KUNINGAN (MASS)- Pengurus HMI Cabang Kuningan yang berasal dari Komisariat Stikku Asep Iskandar menerngkan, pandemi Covid-19 masih menjadi misteri, sebagai konsekuensinya muncul pertanyaan yang mendasar kapan wabah corana ini bisa berakhir?
“Pertanyaan tersebut merepresentasikan psikologis masyarakat yang cemas pada realitas menghadapi wabah yang tak menentu keberakhirannya,” ujarnya.
Asep, yang sekarang Bendum HMI Cabang melanjutkan ketika dalam keadaan cemas yang mengarah pada Generalize Anxiety Disorde, perasaan berlebihan, tidak realistis, dan ketegangan tanpa alasan, jika hal ini terdapat pada psikologis masyarakat, maka akan terjadi kontra produktif di tengah-tengah penanganan Covid-19.
Contohnya, kasus terbaru penolakan pemakaman jenazah perawat positif corona di Semarang, Jawa Tengah. Gubernur, Ganjar Pranowo pun ikut bersuara, karena prihatin sikap warga yang menolak pemakaman perawat tersebut.
Sebelumnya di Jakarta Timur warga tolak dokter dan perawat, karena takut tertular Corona. Oleh karenanya psikologi sosial berdapak destruktif terhadap hubungan sosial parawat dan dokter serta orang yang mendapat status ODP, PDP.
Apa lagi suspect yang di pandang negatif di mata publik dengan asumsi membawa wabah. Ini tentunya akan berpengaruh terhadap martabatnya.
“Sebagai objek negasi jati diri seseorang di pandangan masyarakat tentunya peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan ini sangat dibutuhkan. Menurut paham idealis pemerintah adalah sumber budaya, kehidupan institusional dan moralitas”. tambahnya.
Gozin Muslim, pengganti Arip Samsul A, Ketum HMI Cabang Kuningan sebelumya menguatkan, Kecemasan ini efek dari ketidak pahaman suatu persoalan. Risikonya dalam kecemasan, apa pun akan jadi pegangan termasuk informasi hoax mengenai corona yang dikonsumsi oleh khalayak.
Sehingga lanjut tidak, menutup kemungkinan masyarakat harus berhadapan dengan hukum, seperti kasus penolakan jenazah di Semarang dan aktor yang menolak dilabelisasi propokator.
Hal tersebut merupakan peristiwa yang subordinatif, dimungkinkan karena ketidak pahaman atau bisa jadi terperangaruh, karena lebih banyak mendapat kabar kematian dari pada kehidupan mengenai Covid-19.
Diterangkan, sebagai konsekuensi logis masyarakat menjadi panik. Maka dari itu Pemkab perlu mengadakan sosialisasi Covid-19 selain bersifat medis atas pencegahan penularannya, juga tidak melupakan dan memperhatikan aspek psikologi sosial sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadi di Kuningan hal serupa di kota Semarang dan Jaktim.
Hal yang tak kalah penting orang yang terinfeksi agar mendapat dukungan sosial yang menguatkan dirinya membangun vitalitas untuk membawa kepada kesembuhan atau sebagai ikhtiar kalau mengutif istilah Prof Abdurrachman Solidaritas Perkuat Imunitas.
Di sisi lain Gozin juga mengapresiasi, kinerja pemerintah yang tanggap terhadap pandemi ini dan bekerja keras siang malam dengan di bantunya unsur kepolisian dan TNI untuk menangani serta melakukan upaya prepentif yang masif. Tidak lupa tenaga medis dan perawat yang ada di garda terdepan berjuang melawan virus corona.
“Tentunya harus didukung oleh masyarakat agar terciptanya kerja sama yang baik untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini,” sebutnya.(agus)