KUNINGAN (MASS) – MUI Kabupaten Kuningan mengapresiasi selesainya pembangunan Bendungan Kuningan yang berlokasi di Desa Randusari Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan.
Sebagai ungkapan rasa syukur, dua hari sebelum peresmian oleh Presiden RI, Ketua Umum MUI Kabupaten Kuningan, Drs KH Dodo Syarif Hidayatullah, MA melakukan doa dan sujud syukur di area bendungan.
Ia didampingi Waketum KH Aman Syamsul Falah SPdI, Sekum Dr H Muhammad Nurdin, MAg dan beberapa Pengurus Harian lainnya, dan anggota Dewan Pertimbangan MUI, H Yusron Kholid, yang juga salah seorang Komisioner Baznas.
Sedangkan Pengurus MUI Kecamatan dan Desa, dihimbau untuk melakukan hal yang sama di tempatnya masing-masing.
“Bersamaan dengan peresmian Bendungan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juni 2021, kita berharap semoga air yang masuk ke dalam Bendungan ini diberkahi oleh Allah SWT dan dapat mengalirkan keberkahan dan manfaat bagi warga Kabupaten Kuningan dan sekitarnya,” ujarnya.
Sebagai warga Kabupaten Kuningan, patut berbangga dan berbahagia punya bendungan baru yang cukup luas dan dapat mengairi persawahan dan perkebunan.
“Tentunya kita mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati Kuningan beserta jajarannya, Pak Kadis PUPR dan seluruh pekerja atas kesungguhannya bekerja keras takenal lelah, sehingga pembangunan Bendungan ini bisa selesai,” tambahnya.
Tak luput dari apresiasi MUI kepada seluruh warga yang terdampak relokasi, semoga tempat baru lebih nyaman dan berkah.
“Kunjungan MUI untuk berdoa dan bersujud syukur ini spontanitas saja, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, karena itu mungkin cukup mengagetkan para penanggungjawab pembangunan yang selalu standby di lokasi, tak terkecuali H Ridwan Kadis PUPR. Namun demikian, alhamdulillah kami diterima dengan baik dan disilahkan untuk berdoa dan bersujud syukur,” tandasnya.
Berbicara tentang bendungan, teringat ke Negeri Saba’ yang diabadikan namanya menjadi salah satu nama surat di al-Quran, yaitu Surat Saba’.
Negeri Saba’ adalah negeri tempo dulu yang sangat subur dan makmur. Salah satu infrastrukturnya yang terkenal yaitu adanya bendungan Ma’arib yang mengairi dua kebun yang terletak di sisi kanan dan sisi kiri area Bendungan (QS. Saba’: 15)
Para ahli tafsir, antara lain Qatadah menggambarkan betapa subur dan makmurnya negeri Saba.
Sehingga siapa pun yang tinggal di dalamnya akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Diceritakan, bahwa jika ada seorang wanita yang berjalan di antara dua kebun di negeri Saba dengan menggendong keranjang untuk menampung buah-buahan yang ia inginkan dari kebun itu, tanpa harus bersusah payah memetiknya.
Jika ia sudah sampai di ujung kebun, maka keranjang sudah penuh dengan buah-buahan yang diinginkannya, subhanallah, itulah yang disebut Baldatun Thayyibatun.
Namun sayang seribu sayang, negeri yang begitu subur makmurnya tak bisa dipertahankan oleh penduduknya, mereka terlena dengan kesuburan dan kemakmuranya, mereka tidak bersyukur kepada Allah Yang telah mendatangkan kesuburan.
Dengan kesuburan, mereka malah kufur nikmat dengan memperlakukan bendungan untuk perbuatan tidak baik.
Bendungan Ma’arib pun akhirnya hancur karena tak dipelihara, pepohonan dan tanaman menjadi kering karena tidak ada lagi irigasi, maka warga menjadi melarat, negerinya hancur lebur dan lenyap dari muka bumi.
Kini Negeri Saba’ tinggal nama yang diabadikan dalam al-Quran sebagai peringatan bagi umat manusia untuk tidak melakukan kesalahan yang dilakukan oleh negeri Saba’.
Bendungan Kuningan hakikatnya adalah rahmat Allah SWT yang harus disyukuri, jangan sampai mengalami nasib seperti bendungan Ma’arib di negeri Saba’.
“Karena itu, semua harus berkomitmen untuk menjaga dan memeliharanya dengan baik dan penuh tanggungjawab. Jadikan objek wisata yang nyaman, mengedukasi dan agamis sesuai dengan visi Kuningan yang Agamis. Dengan demikian, In syaa Allah Kuningan menjadi Baldatun Thayyibatun wa robbun Ghafuur,” pungkasnya.(agus)