KUNINGAN (MASS) — Hasil panen padi di Desa Cikaso, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, mencatat capaian luar biasa. Dari hasil ubinan di sembilan titik demplot, produktivitas padi mencapai rata-rata 10,2 ton per hektare Gabah Kering Panen (GKP), atau sekitar 8,26 ton Gabah Kering Giling (GKG). Angka itu jauh di atas rata-rata produktivitas padi daerah yang umumnya hanya berkisar 6 ton per hektare.
Keberhasilan tersebut terungkap dalam kegiatan Farm Field Day (FFD) dan Sekolah Lapang Tematik (SLT) Tahun 2025 yang digelar di Lumbung Pangan Masyarakat Desa Cikaso, Selasa (11/11/2025). Acara itu dihadiri oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., bersama jajaran Diskatan, UPTD KPP Jalaksana, kelompok tani, serta masyarakat setempat.
Pada arahannya, Wahyu menyampaikan apresiasi besar kepada para petani yang aktif mengikuti program SLT. Ia menilai, sekolah lapang tersebut menjadi ruang pembelajaran nyata bagi petani untuk menguji dan membuktikan efektivitas inovasi pertanian, khususnya penggunaan Pupuk Organik Cair (POC).
“Hari ini bukan hanya panen biasa, tapi panen hasil inovasi. POC terbukti meningkatkan hasil hampir dua kali lipat dari cara konvensional,” ujarnya.
Menurut Wahyu, keberhasilan tersebut tidak datang begitu saja. Hasil panen yang tinggi merupakan buah dari disiplin penerapan teknologi, penggunaan dosis pupuk yang tepat, serta pengurangan pupuk kimia hingga 50 persen. Pendekatan itu bukan hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjadikan sistem pertanian lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Ia menegaskan, kegiatan FFD itu tidak boleh berhenti sebagai seremoni panen semata. Lebih dari itu, momentum ini harus menjadi titik tolak perubahan pola budidaya.
“Kita ingin petani peserta SLT mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di lahan mereka masing-masing. Ini bukan akhir dari program, tetapi awal dari transformasi menuju pertanian modern yang efisien dan produktif,” tegas Wahyu.
Pada tahun 2025, Diskatan Kuningan telah melaksanakan 16 lokasi Sekolah Lapang Tematik di berbagai kecamatan. Program tersebut menjadi bagian dari strategi besar untuk memperkuat kapasitas petani lokal, meningkatkan kemandirian pangan, dan mempersiapkan sektor pertanian daerah menghadapi tantangan masa depan.
Selain itu, Wahyu juga mengajak petani untuk mengubah cara pandang lama tentang hubungan antara luas lahan dan kesejahteraan. Dengan inovasi dan efisiensi, kata dia, lahan kecil pun bisa menghasilkan panen besar.
“Melalui konsep satu kali tanam, dua kali panen, kita buktikan bahwa teknologi mampu mengimbangi keterbatasan lahan. Kuncinya adalah keberanian berinovasi dan disiplin dalam penerapan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wahyu menyoroti potensi besar dari pertanian organik tersertifikasi. Jika petani mampu menghasilkan produk yang memenuhi standar organik, harga jual beras bisa menembus Rp25.000 per kilogram. Kondisi itu tentu akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan petani.
“Dengan biaya produksi yang lebih rendah, hasil lebih tinggi, dan harga jual premium, kita sedang menapaki jalan menuju petani yang mandiri dan makmur,” pungkasnya. (argi)
