KUNINGAN (MASS) – Bulan November kita kenal sebagai bulan Pahlawan atau Kepahlawanan. Karena, ada yang tidak boleh hilang dari memori kolektif bangsa ini, sebuah warisan sejarah dan keteladanan yaitu semangat kepahlawanan. Tulisan ini dibuat mewakili kecemasan kita bersama akan legacy terpenting para pahlawan bangsa ini. Agar pada setiap momen hari pahlawan, kita tidak semata mengenang jejak heroik mereka namun kita mendapat recharge energi kepahlawanan itu. Ruh, tekad dan semangatnya tidak boleh berakhir di upacara seremonial, bilboard, spanduk dan twibbon saja, namun harus bisa lebih dahsyat dari sekedar itu.
Sejak ditetapkan Presiden Sukarno melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959, setiap tanggal 10 November Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran Surabaya yang fenomenal pada tanggal 10 November 1945 menjadi inspirasi sejarah yang melatar belakanginya. Perlawanan sengit rakyat Surabaya dibawah komando Bung Tomo begitu spektakuler dengan semangat Merdeka atau Mati. Ini jenis pertempuran terpenting dalam sejarah Indonesia, perang eksistensial; mempertahankan kemerdekaan setelah di Proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 Persis 3 bulan sebelumnya. Selain menaikkan semangat juang dan percaya diri rakyat pribumi, efek pertempuran ini memberikan kemenangan politik yang signifikan pada skala global, dimana bangsa bangsa di dunia mulai mengakui kemerdekaan Indonesia.
Disetiap hari pahlawan sebagian kita, rasanya memiliki pertanyaan pertanyaan fundamental yang sama. Seperti, “Apakah hari pahlawan masih relevan kita rayakan ?”, atau “Apakah rahim perempuan Kuningan masih sanggup melahirkan pahlawan zaman, yang tumbuh menjadi penjaga, pemelihara dan pemakmur kabupaten Kuningan ?” atau “Apakah langkah yang kita kayuh hari-hari ini sebagai wujud estapeta perjuangan pahlawan terdahulu dan mampu membanggakan mereka ?”. atau pertanyaan sejenis lainnya.
Pertanyaan kritis ini harus senantiasa kita miliki, agar kita tidak termasuk orang atau masyarakat yang tidak bisa atau gagal berterima kasih, bersyukur dan terampil mengisi masa-masa kemerdekaan. Atau agar kita waspada diri sehingga tidak menjadi pembangkang dan pengkhianat sejati terhadap perjuangan para pahlawan. Atau agar semua kita juga memiliki peluang menjadi pahlawan baru yang positif, produktif dan kontributif melanjutkan apa yang sudah dimulai pahlawan terdahulu.
Siapa Sesungguhnya Pahlawan Itu?
Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan (pah-la-wan) adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; atau pejuang yang gagah berani. Atau dimaknai secara bebas sebagai orang yang berjuang (berkorban) dengan gagah berani dalam membela kebenaran. Sedangkan menurut Wikipedia, Pahlawan (bahasa Persia) berarti pejuang; pahlawan (bahasa Inggris ;hero, heroine) adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.
Di Indonesia, pahlawan menjadi gelar yang ditetapkan secara resmi oleh pemerintah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan merupakan konstitusi yang mengatur mengenai gelar kepahlawanan secara formal, lebih tepatnya gelar pahlawan nasional.
Yang dimaksud pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Melihat definisinya, seorang baru disebut pahlawan jika memiliki setidaknya 3 karakter atau nilai, yaitu; keberanian, pengorbanan dan kebenaran. Mari kita coba kenali ke-3 karakter ini;
1. KEBERANIAN. Keberanian menurut kbbi, berasal dari suku kata berani yang bermakna mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut). Keberanian berarti suatu keadaan berani atau kegagahan. Sedangkan menurut Wikipedia, Keberanian adalah pilihan dan kehendak untuk melawan derita, luka, bahaya, ketidakpastian atau intimidasi.
Keberanian sebagai sifat pahlawan adalah kemampuan memutuskan dengan sadar suatu pilihan tindakan tersulit dan beresiko bahkan berbahaya ketika banyak orang merasa/berpikir berat melakukannya. Tapi sesungguhnya, Keberanian adalah kekuatan yang tersimpan dalam kehendak jiwa, yang mendorong seseorang untuk maju menunaikan tugas, baik berupa tindakan maupun perkataan, demi kebenaran dan kebaikan, atau untuk mencegah suatu keburukan dengan menyadari sepenuhnya kemungkinan risiko yang akan diterimanya. Bayangkan, bagaimana pada 10 November 1945 bung Tomo menghidupkan dan mengkosolidasi para pemberani sejati hingga mereka kehilangan rasa takut bahkan mungkin lupa bila pasukan militer yang dihadapinya adalah salah satu yang terkuat di Eropa bahkan di dunia.
