KUNINGAN (MASS) – Mungkin performanya sudah tidak asing lagi, apalagi untuk orang yang memang penikmat musik lokal Kuningan, atau setidaknya sering ikut Car Free Day. Namanya Sound Diminished, sebuah band yang terdiri dari 4 personil yang kesemuanya adalah putra Kuningan.
Band yang terbentuk sejak Juni 2019 tersebut, sudah malang melintang dan menggelar berbagai perform, mulai dari panggung-panggung kedai kopi, hotel, bahkan pagelaran dan event besar.
Band yang digawangi Mela sebagai Vokalis asal Cijoho tersebut, ternyata memiliki sejarah yang cukup unik. Sebelumnya, Diminished hanya memiliki 3 personil dan bergenre metalika.
“Sebelum Mela dateng, kita itu emang basicnya gruf metalica, diminished itu diambil dari kunci-kunci metal,” ujar salah satu personil, Agung pada kuninganmass.com Sabtu (8/2/2020).
Agung sendiri merupakan personil yang memainkan kajon. Dirinya merupakan pemuda asal Ciporang. Selain Agung, personil lainnya yang sama-sama berasal dari Ciporang adalah Dandi sebagai Gitaris, serta Aldi dari Kramatmulya sebagai pemegang Melodi.
Saat ditemui di salahsatu kedai d Jalaksana, Sound Dim, sebutan grufnya, sedang bersiap-siap untuk tampil selepas isya. Kuninganmass.com diterima dengan baik dan hangat.
Agung yang lebih banyak bercerita pada kuninganmass.com bahkan menyebut band nya tersebut sudah memiliki single yang diambil dari antalogi puisi. Menurutnya, puisi selalu memiliki makna dari kata-perkata, bait-perbait.
“Judulnya Kau dan Aku, sama satu lagi, Rinduku Berbuah Lara,” ujarnya sambil mengingat.
Saat ini, Sound Dim sendiri reguler bermain musik setiap malam minggu di kedai. Meski bermain reguler setiap akhor pekan, mereka ternyata memiliki usaha masing-masing pada setiap harinya.
“Kayaknya gak cukup deh a kalo perform seminggu sekali untuk memenuhi kebutuhan, tapi ya ini kan berawal dari hobi aja, jadi kita enjoy. Makanya kita ini selain nyanyi, punya usaha masing-masing lah buat sehari-hari,” ujar Agung diamini personil lainnya sembari memberikan senyum-senyum simpul.
Menurutnya saat ini di Kuningan sendiri ruang bermusik memang sangat sedikit. Tidak banyak event-event besar yang memberikan ruang bermusik. Namun kehadiran banyaknya kedai kopi di Kuningan ternyata menjadi berkah tersendiri bagi para musisi Kuningan.
“Sebenarnya musik itu kan abstrak. Tapi semua orang cinta musik. Mau gimanapun keadaan, terlepas apaun genrenya ya,” jawabnya saat ditanyai kenapa memilih berkarir di dunia musik.
Sound Dim, mereka semua bersepakat pengalaman terbaik dari bermain musik adalah diapresiasi oleh penonton, apalaagi saat penontonya beragam dan dari luar kota.
“Pernah waktu itu akhir tahun kita manggung di hotel kan, ah itu gak nyangka banget, orang-orangnya dari mana-mana, bukan cuman anak muda lagi. Ada yang dari jakarta, jogja, pokoknya banyak deh,” cerita sang Vokalis, Mela.
Meski begitu, perjalanan Sound Dim tidak selalu mulus. Awalnya, mereka mengaku meminta ijin pada pemilik kedai untuk sekedar ‘ngamen’, sebelum akhirnya dipatenkan oleh pengelola.
Kejadian lainnya yang cukup membekas di ingatan para personil adalah kejadian kecelakaan sebelu tour luar kota. Disini Aldi yang bercerita cukup rinci. Menurutnya saat itu sekitar bulan Oktober atau September mereka sudah dijadwalkan untuk tour luar kota, dan untuk pertama mereka akan mengisi di Sukabumi.
“Baru sampe tol Kanci (cirebon, red) kita udah kecelakaan tuh, mobil kita oleng nabrak trotoar sampe guling-guling dan kelempar ke pinggir tol, ah waktu itu udah pasrah banget,” tuturnya.
Dari kejadian itu, semua jadwal yang ada terpaksa di cancel. Menurut Aldi, kemungkinan tour kalo tidak dibatalkan kan berlanjut hingga Desember.
“Tapi waktu itu parah banget, yang paling parah ya Mela, kena kepala soalnya, pendarahan,” imbuhnya.
Aldi menyebut Mela sampe saat ini masih trauma untuk berpergian ke luar kota dan menggunakan mobil.
“Tapi kalo musik, kita gak kapok kok. Pokoknya saya pesen nih, untuk teman-teman yang lain di Kuningan. Teruslah berkreasi, karena yakin, luar tuh banyak yang mengapresiasi kita,” pesan Sound Dim. (eki)