KUNINGAN (MASS) – Transformasi Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) menuju entitas penghasil nilai adalah cita-cita besar yang harus kita kawal bersama. Aset daerah tidak boleh hanya dipelihara, ia harus diproduktifkan untuk menurunkan pengangguran, menghidupkan UMKM, dan menghadirkan manfaat ekonomi yang nyata bagi masyarakat.
Namun realitas di lapangan menunjukkan satu hambatan pelik: birokrasi panjang dan tarik-menarik kepentingan yang membuat peluang bisnis hilang sebelum sempat ditangkap.
Peluang yang datang cepat, tenggelam dalam prosedur, notulen rapat, dan persetujuan lintas meja.
Bisnis berjalan dengan ritme detik.
Birokrasi sering berjalan dengan ritme bulan.
Dan antara ritme itu, kesempatan hilang tanpa jejak, tanpa pelaku, tanpa penanggung jawab.
Fenomena Hari Ini: Kursi Dirut Lebih Ramai Ketimbang Arah Bisnis
Di tengah tuntutan percepatan transformasi, publik disuguhi riuh rendah soal pengisian kursi Direktur Utama PDAU. Seolah kursi adalah tujuan utama, bukan alat untuk bekerja dan menciptakan nilai bagi daerah.
Padahal, yang harus ramai dibicarakan adalah strategi bisnis, struktur pengawasan, model kemitraan, dan akselerasi nilai aset daerah, bukan hanya siapa yang duduk di kursi itu.
Siapa pun Dirut-nya, PDAU tidak akan maju jika model kerjanya masih terbelenggu pola lama dan keberanian perubahan tidak hadir.
Kita harus jujur: persoalan terbesar bukan figur, tetapi cara kerja dan struktur pengambil keputusan.
Reformasi Bukan Opsi, Terapi Kebutuhan
Agar PDAU melompat, diperlukan terobosan nyata:
✅ Zona Keputusan Cepat untuk peluang yang mendesak
✅ Persetujuan bersyarat legislatif agar tidak terjebak penundaan
✅ Unit percepatan bisnis profesional untuk merespons pasar
✅ Pelaporan real-time dan audit berlapis guna menjaga integritas
Dengan begitu, PDAU tidak kehilangan karakter publik, tetapi memperoleh kecepatan yang dibutuhkan untuk bertanding di arena usaha.
Bukan mengurangi pengawasan, tetapi menyesuaikan ritme publik dengan logika bisnis modern.
Jika kita terus sibuk berebut kursi, kita akan lupa bahwa kursi hanya simbol, sedangkan nilai ekonomi adalah tujuan.
Saat ini PDAU tidak membutuhkan sekadar pengganti, tetapi penggerak perubahan.
Daerah tidak akan maju oleh upacara pergantian jabatan, tetapi oleh keputusan yang cepat, transparan, dan berani.
Mari berhenti meributkan siapa, dan mulai serius memikirkan bagaimana.
Masyarakat menunggu hasil, bukan drama administratif.
” Keberanian tidak berarti tidak ada ketakutan, tetapi keputusan untuk bergerak meski takut.” – Aristotle
Berubah tidak pernah menunggu aman, ia hanya menunggu keberanian.
Oleh: Dadan Satyavadin
Pemerhati Kebijakan Publik, Mantan Timses, Relawan Dirahmati






