2. PENGORBANAN. Korban adalah asal kata pengorbanan. Menurut kbbi, korban bermakna pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sejenisnya. Pengorbanan berarti proses, cara, perbuatan mengorbankan diri untuk mendahulukan orang lain atau pihak lain dan atau kepentingan lain. Dalam persepsi lain, pengorbanan berarti pula pilihan sadar untuk memilih resiko merugi, menderita atau bahkan kematian untuk sesuatu yang diharapkan atau ingin dicapai (kemulyaan, materi, respek, prestasi tertentu, dll).
Makna pengorbanan inilah yang dibawa rakyat Surabaya bertempur dalam semangat Merdeka atau Mati. Kekuatan militer manapun akan kesulitan menghadapai pasukan tempur yang siap mati untuk merebut kemenangan. Dan terbukti, mereka mungkin kalah di medan tempur namun memperoleh kemenangan gemilang di medan politik, dukungan internasional atas kemerdekaan Indonesia.
3. KEBENARAN. Kebenaran berasal dari akar kata benar yang dalam kbbi bermakna adil, lurus, betul, tidak salah, sah, jujur (dapat dipercaya) atau sesuatu yang sesuai sebagaimana adanya (seharusnya). Kebenaran (ke·be·nar·an) berarti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya, sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar), kelurusan hati; kejujuran. Kebenaran yang dimaksud secara khusus dalam kontek pertempuran Surabaya tentunya berupa hak kemerdekaan. Keluar dari cengkraman penjajahan untuk menjadi Negara baru yang berdaulat serta layak dihormati dan diakui negara-negara di dunia.
Sebagai tambahan informasi, kita tahu bahwa padanan makna kebenaran sangat beragam sesuai tinjauan meski secara umum kebenaran dibagi dua (2), yaitu kebenaran mutlak atau absolut (berasal dari Tuhan, berupa wahyu atau dogma) serta kebenaran Nisbi (obyektif, empiris). Dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal beberapa jenis kebenaran yaitu: Kebenaran religious, kebenaran filosofis, kebenaran estetis, kebenaran ilmiah, kebenaran pengetahuan mutlak serta kebenaran relative. Lebih lanjut, karena kebenaran juga berimplikasi secara social politik maka ada beberapa teori juga tentang kebenaran seperti teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatic, teori performatif, teori konsesnsus.
Di Negara kita, atas segenap jasa atau dedikasi yang telah ditunjukkannya, beberapa orang terbaik mendapat gelar Pahlawan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan merupakan konstitusi yang mengatur mengenai gelar kepahlawanan tersebut. Yang dimaksud Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Tentu ada syarat umum dan khusus yang harus terpenuhi. Sampai saat ini tidak kurang dari 200 orang putra putri terbaik mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Peluang Menjadi Pahlawan
Sesungguhnya keyakinan dan keberpihakan pada kebenaranlah yang menyalakan api keberanian dan pengorbanan seorang pahlawan. Kebenaran pula yang melahirkan tarikan nurani, panggilan jiwa semacam semangat pertanggungjawaban untuk menjaga, memihak dan membela kebenaran. Inilah benih kepahlawanan sesorang, semacan insting atau naluri kepahlawanan.
Insting kepahlawanan seseorang tidak akan nyata sebagai bukti atau karya tanpa adanya keberanian. Karena pada saat panggilan atau momentum kepahlawanan itu datang pasti ada resiko yang mesti ditanggung. Kadar keberanian Ini yang akhirnya membedakan antara pahlawan dan pengecut. Bila insting kepahlawanan itu laksana akar, maka keberanian adalah batang yang menegakkannya.
Namun keberanian meminta keterampilan jiwa yang lain yaitu semangat pengorbanan. Pengorbanan menguatkan keberanian untuk menuntaskan panggilan kepahlawanannya. Lebih lanjut, salah satu induk pengorbanan adalah kesabaran. Kesabaranlah yang mampu memilih menunda sukses, kebahagian atau pencapaian tertentu untuk sesuatu yang lebih mulia, luhur bahkan tak ternilai. Meski harus ditebus dengan derita, luka dan jenis kerugian lainnya. Bila keberanian adalah unsur ekspansif dari kepahlawanan, maka kesabaran adalah unsur defensifnya. Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan.
