KUNINGAN (MASS) – Seorang entrepreneur muda berusia 27 tahun, Syafii Efendi, menyuarakan perubahan di Kabupaten Kuningan. Dia meminta kepada generasi hari esok untuk memilih berubah atau mati (change or die).
“Siapa pewaris negara Indonesia? Ya kita-kita ini. Tapi coba kita lihat kondisi pemuda-pemudi sekarang, gaya hidupnya (kebarat-baratan), rumahnya (ga bagus), ibunya yang sudah senja masih bekerja. Miris,” ungkapnya dihadapan ratusan pelajar dan mahasiswa, Minggu (14/4/2019).
Ia merasa prihatin, sekarang ini 90% orang yang sudah berusia senja masih bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Padahal sudah waktunya beristirahat dan digantikan oleh millenials yang berusia produktif.
Jumlah millenials itu sendiri di Indonesia, imbuh Syafii, mencapai 34,45% dari 261 juta penduduk. Itu merupakan angka besar untuk bisa memimpin perubahan, bukan malah dikuasai oleh perubahan.
“Ada 2 jenis perubahan. Pertama, perubahan menguasai anda. Kedua, anda yang menguasai perubahan dan memimpin perubahan,” tandas pemilik 9 perusahaan dan 2 perguruan tinggi itu.
Syafii menegaskan, perubahan adalah tuntutan. Jika dulu warung kelontongan maka sekarang minimarket. Jika dulu ojek pangkalan, sekarang sudah berbasis teknologi. Jika dulu komputer yang berat, sekarang smart phone yang bisa ditenteng kemana-mana.
“Sekarang tidak ada lagi batas negara dan wilayah. Persaingan kita, bukan lagi dengan sesama orang Kuningan tapi se dunia. Untuk itu millenials harus siap berubah, tapi dengan memimpin perubahan. Learn or die!,” seru dia.
Lebih jauh Syafii mengatakan, teknologi akan menggantikan fungsi manusia. Akibatnya adalah kebangkrutan, kalah bersaing dan kemiskinan. Terlebih MEA di depan mata, persaingan kian ketat, lapangan kerja menyempit, keluarga menuntut sukses, usia terus bertambah, nilai uang semakin turun serta kriminalitas tinggi.
“Data BPS jumlah pengangguran Indonesia bertambah 300 ribu menjadi 7,45 juta orang yang terdiri dari tamatan SMK, SMA, DIII, S1. Lalu pernah ada jebolan S2 Fisip UI yang meminta MK melegalkan bunuh diri karena himpitan ekonomi,” ungkapnya.
Untuk itu, generasi muda harus membangun karakter sukses mulai sekarang. Pemuda harus kembali kepada track perjuangan mereka. Pemuda harus berani memimpin, menyuarakan kemandirian agar negara Indonesia tidak diatur oleh orang lain.
“Dan itu ada di tangan mereka (pemuda). 100 tahun ke depan adalah tanggung jawab pemuda hari ini yang sekarang dilatih. Ingat di luar negeri itu orang yang masih 14 tahun sudah mencalonkan gubernur,” tandas Syafii. (deden)