KUNINGAN (MASS)- Jaman terus berkembang. Begitu juga nama-nama yang diberikan orang tua kepada anaknya, ikut berubah.
Dulu di Kabupaten Kuningan yang mayoritas suku Sunda, nama Dadan,Dudung, Asep, Aceng, Euis, Tati, Neneng, Nining menjamur.
Tapi nama itu mulai menghilang berganti nama bergaya arab ke eropa-eropaan. Padahal nama identitas sebuah negara atau suku.
Kondisi ini diaakui oleh pihak Disdukcapil Kuningan. Setiap anak yang lahir pasti membuat akta kelahiran.
Dari data tersebut nama-nama yang berbau sudan sudah hilang. Bahkan, nama-nama anaka melinial itu terdiri dari 3-4 kata. Tapi panggilannya satu huruf.
“Sudah langka nama khas Sunda. Sekarang mah namanya diganti, contoh Lawlite Kaffeel Sugiri dipanggil cukup L (el),” ujar Kadisdukcapil Kuningan Yudi Nugraha MPd, Kamis (22/4/2021).
Diterangkan, Hal positifnya dengan nama tiga-empat kata itu adalah memudahkan ketika membuat paspor.
“Nama-nama anak milenial bagus-bagus, terkadang sulit dihafal. Sangat berbeda dengan nama orang tua dulu,” ujar mantan Kabag Humas Setda Kuningan itu.
Pengakuan Yudi dibenarkan salah satu guru SDN 2 Kuningan Indryati Widya Utama. Perempuan berkacamata itu mengatakan, dari jumlah murid kelas 1B puluhan orang, namanya unik-unik.
“Saya cek tidak ada nama Wati, Nana, Agus. Mungkin karena orang tuanya pada gaul sehingga namanya bagus-bagus,” ujar Indri.
Padahal orang tua dulu memberikan nama tidak asal. Seperti ungkapan nama itu adalah doa. Begitu juga orang Sunda memberikan nama kepada anaknya.
Sebagai contoh nama Asep. Asep sendiri artinya adalah tampan, yang diambil dari kata ‘kasep’ dalam bahasa Sunda. Begitu juga dengan nama Amin yang artinya Benar. (agus)