Setiap manusia memiliki sisi atau ruang kebaikan/kebenaran dalam palung jiwanya. Yang bersemayam secara given dari penciptanya. Jadi, menyuarakan kebenaran adalah fitrah manusia. Ini modal dasar setiap kita untuk bisa menjadi pahlawan.
Keberanian dan pengorbanan juga dimiliki setiap orang secara natural. Kadar dan Kapasitas keberanian serta pengorbanan seseorang sebagian bersifat genetic (fitrah turunan) sebagian lagi muncul karena dilatih. Karena Kapasitas Kepahlawanan mesti dibangun, maka kita bisa mengekspersikan sambil terus melatih diri dengan sikap atau tindakan kepahlawanan dari yang paling mudah, paling mungkin dan paling bisa dilakukan dengan variasi obyek, ruang dan waktu yang beragam. Pada skala individu dibiasakan dari yang sederhana, dari saat ini (waktu ini) dari masing masing kita. Ditingkatkan menjadi skala rumah, desa, kecamatan, hingga kabupaten. Terus sampai kapasitas semakin memadai, secara personal dan kolektif. Proses evolusioner menuju kepahlawanan Kuningan secara massif.
Keterbatasan (disabilitas) level atau jenis apapun yang menjadi situasi kita saat ini, bukan hambatan kepahlawanan. Tentu, tetap berkontribusi dalam situasi sulit dan keterbatasan yang rumit adalah level kepahlawana lain yang luar biasa.
Menjadi PAHLAWAN Kuningan
Pahlawan yang kita bincangkan tentu makhluk dari jenis manusia. Manusia-manusia Kuningan maksudnya. Orang-orang yang terlahir dan atau hidup di wilayah kabupaten Kuningan. Manusia atau orang sebagaimana pada umumnya. Yang sejak lahir dan tumbuh membawa 2 sisi (sepaket), negative dan positif dalam dirinya. Dimana kita juga sepakat, bahwa tidak ada manusia yang sempurna (nobody perfect). Pahlawan bukanlah manusia yang turun dari langit menyelesaikan masalah kita di bumi dan balik lagi setelah selesai menuntaskannya. Pahlawan adalah manusia biasa dengan segala potensi dan keterbatasannya. Sebagai manusia tentu pernah melakukan kesalahan, kegagalan, kecerobohan, dosa, pengkhianatan bahkan lebih vatal dari itu. Jadi pahlawan itu adalah juga orang-orang biasa namun memilih memberi manfaat dan maslahat untuk dirinya (proporsional), orang lain, masyarakat, negaranya bahkan kebaikan dunia.
Pahlawan Kuningan adalah mereka yang terus berusaha mengenali, memahami, menjaga, memihak, serta membela nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Dan sebagai sebuah entitas, kabupaten kuningan memiliki local content (SDM & SDA, sejarah) yang layak dibanggakan (local pride) serta menjadi basis identitas Kuningan. Tanggung jawab terhadap nilai-nilai kebenaran serta kearifan local Kabupaten kuningan inilah yang melecut dan menantang semangat pengorbanan dan keberanian semua pihak untuk menjaga dan membelanya. Inilah rute baru kepahlawanan Kuningan.
Stakeholder Kuningan (terutama pemerintah) harus memastikan terwariskannya nilai nilai kepahlawanan ini. Ini asset generasi, asset kini dan masa depan. Dan, apa yang hebat dari kebijakan pemerintah ini adalah mengambil peran strategis dan historis menjadi referensi keteladanan. Jiwa kepahlawanan adalah asset softskill yang dibutuhkan Kuningan. Softskill ini, 85 persen factor Kebangkitan dan kemajuan Kuningan (Dale Carnagie). Pemerintah harus memberi jalan (fasilitas) lahir dan tumbuh suburnya nilai-nilai kepahlawanan Kuningan.
Ada banyak tindakan kepahlawanan yang bisa kita lakukan. Secara teritorial, mulai dari level RT, RW, Dusun, Desa, Kecamatan hingga Kabupaten. Secara praktis operasional seperti sektor pendidikan, kesehatan, pertanian, social kemasyarakatan dan lainnya. Dunia pemerintahan (pelayanan & Pemberdayaan masyarakat), dunia usaha, dunia politik dan kebudayaan serta lainnya. Para pejabat public, politisi, aparat hukum, pendidik, pengusaha, petani, buruh, dan lainnya memiliki peluang menjadi pahlawan.
