang pemimpin, selalu bersikap itsar. Pemimpin yang dicintai rakyat adalah pemimpin yang mampu bersikap itsar dan mengesampingkan egoisme pribadi dan kelompok. Hati nurani rakyat dan diri pemimpin yang menjadi pengawal atas kepemimpinannya.
Hanya pemimpin yang berhati nurani yang siap mewakafkan jiwa dan raganya untuk berdedikasi demi kemajuan, keadilan, dan kesejahteraan rakyat dan bangsanya. Dan, pemimpin yang berhati tulus akan selalu memberi layanan prima bagi rakyatnya.
Pemimpin tidak akan dapat berlepas dari pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Apabila seorang pemimpin dapat berlepas dari pertanggungawaban di dunia, tetapi tidak untuk pertanggungjawaban di akhirat. Maka, waspadalah!
Dalam hal ini, Nabi SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala negara) adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR Bukhari).
Kepemimpinan pada hakikatnya melayani (al-khidmah), sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW, “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan bagi mereka.” (HR Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim).
Menjadi pemimpin berarti mendapatkan kewenangan untuk melayani. Karena itu, setiap pemimpin harus memiliki dan mengerahkan kemampuannya dalam membangun visi pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Kesuksesan seorang pemimpin itu tidak terletak pada kemampuannya duduk di atas kursi kepemimpinan, namun terletak pada kemampuannya duduk di hati orang-orang yang dipimpin. Berarti pemimpin sejati itu akan selalu berfikir untuk kepentingan rakyat.
Semoga Allah membimbing para pemimpin di negeri ini agar senantiasa mengutamakan kepentingan rakyat yang dipimpinnya. Amin.
Imam Nur Suharno