KUNINGAN (MASS)- Tidak semua warga Kuningan ketika terjadi gerhana bulan total di masjid untuk melaksanakan salat gerhana atau salat khusuf.
Ada yang memilih untuk menyaksikan fenomena langka itu di tempat terbuka. Seperti di terlihat di Taman Kota.
Selain menikmati suasana malam di jantung kota Kuningan, juga mereka melihat bagaimana proses terjadi gerhana bulan total.
Bukan hanya mengabadikan dengan cara di foto tapi juga banyak yang menggunakan media video untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.
“Terakhir terjadi pada tahun 2018, dan sekarng terjadi. Setelah itu akan terjadi lagi tahun 2023, tentu ini fenomena langka,” ujar Andri.
Ia yang datang bersama pasangannya mengaku kagum atas kebesaraan Allah, dimana terjadi fenomana yang langka.
“Masya Allah masya Allah benar-benar menakjubkan,” ujarnya.
Dari pantauan meski terjadi GBT tidak sedikit yang cuek dan baru sadar ketika orang ramai membicarakan. Bahkan dibanding salat di masjid banyak yang memilih hiburan ke tamkot.
Sekadar informasi Gerhana Bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan.
Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.
Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini membuat Bulan masuk ke umbra Bumi. Akibatnya, saat fase totalitas gerhana terjadi Bulan akan terlihat kemerahan.
Adapun Gerhana Matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semua cahayanya sampai ke Bumi dan selalu terjadi pada saat fase bulan baru.
Untuk diketahui bahwa waktu puncak gerhana ini terjadi hanya 9 jam 28 menit dari sejak bulan berada di perige. Karena itu, gerhana ini dapat disebut sebagai gerhana bulan total perige atau dikenal pula sebagai Super Blood Moon, mengingat saat fase totalitas Bulan akan terlihatkemerahan.(agus)