Kepahlawanan orang tua misalnya dalam dunia parenting adalah berjuang membangun harmoni keluarga serta memberi ruang & fasilitas pembelajaran terbaik untuk anak anak atau anggota keluarganya. Contoh lain; kepahlawanan para pelajar dan mahasiswa dengan menyerap ilmu, mengasah keterampilan dan kepedulian serta kapasitas kepemimpinan. Pelajar dan mahasiswa yang ikut menciptakan lingkungan pembelajaran yang kuat dan dinamis. Dan kalau bisa terlahir dari para Ibu yang kuat dan pemberani seperti yang digambarkan sastrawan Taufik Ismail “…merelakan kalian pergi berdemonstrasi.. karena kalian pergi menyempurnakan… Kemerdekaan negeri ini.” Umpamanya.
Secara demografis, penduduk Kuningan terbagi dalam strata usia, pendidikan, kesehatan, ekonomi bahkan social tertentu. Juga klaster profesi tertentu. Secara geografis, masyarakat Kuningan ada di 32 Kecamatan serta 376 desa dan kelurahan. Maka, dimanapun, di usia berapapun, pada posisi dan profesi apapun kita semua punya peluang yang sama dan terbuka menjadi pahlawan. Pahlawan KUNINGAN.
Kata Pahlawan juga dimaknai sebagai orang yang berpahala (pahala-wan) atau mendapat kebaikan atau feedback positif. Orang yang akan mendapat pahala atau pahlawan dalam terminology agama adalah orang yang menjalani hidup dengan misi ibadah (kebaikan substantive) dan visi mendapat penerimaan (ridho) dari sang khaliq. Sehingga, menjadi pahlawan itu memiliki 2 implikasi produktif, saat ini (dunia) dan nanti (akhirat). Agama memotivasi umat manusia, bahwa sesungguhnya Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mampu melakukan tindakan-tindakan kepahlawanan. Memberikan maslahat terbaik dan terbanyak untuk orang lain. Tindakannya dilakukan dan dirasakan penduduk bumi, prosesnya diicatat di langit. Kalangan agamawan menyebutnya prestasi atau maslahat dunia akhirat.
Berpadu dengan kesadaran keagamaan, maka menjadi Pahlawan Kuningan tidak harus terobsesi untuk dimakamkan di TMP Haurduni atau mendapat pengalungan medali atau mendapat piagam penghargaan dan atau dicatat di buku sejarah kabupaten Kuningan. Itu hanya bonus tertentu bagi penerimanya, bukanlah tujuan utama kepahlawanan itu sendiri. Sebagian tindakan kepahlawanan bisa dilakukan dalam sunyi tanpa berita tanpa cerita tapi senantiasa solutif. Pahlawan dalam sepi model ini nyaman dan hanya berharap tindakan kepahlawanannya dicatat sebagai tabungan kebaikan di sisi sang khaliq. Tentu Tindakan kepahlawanan yang terlihat dan bersifat motivating juga sangat diperlukan untuk menjadi teladan dan inspirasi. Tapi para pahlawan cenderung memiliki ciri yang sama; kalau tidak bisa memberi solusi pantang untuk menjadi bagian dari masalah apalagi menciptakan masalah.
Momentum kepahlawanan tersaji dalam banyak perisitiwa keseharian kita. Dari peristiwa sederhana, sedang-biasa hingga besar karena implikasinya luas dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Peristiwa harian ini menggoda dan meminta respon tindakan kepahlawan. Keterbelakangan, Kebodohan, kemiskinan dan ketidakberdayaan memberi jalan kepahlawanan. Indisplin, disharmoni, perpecahan menuntut respon kepahlawanan. Kesewenangan, kedzaliman, penindasan dan ketidakadilan membuka medan kepahlawanan. Momentum kepahlawanan mengundang tindakan kepahlawanan. Melahirkan pahlawan sejati yang tentu bukan seperti pahlawan kesiangan atau karbitan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati dan meneladani para pahlawannya. Sungguh kabupaten Kuningan merindukan dan menghendaki kehadiran para pahlawan Kuningan. Semua Kita harus bertanggung jawab menghadirkan para pahlawan baru kabupaten Kuningan. Atau jika tidak ada, maka biarlah kepada diriku atau kepada dirimu yang membaca tulisan ini: Jadilah PAHLAWAN KUNINGAN itu.
Selamat Hari PAHLAWAN, Selamat Menjadi PAHLAWAN KUNINGAN.
Oleh : Iman Priatna Rahman (Gerakan Kuningan BERDAYA Yayasan SINERGI Kuningan)
Diding Supardi, S.Pd.
14 November 2022 at 19:44
Alhamdulillah, mantabp 👍👍👍