KUNINGAN (MASS) – Siapa sangka tanah, pasir, kayu, ranting, daun, bunga, buah, batu kecil, dan biji-bijian yang sering terabaikan bisa menjadi kunci emas bagi tumbuh kembang anak? Di TK Triwala, benda-benda sederhana ini justru menjelma jadi alat pembelajaran yang kaya makna mengasah kecerdasan, menumbuhkan kepedulian, sekaligus melatih keterampilan anak sejak dini.
Gambar 1. Proses dan Hasil Pembelajaran menggunakan Media Pembelajaran dari Bahan Alam
Di tengah arus digital yang serba cepat, kita kerap lupa bahwa alam adalah tempat belajar yang paling alami dan menyenangkan. Di TK Triwala, semangat kembali ke alam ini dihidupkan lewat pembelajaran berbasis media bahan alam. Bukan sekadar kegiatan main biasa, pendekatan ini membawa anak-anak belajar lewat sentuhan, gerak, dan rasa. Lewat pasir, daun, batu, dan biji-bijian, mereka belajar lebih dari yang bisa dijelaskan lewat kata-kata. Tapi, seberapa jauh media sederhana ini bisa benar-benar mendukung tumbuh kembang anak?
Di TK Triwala, media bahan alam bukan hanya pelengkap aktivitas, tapi bagian penting dari proses belajar yang menyeluruh dengan pendekatan System Thinking. Pendekatan ini dirancang untuk merangsang perkembangan anak dari tiga sisi utama: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Systems Thinking atau Berpikir Sistem adalah pendekatan pemikiran yang melihat suatu permasalahan atau fenomena sebagai bagian dari suatu sistem yang lebih besar. Pendekatan ini membantu kita memahami hubungan antar komponen dalam suatu sistem, bagaimana komponen tersebut saling memengaruhi, serta pola dan dinamika yang muncul dari interaksi tersebut. Dalam proses pembelajaran di TK Triwala yang mengimplementasikan System Thinking merancang untuk meningkatkan kemampuan Afektif, Kognitif, Motorik halus dan Sosial Anak Usia Dini dengan Media Pembelajaran dari Bahan Alam Melalui Pendekatan System Thinking. Gambaran System Thinking dalam proses pembelaran PAUD ditunjukkan pada Gambar berikut:
Gambar 2. Meningkatkan kemampuan Afektif, Kognitif, Motorik halus dan Sosial Anak Usia Dini dengan Media Pembelajaran dari Bahan Alam Melalui Pendekatan System Thinking
Hubungan antar komponen dalam suatu proses pembelajaran seperti ditunjukkan pada Gambar 2, bagaimana komponen tersebut saling memengaruhi, serta pola dan dinamika yang muncul dari interaksi antar variabel untuk meningkatkan kemampuan Afektif, Kognitif, Motorik halus dan Sosial Anak Usia Dini dengan Media Pembelajaran dari Bahan Alam.
Dari sisi kognitif, anak-anak diajak berpikir kritis dan kreatif melalui permainan yang tampak sederhana tapi kaya tantangan. Saat mereka menyusun pola dari biji-bijian, mencocokkan bentuk daun, atau mengelompokkan batu berdasarkan warna dan ukuran, sebenarnya mereka sedang belajar konsep klasifikasi, logika, dan pemecahan masalah semua tanpa tekanan, hanya lewat eksplorasi yang menyenangkan.
Sementara itu, dari aspek afektif, interaksi langsung dengan alam membangun kedekatan emosional dengan lingkungan sekitar. Anak-anak diajak tidak hanya memakai bahan alam, tapi juga mengenal dan merawatnya. Kegiatan seperti menanam, menyiram tanaman, atau membuat karya dari bahan bekas alam, menumbuhkan rasa sayang dan tanggung jawab terhadap alam. Ini menjadi bekal penting untuk membangun karakter anak yang peduli dan empati terhadap sesama makhluk hidup.
Untuk aspek psikomotor, aktivitas seperti meronce, menempel, atau menggambar dengan bahan alam secara alami melatih keterampilan motorik halus dan kasar. Anak belajar mengontrol gerakan tangan, memusatkan perhatian, dan mengkoordinasikan mata dengan gerakan. Kemampuan ini nantinya akan sangat membantu mereka dalam tahap belajar menulis dan melakukan aktivitas lain yang membutuhkan ketepatan gerak.
Menggunakan media bahan alam dalam pembelajaran bukan hanya soal kembali ke alam, tapi juga tentang menciptakan pengalaman belajar yang utuh, menyenangkan, dan bermakna. Di TK Triwala, pendekatan ini bukan sekadar metode, melainkan komitmen untuk membentuk anak-anak yang cerdas, peduli, dan terampil. Semoga semakin banyak sekolah yang terinspirasi untuk mengajak anak-anak belajar lebih dekat dengan alam karena dari alam, kita bukan hanya belajar tentang dunia, tapi juga tentang kehidupan itu sendiri.
Oleh :
Ilah Rohmailah, Iyang Khoeriyatul Uma, Heti Triwahyuni, dan Casnan
TK Triwala, Universitas Muhammadiyah Kuningan
