KUNINGAN (MASS) – Tidak semua perjalanan spiritual berjalan mulus. Bagi sebagian orang, menemukan keyakinan adalah proses panjang yang harus ditempuh dengan pengorbanan besar. Berdasarkan data yang dihimpun oleh MCIP Kuningan, di Kabupaten Kuningan, lebih dari 600 orang telah memilih jalan hidup baru dengan menjadi mualaf. Namun, keputusan tersebut sering kali datang dengan konsekuensi sosial, ekonomi, dan bahkan psikologis. Tidak sedikit yang mengalami penolakan dari keluarga, kehilangan pekerjaan, atau kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.
Ketua MCIP Kabupaten Kuningan, Dr. Insan Nulyaman, mengungkapkan, alasan seseorang menjadi mualaf sangat beragam. Beberapa memilih Islam karena pencarian ideologi dan keyakinan spiritual, sementara yang lain masuk Islam karena faktor pernikahan atau sosial. Namun, perjalanan mereka tidak selalu mudah.
“Kami menemui banyak kasus di mana seseorang yang baru masuk Islam kehilangan dukungan keluarga, bahkan ada yang sampai tidak mendapatkan hak warisan. Ada juga yang mengalami tekanan sosial dari lingkungan asalnya,” ujarnya dalam podcast bersama Kuningan Mass pada Rabu (12/3/2025).
Namun, bagi mereka yang memiliki keyakinan kuat, ujian tersebut tidak menjadi penghalang. Salah satu kisah inspiratif datang dari seorang mualaf yang meski sempat kehilangan dukungan keluarganya, tetap teguh dalam Islam hingga akhirnya mendapat penerimaan kembali setelah bertahun-tahun menjaga hubungan dengan cara yang baik.
Sebagai organisasi yang telah berdiri sejak 2014, MCIP tidak hanya berperan dalam pembinaan keagamaan tetapi juga memberikan pendampingan psikologis dan sosial bagi para mualaf. Mereka difasilitasi untuk tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga asalnya dan mendapatkan akses bantuan jika mengalami kesulitan ekonomi.
Selain itu, MCIP Kuningan juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti Baznas, Rumah Zakat, dan lembaga sosial lainnya untuk memberikan bantuan kepada mualaf yang membutuhkan.
“Kami berusaha memastikan bahwa para mualaf tidak hanya mendapatkan pemahaman agama, tetapi juga dukungan dalam menjalani kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
Ke depan, MCIP berencana untuk memperluas jangkauan program pembinaannya dan memperkuat sistem pendampingan bagi para mualaf. Dukungan dari masyarakat luas diharapkan bisa menjadi kekuatan tambahan bagi mereka yang tengah menjalani transisi menuju keyakinan baru.
“Menjadi mualaf bukan sekadar keputusan spiritual, tetapi juga perjalanan hidup yang penuh tantangan. Kami ingin memastikan bahwa tidak ada yang merasa sendirian dalam perjalanan ini,” pungkasnya. (argi)
Tonton selengkapnya disini :