KUNINGAN (MASS) – Tujuan hidup manusia bermacam dan berbeda satu sama lain, sesuai dengan apa yang ada di benak pikirannya. Ada yang tujuan hidupnya memburu kekayaan, kemegahan, dan popularitas hidup di dunia semata, dan untuk itu ia rela bersusah-payah mengerahkan segala kemampuannya. Sungguh, orang-orang yang seperti ini adalah jenis manusia yang tertipu karena sejatinya kenikmatan hidup dunia ini hanyalah kenikmatan yang menipu.
Ada juga yang tujuan hidupnya untuk mencari kehidupan akhirat, sehingga terkadang tidak begitu peduli dengan kehidupan dunia. Lalu, bagaimana seorang mukmin memandang tujuan hidupnya? Bagi seorang muslim, kemuliaan hidup itu ada pada penghambaan yang total kepada Allah, pemilik sejati alam semesta ini. Mereka maksimalkan sarana dunia ini untuk bekal akhirat.
Seorang mukmin yang benar pemikirannya, ia akan selalu menjaga konsep keseimbangan hidup antara kebutuhan duniawi dan akhirat.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Carilah pada apa yang Allah karuniakan kepadamu berupa kehidupan akhirat, dan jangan melupakan nasibmu di dunia.” (QS Al-Qasas: 77).
Rasulullah SAW juga menegaskan akan pentingnya menjaga keseimbangan dengan sabdanya, “Bekerjalah untuk kehidupan duniamu seolah-olah engkau hidup di sana selama-lamanya, dan bekerjalah untuk kehidupan akhiratmu seolah-olah engkau mati besok.”
Inilah konsep hidup yang benar yang mampu memandu perjalanan orang mukmin hingga sampai tujuan. Dan oleh sebab pentingnya konsep ini, Allah memerintahkan kepada kita untuk selalu memperbaharui niat, dan komitmen hidup di atas landasan iman dengan mengulang-ulang firman-Nya sebagai bacaan wajib dalam shalat.
”Ya Allah, tunjukkan kami ke jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat (para nabi, shiddiqiin, orang-orang jujur, syuhada’, dan orang-orang shaleh). Bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai dan bukan jalannya orang-orang yang Engkau sesatkan.” (QS Al-Fatihah)
Kita menyadari sepenuhnya bahwa antara idealisme kita untuk berjalan di atas iman itu tidak selalu beriringan dengan realita hidup yang kita lewati. Hal ini disebabkan oleh suasana hati manusia pasang surut atau kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Jika niat dan tujuan sudah selaras, dan menjadi sebuah azzam yang dilaksanakan, maka agama memandu kita untuk bertawakal.
Sampai di sini, kita telah menemukan empat kosakata dalam kamus kehidupan yang harus selalu diingat, yaitu niat dan tujuan, realita hidup, azzam (kemauan), dan tawakkal.
Niat dan tujuan hidup seorang muslim adalah Allahu ghoyatuna, idealisme hidup di atas iman. Realita hidup adalah kondisi yang kita temukan dalam kehidupan nyata. Azzam atau kemauan adalah upaya untuk menggiring realita hidup kepada apa yang kita cita-citakan. Tawakkal adalah kekuatan jiwa dalam mengendalikan mental kita agar tetap istiqomah menerima, dan bersangka baik kepada Allah jika apa yang kita usahakan belum tercapai seperti apa yang kita harapkan. Wallahu a’lam.
Basuki Ahmad Danuri
Dai Korps Mubaligh Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat





















