KUNINGAN (MASS) – Pengunduran diri Direktur Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Kabupaten Kuningan pada awal November 2025 seharusnya tidak dipandang sebagai sekadar peristiwa administratif. Ini adalah alarm yang nyaring, tanda adanya krisis tata kelola dan kegagalan sistemik dalam mengelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang semestinya menjadi motor ekonomi lokal.
Hasil kajian strategis menunjukkan sejumlah fakta pahit: kondisi keuangan yang stagnan, aset yang terbatas, akumulasi rugi tertahan, serta penurunan signifikan jumlah pegawai. Lebih buruk lagi, muncul persoalan keterlambatan pembayaran gaji yang mengguncang kepercayaan internal dan publik terhadap institusi tersebut.
Krisis ini bukan semata hasil manajemen yang lemah, tetapi juga cerminan dari model kepemimpinan dan tata kelola yang tidak lagi relevan dengan tantangan zaman. PDAU membutuhkan reformasi bukan hanya dalam struktur, melainkan dalam visi, orientasi, dan pola kepemimpinan.
Momentum Regenerasi: Kenapa Pemimpin Muda Relevan
Dalam dua dekade terakhir, wajah bisnis nasional dan global mengalami pergeseran besar. Kini, pelaku ekonomi produktif paling dominan berada di rentang usia 23–35 tahun. Mereka adalah para inovator di sektor digital, pelaku startup, penggerak industri kreatif, hingga pemimpin komunitas yang mengubah cara kita bekerja dan berbisnis.
BUMD seperti PDAU tak bisa lagi dipimpin dengan pola pikir birokratis semata. Ia membutuhkan pemimpin muda yang visioner, adaptif terhadap teknologi, dan memiliki jejaring luas di dunia usaha modern. Regenerasi bukan soal umur, tapi tentang kemampuan memahami realitas baru: bisnis kini tidak lagi bersandar pada kekuasaan dan kedekatan politik, melainkan pada kapasitas, inovasi, dan daya adaptasi.
Ada beberapa alasan mengapa sosok muda menjadi kebutuhan strategis bagi PDAU Kuningan:
- Mereka akrab dengan ekosistem digital dan ekonomi kreatif.
- Mereka membawa energi kolaboratif lintas sektor.
- Mereka lebih dekat dengan kultur anak muda yang kini menjadi tulang punggung pasar.
- Mereka lebih berani mengambil risiko inovatif dan berpikir dinamis.
Kepemimpinan Inklusif dan Tata Kelola Terbuka
Regenerasi saja tidak cukup. Prosesnya harus inklusif dan transparan. Kepemimpinan muda tanpa tata kelola yang terbuka hanya akan menciptakan simbolisme baru tanpa perubahan substansial. Karena itu, seleksi direktur baru PDAU harus dilakukan secara terbuka dan berbasis kompetensi.
Panitia seleksi perlu melibatkan unsur lintas sektor: akademisi ekonomi, asosiasi bisnis lokal, perwakilan OPD terkait, serta tokoh muda profesional. Selain itu, perlu disediakan kursi perwakilan pemuda di dewan pengawas sebagai representasi generasi baru dalam pengambilan keputusan strategis.
Transparansi juga mesti dijamin melalui kontrak kinerja dengan indikator terukur: target pendapatan, inovasi layanan, keterlibatan masyarakat, dan publikasi laporan keuangan secara berkala.
Jalan Reformasi: Dari Pemulihan ke Transformasi
Krisis yang dihadapi PDAU bisa menjadi titik balik menuju transformasi jika ditangani dengan strategi yang jelas dan terukur. Dalam jangka pendek, langkah utama adalah pemulihan kepercayaan internal dengan memastikan pembayaran hak karyawan, audit independen keuangan, dan komunikasi terbuka kepada publik.
Selanjutnya, PDAU perlu menyusun peta jalan bisnis baru dengan fokus pada dua sector potensial:
- Ekonomi Hijau dan Sirkular – pengelolaan sampah, limbah organik, dan sumber daya alam bisa dikembangkan sebagai lini bisnis baru berbasis ekonomi hijau.
- Digitalisasi dan Ekonomi Lokal – pembuatan platform digital untuk promosi wisata, e-commerce produk UMKM, dan sistem informasi pengelolaan air.
Mengatasi Resistensi dan Politik Birokratis
Perubahan tidak akan mudah. BUMD kerap menjadi lahan tarik-menarik kepentingan antara birokrasi, politik, dan bisnis. Karena itu, perlu komitmen kuat dari Bupati dan DPRD untuk memberikan jaminan politik jangka menengah bagi direktur baru agar bisa bekerja tanpa tekanan politis. Selain itu, komunikasi publik perlu diperkuat agar publik memahami arah baru PDAU.
Menatap Ke Depan: Dari Krisis Menjadi Kesempatan
Krisis selalu membawa pilihan: stagnasi atau transformasi. PDAU Kuningan kini berada di persimpangan itu. Jika langkah berani diambil — dengan membuka seleksi direktur secara transparan, memberikan ruang bagi pemimpin muda, dan mengintegrasikan prinsip inklusif dalam tata kelola — maka PDAU bisa menjadi model baru BUMD yang relevan dengan zaman.
Generasi muda bukan hanya masa depan; mereka adalah pelaku utama ekonomi hari ini. Sudah saatnya Kuningan menaruh kepercayaan itu kepada mereka. Karena masa depan BUMD tidak akan lahir dari rutinitas birokrasi lama — tetapi dari keberanian untuk berinovasi, berkolaborasi, dan memberi ruang bagi energi muda yang siap membangun dari bawah.
Oleh: Muhammad Hanif Firdaus
Wakil Ketua Bid. Kebijakan Publik DPD KNPI Kuningan | Ketua BAPORA MPC PP Kuningan | Founder Swara Pemoeda
