KUNINGAN (MASS) – Wakil Ketua Bidang Kehormatan dan Disiplin PDI Perjuangan sekaligus Ketua Fraksi di DPRD Kabupaten Kuningan, Dede Sembada, menegaskan bahwa partainya bukanlah partai serba gagal.
Hal itu, menjawab tudingan mantan Ketua Partai Hanura Kuningan Dadang Abdullah beberapa waktu lalu
“Nah itu, saya ingin mempertanyakan, faktor gagalnya itu darimana?” ujar Desem.
Ia menegaskan, menyampaikan pendapat itu memang bebas dijamin Undang-Undang. Namun, lanjutnya, seyogyanya pendapat tidak mengganggu kehormatan orang lain.
“Kader PDIP di Kuningan itu udah 2 dekade, mulai dari H Aang, tokoh visioner, beliau kaya akan gagasan. Dikenal sebagai bapak hotmik, itu pengakuan masyarakat,” sebut Desem sembari menyebutkan beberapa karya monumental yang dibangun almarhum, seperti KRK dan infrastruktur lainnya.
Kemudian, lanjut Desem, almarhumah Hj Utje yang melanjutkan program, dan saat ini masih dilanjutkan lagi oleh H Acep Purnama yang melanjutkan gagasan H Aang, termasuk salah satunya soal Waduk.
Soal asumsi tentang kinerja, Desem juga mengatakan harusnya ada ukuran yang jelas. Desem menegaskan, kinerja Acep selama beberapa tahun bersamanya misalnya, disebut-sebut terbaik di tingkat nasional dan mendapat penghargaan.
Acep, kata Desem, juga termasuk yang baik dalam kebijakan birokrasi, dimana belanja pegawai diatur hingga ruang fiskalnya bisa terkendali.
Politisi PDIP itu juga menjawab soal kemiskinan. Menurutnya, fenomena kemiskinan di Kuningan itu memang sudah tinggi sejak dulu (turun temurun). Karenanya, yang diukur saat ini adalah grafiknya kemana.
“Kemiskinan mencapai 13,10% di tahun 2021, awalnya kan di atas, tapi dengan berbagai program kegiatan yang dilakukan (jadi menurun),” paparnya.
Jika dibandingkan presentasenya dengan kabupaten tetangga misalnya, angka kemiskinan di Kuningan memang masih lebih tinggi. Namun kata Desem, yang harus diperhatikan adalah kedalaman dan keparahan kemiskinannya. Dan Kuningan, masih lebih baik se-Ciayumajakuning.
“Tahun 2022, BPS merilis data (kemiskinan Kuningan) 12,86% , artinya turun. Kalo bicara kinerja, kinerja itu ada hasil,” ujarnya sembari menegaskan selama ada pergeseran angka, artinya ada progres.
Desem juga membela soal gagal bayar. Sejak awal, ia tak setuju dengan istilah itu, harusnya tunda. Dan itupun, jadi konsensus bersama di DPRD dengan adanya Pansus Tunda Bayar untuk mengetahui akar masalah supaya tidak terulang.
Sesuai konsensus, kata Desem, harusnya istilah gagal bayar tak lagi digunakan. Apalagi saat ini progres pembayarannya masih berlangsung.
Di akhir, ia menegaskan PDIP ternyata selalu berada di elektabilitas yang tinggi. Dan itu, lanjutnya, karena hasil-hasil dan capaian yang diberikan PDIP serta dirasakan oleh rakyat.
“Mengkritisi okeh, silahkan. Tapi harus bedakan mana kritik mana hinaan. Kalo kritik itu kebijakan, jangan personal, apalagi institusi,” tuturnya.
Saat institusinya diganggu, kata Desem, wajar kalo banyak kader tidak terima. Karena saat satu kader diusik, yang lain bakal berisik.
“Kita sambut pelaksanaan Pemilu ini dengan riang gembira, adu argumen, gagasan, ide, program. Tidak elok lah (kalo saling serang partai).Urus saja partainya sendiri,” pesan Desem. (eki)