KUNINGAN (MASS) – Kalah menang dalam pilkades memang hal biasa. Menang pesta pora, kalah duka cita, karena begitulah sifatnya kompetisi. Menghadapi situasi seperti itu, Pimpinan Majelis Dzikir Al-Ikhlas, Ki Anom Al Aziz menyebut banyak yang datang kepada majelisnya di Desa Kertaunggaran Kecamatan Sindangagung.
“Kita kadang lupa, dibalik suka cita yang menang, ada duka yang kalah. Tertekan, bukan hanya calon, tapi juga timses dan simpatisannya,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, Rabu (13/11/2019) malam.
Dirinya mengaku, paska pilkades memang menyisakan banyak kekecewaan, dan yang merasa kecewa pasti mencari “obat”nya.
“Ya wajar, mereka mencari sesuatu atau seseorang yang menenangkan, yang bisa memberi motivasi. Jadi pada datang pada kyai, ustadz, minta didoakan, dimotivasi, dan itu semua hanya jalan syariat, hakikatnya tetap Allah,” ujarnya.
Dirinya mengaku, belakangan pasca pilkades banyak yang meminta dibantu meringankan tingkat depresi, ia senantiasa membantu.
“Kita coba beri motivasi, kita doa bareng-bareng, dan semua itu tidak ditarif,” paparnya.
Dirinya juga senantiasa menceritakan pengalamannya menangani salah satu pasiennya yang “gejlok” setelah pilkades dan harus dirawat selama lima hari belakangan, namanya Tasbu (24) warga Desa Kaduagung Kecamatan Karangkancana.
Saat kuninganmass.com melihat langsung ke tempatnya, Tasbu ditemani sang, keluarga serta kerabat.
Sang istri, Kiki Setiani (22) bercerita bahwa suaminya mulai menunjukan gejala “gejlok” sehari setelah penghitungan pilkades.
“Selasa subuh, tiba-tiba di masjid gak mau diajak pulang, terus bruk pingsan,” ujarnya.
Kiki berujar, selama ini suaminya memang bukan timses salah satu calon. Namun gejala yang dialami suaminya berhitung satu-dua-tiga, satu-dua-tiga, sesuai dengan jumlah calon yang berkompetisi di desanya.
“Tiga hari gak mau makan gak mau minum, kadang marah-marah, mukul tembok, loncat-loncat juga. Padahal sebelumnya gak pernah begitu,” ujarnya dengan nada tegar.
Setelah itu, atas saran warga lainnya, Tasbu dibawa ke Ki Anom Al Aziz, namun ki Anom mengajak ke rumah sakit terlebih dahulu.
“Udah 4 rumah sakit gak ada yang sanggup satupun, semuanya gak punya dokter jiwa. Akhirnya cuman diinfus aja di Linggarjati karena gak makan, habis itu dokternya nyuruh dirawat pak kyai aja,” ujarnya.
Setelah mendapat pertolongan medis, Tasbu dirawat di majelis Ki Anom Al Aziz, dan sudah lima hari ini menunjukkan gejala membaik.
“Sekarang mah udah bisa makan, minum, diajak ngobrol juga udah nyambung lagi. Mudah-mudahan ke depannya terus begitu,” ujar Kiki.
Pantauan kuninganmass.com, Tasbu diperbolehkan pulang pada Rabu malam pukul 21.00 WIB. Ki Anom Al Aziz sendiri yang mengantar keluarga Tasbu sampai mobil dan membolehkan pulang. (eki)