KUNINGAN (MASS) – Bangsa Indonesia akan kembali memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia. Semangat perjuangan menjadi spirit mengisi kemerdekaan agar menjadi bangsa merdeka dalam semua aspek. Inilah pentingnya memaknai sebuah kemerdekaan.
Agar suasana kemerdekaan menjadi berkah, maka diperlukan upaya saling mengingatkan di antara anak bangsa, sebagai diperintahkan dalam Alquran. “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Adz-Dazriyat [56]: 51).
Sebagai seorang penggiat media cetak dan elektronik, hendaknya terus berjuang tak kenal lelah dengan menyajikan informasi dan berita yang menyejukkan (bukan profokatif) dan dapat dipertanggungjawabkan (bukan hoax).
Perenungan sabda Nabi SAW, “Tidaklah engkau menceritakan (suatu berita) kepada sekelompok orang, berupa berita yang tidak dapat mereka pahami, kecuali akan menjadi sumber kerusakan (keributan atau kekacauan) bagi mereka.” (HR Muslim).
Sebagai seorang pengusaha, terus berjuang tidak kenal lelah dengan bisnis yang halal dan memberikan hak kepada karyawan sebelum keringatnya mengering. Perenungan sabda Nabi SAW, “Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR Ibnu Majah).
Sebagai orang yang berpunya (kaya), terus berjuang dengan banyak berderma. Perenungan sabda Nabi SAW, ”Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua Malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai suami atau istri, terus berjuang tanpa pamrih dengan menjadikan keluarga sebagai ladang penyiapan generasi yang berakhlakul karimah. Perenungan sabda Nabi SAW, ”Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR Al-Hakim).
Sebagai anak, akan terus berjuang tidak kenal berhenti dengan berbakti kepada orang tua, membahagiakan, dan menjaga nama baik keluarga. Perenungan sabda Nabi SAW, “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR Bukhari).
Sebagai seorang pendidik, terus berjuang dengan ketulusan mengerahkan seluruh potensi untuk mendidik anak negeri menjadi cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Perenungan sabda Nabi SAW, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR Muslim)
Sebagai siswa, terus berjuang dengan ikhlas mengerahkan seluruh potensi untuk menyerap ilmu, berbakti kepada guru, dan mempersiapkan diri turut dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perenungan. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri RA berkata, “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah SAW kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tidak satu pun dari kami yang berbicara.” (HR Bukhari).
Sebagai pemimpin, berjuang dengan memberikan hak dan tidak menelantarkan rakyat, dan bekerja keras untuk mengantarkan kepada kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera.
Perenungan. Jika pernah berjanji kepada rakyat untuk menunaikan amanat, maka tunaikanlah. “Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Sebagai rakyat, berjuang dengan mengerahkan kemampuan untuk mendukung setiap program dan kebijakan yang berorientasi untuk kemaslahatan rakyat, dan akan mengingatkan terhadap segala bentuk penyimpangan.
Dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Bagi setiap muslim, wajib taat dan mendengar kepada pemimpin (penguasa) kaum muslimin dalam hal yang disukai maupun hal yang tidak disukai (dibenci) kecuali jika diperintahkan dalam maksiat. Jika diperintahkan dalam hal maksiat, maka tidak boleh menerima perintah tersebut dan tidak boleh taat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai politisi (anggota legislatif), berjuang memeras pikiran dan tenaga untuk kemaslahatan rakyat yang memberi mandat, bukan memanfaatkan untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan golongannya.
Renungkan sabda Nabi SAW, “Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai pejabat, terus berjuang dengan tetap memberikan pelayanan prima, bukan malah memanfaatkan untuk memperkaya diri dengan meminta imbalan, padahal telah digaji oleh negara yang berasal dari uang rakyat.
Bahan perenungan. Dari Abu Dzarr pula, ia berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda, ”Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” (HR Muslim).
Sebagai apapun kita, hendaknya terus berjuang tanpa pamrih dengan memberikan manfaat yang lebih besar kepada umat, bangsa, dan negara. Dan, puncak kebaikan itu manakala seseorang dapat memberi manfaat seluas-luasnya untuk kepentingan umat, bangsa, dan negara. Itu semua bukan janji tapi mesti ditepati.
Jika makna kemerdekaan ini diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara niscaya dapat mengantarkan kemerdekaan dalam semua aspek kehidiupan. Semoga.
Penulis : Imam Nur Suharno
Pendidik di Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat