KUNINGAN (MASS) – Peran mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change juga dikenal sebagai penyambung lidah masyarakat, hal ini menjadi sesuatu yang wajar sebab mereka adalah sekelompok siswa yang telah dinyatakan lulus dari satuan pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) kemudian meneruskan tingkat pendidikan yang lebih tinggi hingga dijuluki mahasiswa, mereka merupakan orang orang yang dikemudian hari menjadi awal dari lahirnya akademisi atau kaum intelektual yang diharapkan dapat membawa perubahan positif yang berkemajuan.
Organisasi di tingkatan mahasiswa sebagai badan yang mewadahi para mahasiswa yang ingin berperan aktif, menjadi wadah bagi segala potensi untuk dikembangkan, tak heran organisasi memiliki peran yang vital bagi mahasiswa, organisasi yang baik dapat melahirkan kader yang berjiwa intelektual serta teguh pada ideologi dan kader yang baik dihasilkan dari proses kaderisasi yang baik pula, oleh sebab itu banyak organisasi berlomba lomba meningkatkan nilai mutu agar dapat bersaing menciptakan kader potensial sebagai regenerasi aktif dan mampu mengulang siklus yang sama atau bahkan meningkat.
Tidak lama lagi akan memasuki Masa Ta’aruf Mahasiswa Baru (Mastamaru) yang mana ini akan menjadi kontestasi dibeberapa organisasi untuk melakukan perekrutan dan menunjukan proses kaderisasi siapa yang lebih unggul, akan tetapi tantangannya adalah tidak semua mahasiswa yang akhirnya memutuskan untuk terjun kedalam organisasi memiliki tujuan yang jelas dan bahkan tidak bersifat homogen sebab memiliki berbagai alasan, mulai dari mereka yang hanya penasaran hingga hanya untuk mengisi waktu luang. Saat itulah proses terpenting dalam kaderisasi dimulai dimana suatu pola atau sistem harus memberikan esensi tentang organisasi dan membantu mereka menemukan alasan yang jelas hingga kemudian hasil dari pola aitu melahirkan kader yang berkualitas.
Kemudian setelah terbentuknya kader maka kolektif kolegal yang baik adalah hal yang perlu dibangun untuk menciptakan birokrasi yang sehat yang dapat menunjang tumbuh kembang suatu organisasi. Saya mengambil makna filosofis dari bangunan yang mana semakin tinggi bangunan dirancang maka semakin kokoh pula pondasi yang dibuat, apabila organisasi ingin mencapai goals maka Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal pokok yang harus dibangun, tentunya melalui metode metode pengkaderan yang terstruktur, menanamkan kebiasaan untuk merubah menunggu intruksi menjadi interupsi serta menciptakan the right man in the right place. Yang secara sederhana adalah menempatkan seseorang sesuai keahliannya. Dengan menjadikan the right man in the right place sebagai acuan dalam proses terciptanya birokrasi maka setiap bagian akan melaksanakan tugasnya dengan baik, dimana dalam hal ini saya beropini bahwa seorang pemimpin dalam organisasi memiliki peran diluar peran pokok adalah menghidupkan api intelektual dan nalar berfikir anggota serta menjaganya agar selalu terjaga dan tidak padam.
Namun saya beropini bahwa masih banyak egosentris yang menempatkan kepentingan pribadi diatas kepentingan organisasi atau kepentingan kelompok diatas kepentingan organisasi sehingga menjadi penghalang bagi tumbuh kembang suatu organisasi. Ego yang membuat lupa alih-alih meningkatkan kualitas namun yang terjadi adalah peningkatan gengsi yang kemudian melahirkan persaingan tidak sehat baik itu antar organisasi ataupun antar kelompok didalam suatu organisasi, hal ini tidak lepas dari adanya bahkan banyaknya intervensi yang membudaya dan diwariskan. Tak jarang juga organisasi hanya dijadikan sebagai batu loncatan yang setelahnya dibiarkan berlumut ketika mereka sudah mencapai tujuan, dinamika inilah yang sering kali menghambat proses regenerasi yang sehat dan malah menanamkan jiwa egosentris pada setiap kader. Maka ketika itu terjadi kata yang paling tepat untuk menggambarkan bentuk perubahan adalah revolusi.
Organisasi yang baik adalah organisasi yang melahirkan kader berjiwa intelektual, kader yang baik adalah kader yang dihasilkan dari proses kaderisasi berpola dan terstruktur, maka ciptakanlah pola yang terstruktur dalam proses kaderisasi dengan tujuan peningkatan SDM yang kompeten.
Oleh : Sandy Rizkya, Wakil Ketua UKM Tapak Suci dan divisi Kaderisasi HIMA PJKR STKIP Muhammadiyah Kuningan