Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Government

Open Bidding Tergantung Nasib

KUNINGAN (MASS) – Sebuah testimony makjleb dilontarkan salah seorang mantan peserta open bidding, Maman Nurachman SH MSi. Menurut pejabat eselon III tersebut, open bidding hanya sekadar menggugurkan aturan saja. Pada akhirnya, semua harus pasrah dan menyerahkannya pada nasib.

“Mau pinter sekalipun, jago sekalipun, kalau belum nasib sih gak bisa jadi. Saya kira, open bidding hanya memenuhi normatif saja, memenuhi aturan saja. Kalau ditanya efektivitas dan efisiensi, masih jauh,” kata ASN yang kini menjabat kabag program dan keuangan Sekretariat DPRD Kuningan tersebut.

Maman, satu tahun lagi memasuki usia pensiun. Pada 2020 lalu ia mencoba mengikuti open bidding untuk pejabat eselon IIB. Itu merupakan kesempatan terakhir dirinya mengikuti mekanisme lelang jabatan mengingat sudah dekat dengan masa pensiun.

Waktu itu, Maman mengikuti open bidding untuk jabatan sekretaris dewan (sekwan) dan kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD). Keberaniannya untuk 2 posisi tersebut lantaran dari sisi penguasaan dan pengalaman baik di sekretariat DPRD maupun di desa cukup baik.

“Saya di sekretariat dewan itu 7 tahun. Sedangkan syaratnya 5 tahun. Untuk posisi kepala DPMD, saya pernah menjabat ketua BPD 2 periode di desa sendiri dan ketua forum BPD kecamatan. Jadi untuk pengalaman dan penguasaan untuk 2 posisi tersebut, saya kira memenuhi syarat,” paparnya.

Sewaktu tahapan tes pun, Maman yang pernah mendapat penghargaan ASN 10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun dari presiden, merasa mampu. Namun hasil akhir, ia tidak lolos 3 besar tanpa tahu nilainya seperti apa.

Lucunya, sambung Maman, sebagian besar yang lolos tidak memiliki basic secretariat dewan sedikitpun. “Dua dari tiga besar yang masuk nominasi itu, dua orang diantaranya bukan basic sekretariat dewan. Padahal syaratnya 5 tahun,” ketusnya sambil tersenyum.

Melihat hal itu, ia berpesan kepada rekan-rekannya yang tengah mengikuti open bidding agar tetap berikhtiar. “Tempuh aja dulu. Akhirnya, kembali ke nasib. Kalau nilai mah subyektif. Saya juga gak tahu dulu nilainya berapa,” serunya.

Maman sendiri sudah 35 tahun mengabdi jadi ASN. Secara normatif terpenuhi dan berpengalaman. Tapi karena nasib yang belum beruntung, maka sekarang masih duduk di eselon III. Basic keilmuan tidak menjamin siapapun untuk lolos open bidding.

“Katanya harus ada kompetensi. Kompetensi manajemen organisasi lah, kompetensi manajemen kultur, penguasaan teknis. Tapi ya, tadi saya bilang, semua tergantung nasib,” ujarnya.

Dari open bidding di Kuningan, Maman berterus terang merasa heran kenapa tidak ada orang luar Kuningan yang mendaftar. Padahal open bidding sudah dilaksanakan tiga kali. Sedangkan dari Kuningan banyak yang ikut open bidding di luar daerah.

“Kalau dari kita (Kuningan, red), ada kan yang lolos ke Cirebon, Indramayu dan lainnya. Sebaliknya yang daftar ke kita, sama sekali tidak ada. Itu yang jadi pertanyaan saya. Apakah mungkin karena TPPnya kecil, atau mekanismenya yang membuat pesimis duluan. Ya, serba mungkin lah,” sindirnya.

Kalau dipinta saran, sebetulnya Maman lebih setuju apabila mekanisme rotasi/mutasi/promosi jabatan dikembalikan seperti dulu. Tapi karena secara aturan PP telah mengatur hal itu, maka dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

“Jadi sekarang mah, bagi temen-temen yang mau atau sedang ikut open bidding, yang penting tempuh aja dulu semaksimal mungkin. Pada akhirnya kita pasrah saja ke nasib,” pungkas Maman. (deden)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement