Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Menyambut Idul Fitri di Tengah Pandemi

KUNINGAN (MASS) – Covid-19 menjadi trending topic di seluruh penjuru dunia dalam beberapa bulan ini. Wabah ini pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019.

Awalnya berita tentang virus ini ditanggapi biasa saja oleh masyarakat dunia. Tak lain dikarenakan pernah ada pengalaman bahwa virus-virus yang menjadi wabah dapat diatasi dengan waktu dan penanganan yang relatif mudah.

SARS (Severe acute respiratory syndrome) dan Flu Burung (influenza A subtipe H5N1) merupakan wabah yang pernah menjadi perhatian dunia, gejalanya sepintas hampir mirip dengan covid-19 (menyerang sistem pernafasan manusia).


Namun, dugaan-dugaan tersebut ternyata keliru. Covid-19 jauh berbeda dengan SARS dan Flu Burung. Utamanya jika dilihat dari dampak sistemik yang dihasilkan. Virus ini penyebarannya sangat mudah dan cepat hingga pada 19 mei 2020 sudah ada 4,88 juta orang dari seluruh dunia yang terinfeksi.

Untuk di Indonesia, sejak diumumkan oleh Presiden tanggal 2 Maret hingga saat ini (19 Mei 2020) sudah ada 18.496 Orang positif covid-19. Imbas dari pandemi ini menyerang segala aspek kehidupan yang tentunya paling utama adalah aspek kesehatan.

Para tenaga medis sebagai pahlawan dan garda terdepan harus rela bertaruh nyawa dalam merawat pasien covid. Aspek lain yang terdampak adalah ekonomi, pendidikan dan keagamaan.

Umat islam harus menjalani Ramadhan dan idul fitri dalam bayang-bayang pandemi.

Pandemi dan dampaknya bagi Sistem Ekonomi

Selain kesehatan, aspek ekonomi merupakan aspek yang terkena imbas luar biasa disebabkan covid-19. Pembatasan-pembatasan sosial, pelarangan transportasi, himbauan diam di rumah dalam waktu yang relatif lama melumpuhkan sendi-sendi ekonomi, terlebih ekonomi mikro.

Pengangguran melonjak, roda perdagangan tersendat dan efeknya suasana saat ini hampir mirip dengan krisis moneter beberapa waktu silam, meskipun pemerintah sedang konsen menata masyarakat termasuk sistem perekonomiannya namun angin kearah kelumpuhan ekonomi sudah mulai terasa.

Hanya sebagian profesi yang bisa eksis menerapkan sistem bekerja dari rumah (work from home), profesi-profesi lain harus rela melapas pekerjaan yang selama ini dijalani.

Sampai hari ini tidak ada yang tahu pandemi ini akan sirna kapan. Bukan tidak mungkin, hal yang lebih buruk bisa dialami bangsa ini jika perekonomian tak cepat kembali stabil.

Bulan ramadhan seperti saat ini, di tahun-tahun sebelumnya dijalani dengan kebahagiaan, optimisme, dan antuasiasme. Namun hal berbeda dialami saat ini, khawatir, sedih dan rasa was-was menemani ibadah ramadhan tahun

Wajah Baru Pendidikan


Dulu, saat Pak Anies Baswedan menjadi Menteri Pendidikan Nasional, beliau pernah menyampaikan bahwa setiap rumah adalah sekolah, setiap orang tua adalah guru.

Pernyataan beliau sesungguhnya bukan merupakan prediksi akan musibah ini, namun memberi pesan bahwa proses pendidikan yang dijalani oleh seorang anak harus disinergikan antara rumah dan sekolah, antara guru dan orang tua.

Hari ini, pesan tersebut nyata adanya, sekolah dan seluruh lembaga pendidikan ditutup. Untuk jenjang pendidikan usia dini dan sekolah dasar, proses belajar didampingi oleh orang tua yang kemudian dilaporkan pada wali kelasnya dan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi, pembelajaran dialihkan melalui media sosial atau belajar daring (dalam jaringan).

Secara tiba-tiba, tanpa persiapan, semua pihak harus bersiap menyiasati dan menyesuaikan diri dengan keadaan ini, ramadhan di rumah, tanpa pesantren kilat, buka bersama, dan kegiatan keagamaan lain yang biasanya diselenggarakan lembaga pendidikan.

Menyikapi Pandemi dengan keimanan
Tidak ada sholat jumat, tidak ada sholat taraweh berjamaah dan tidak ada sholat idul fitri ramai di masjid dan pelatarannya maupun di lapangan luas pada ramadhan dan idul fitri tahun ini.

Sedih, sakit, kecewa dan perasaan-perasaan menyesakkan dada lainnya dirasakan oleh seluruh umat muslim. Pandemi ini menyayat hati, mengurangi esensi silaturahmi di bulan suci.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Namun sebagai umat yang beriman, perasaan-perasaan tersebut harus dikikis dengan keyakinan bahwa semuanya berasal dari Allah dan hanya kepada-Nya manusia memohon agar musibah ini segera diangkat.


Dalam Alquran surah At-Taubah 51 Allah berfirman Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.


Covid-19 dapat dipahami sebagai musibah, untuk menguji keimanan umat islam terlebih di bulan suci ramadhan. Musibah merupakan skenario Allah dalam menguji kesabaran dan rasa solidaritas kemanusiaan hambanya dalam meningkatkan eskalasi spiritualitas manusia kepada-Nya.

Sebab, kata Nabi Muhammad, bahwa Allah akan menguji manusia jika ia akan mendapatkan suatu hal yang istimewa.
Selain doa agar wabah ini segera Allah angkat, ikhtiar dari kita semua juga sangat diperlukan.

Tetap dirumah, patuhi social distancing dan patuhi anjuran-anjuran pemerintah mengenai protokol kesehatan dalam memutus penyebaran wabah.***

Penulis : Nana Sutarna, M.Pd.
Dosen STKIP Muhammadiyah Kuningan

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version