Connect with us

Hi, what are you looking for?

Business

Manfaat Pembelajaran Anak Sekolah Selama Ramadan di Rumah: Perspektif Kebijakan Publik

KUNINGAN (MASS) – Kebijakan pendidikan selama bulan Ramadan telah menjadi perbincangan penting dalam konteks pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa tidak ada istilah “libur Ramadan” bagi murid sekolah, melainkan “pembelajaran di bulan Ramadan.”

Pernyataan ini menunjukkan upaya pemerintah untuk tetap menjaga keberlangsungan pendidikan dengan penyesuaian khusus selama bulan suci Ramadan.

Dalam perspektif kebijakan publik, pendekatan ini tidak hanya relevan secara pendidikan, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan budaya yang signifikan.

Konteks Kebijakan: Bukan Libur, Melainkan Penyesuaian

Istilah “pembelajaran di bulan Ramadan” yang ditekankan oleh Mendikdasmen menggambarkan fokus kebijakan pendidikan untuk tetap menjamin hak belajar siswa, sekaligus menghormati momentum Ramadan yang sarat nilai spiritual.

Dengan pendekatan ini, murid tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM) di rumah atau melalui aktivitas yang lebih fleksibel.

Kebijakan ini telah dibahas lintas kementerian dengan tujuan menyelaraskan pendidikan, agama, dan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia.

Pembelajaran Anak Selama Ramadan di Rumah: Sebuah Pendekatan Baru yang Berbasis Nilai

Kebijakan pendidikan selama Ramadan sering kali menjadi topik yang menarik perhatian masyarakat.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa istilah “libur Ramadan” sebaiknya tidak digunakan, menggantinya dengan “pembelajaran di bulan Ramadan.”

Langkah ini menunjukkan adanya komitmen pemerintah untuk menjaga keberlangsungan pendidikan meskipun dalam konteks bulan suci Ramadan.

Bukan hanya soal melanjutkan rutinitas belajar, tetapi juga memanfaatkan Ramadan sebagai momentum untuk membentuk karakter dan memperkuat nilai-nilai spiritual siswa.

Pendekatan baru ini patut diapresiasi. Dengan menegaskan bahwa Ramadan bukan alasan untuk berhenti belajar, kebijakan ini memberikan sinyal penting bahwa pendidikan adalah proses berkelanjutan.

Melalui penyesuaian waktu dan metode pembelajaran, siswa tidak hanya tetap mendapatkan hak belajarnya, tetapi juga memperoleh kesempatan untuk memahami Ramadan sebagai pengalaman yang lebih bermakna.

Upaya ini mencerminkan inovasi dalam sistem pendidikan, di mana spiritualitas dan pendidikan formal dapat berjalan seiring, menciptakan harmoni antara dua aspek penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Jika kita melihat kembali ke masa pemerintahan sebelumnya, khususnya sebelum era Presiden Prabowo, kebijakan pendidikan selama Ramadan cenderung beragam.

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), misalnya, pembelajaran selama Ramadan sering kali dilaksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan di sekolah. Siswa datang ke sekolah untuk mengikuti ceramah agama, tadarus Al-Qur’an, atau pesantren kilat.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap ajaran Islam, tetapi pada saat yang sama, fokus pada kurikulum akademik sering kali berkurang.

Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, pendekatan mulai berubah seiring dengan digitalisasi pendidikan. Pemerintah mulai mendorong pembelajaran berbasis teknologi, terutama selama pandemi COVID-19. Ramadan pada saat itu menjadi ajang eksperimen besar dalam pendidikan daring.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Pembelajaran di rumah yang dipadukan dengan nilai-nilai Ramadan diperkenalkan, meskipun tidak semua daerah dapat mengimplementasikannya dengan optimal. Pandemi membuka jalan bagi fleksibilitas pendidikan, yang kini diteruskan dan diperkuat melalui kebijakan pembelajaran Ramadan di era pemerintahan Presiden Prabowo.

Kebijakan yang diterapkan saat ini menggabungkan elemen terbaik dari pendekatan sebelumnya, namun dengan inovasi tambahan.

Pembelajaran selama Ramadan kini didesain agar lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Penekanan pada aktivitas di rumah, di mana orang tua dapat berperan aktif, memungkinkan pendidikan menjadi lebih kolaboratif. Anak-anak tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai seperti kepedulian sosial, kemandirian, dan pengendalian diri yang sesuai dengan semangat Ramadan.

Sejarah dan pengalaman pembelajaran selama Ramadan menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia memiliki kemampuan beradaptasi yang kuat.

Setiap era menghadirkan tantangan dan peluang yang berbeda, tetapi tujuan akhirnya tetap sama: menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Dalam konteks ini, kebijakan pembelajaran di rumah selama Ramadan di masa sekarang adalah kelanjutan dari visi yang lebih besar—membangun generasi muda yang seimbang antara ilmu dan akhlak.

Di sisi lain, keberhasilan kebijakan ini juga tergantung pada dukungan semua pihak.

Guru harus mampu merancang kegiatan yang menarik dan relevan dengan semangat Ramadan.

Orang tua perlu memberikan pendampingan yang penuh kasih dan kesabaran.

Pemerintah harus memastikan bahwa seluruh siswa, termasuk mereka yang berada di wilayah terpencil, mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan.

Pembelajaran selama Ramadan di rumah bukan hanya soal keberlanjutan pendidikan, tetapi juga soal membangun budaya belajar yang fleksibel, inovatif, dan berbasis nilai.

Pendekatan baru ini adalah langkah maju dalam memanfaatkan Ramadan sebagai momen pembelajaran yang tidak hanya berbasis akademik tetapi juga spiritual dan sosial.

Dengan komitmen dan kerjasama semua pihak, kebijakan ini dapat menjadi model pendidikan yang tidak hanya relevan selama Ramadan tetapi juga dalam konteks pendidikan jangka panjang di Indonesia.

Manfaat Pembelajaran Ramadan di Rumah

Pertama, Integrasi Pendidikan dan Nilai Spiritualitas

Pembelajaran selama Ramadan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritual. Dalam konteks kebijakan publik, ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk menciptakan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan religius. Aktivitas seperti kajian Al-Qur’an, belajar tentang sejarah Islam, dan diskusi terkait makna puasa dapat memperkuat fondasi spiritual siswa.

Kedua, Penguatan Peran Orang Tua dalam Pendidikan.

Dengan adanya pembelajaran di rumah selama Ramadan, orang tua memiliki kesempatan lebih besar untuk berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan anak. Orang tua dapat menjadi fasilitator pembelajaran, mendampingi anak dalam memahami tugas sekolah, atau bahkan melibatkan mereka dalam kegiatan Ramadan seperti tadarus bersama. Kebijakan ini mendorong terciptanya sinergi antara sekolah dan keluarga sebagai dua pilar utama pendidikan.

Ketiga, Peningkatan Kreativitas dan Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran di rumah selama Ramadan memungkinkan siswa untuk belajar secara lebih fleksibel dan kreatif. Guru dapat memberikan tugas-tugas berbasis proyek yang relevan dengan Ramadan, seperti membuat jurnal puasa, menulis artikel tentang pengalaman Ramadan, atau proyek sosial berbasis nilai kepedulian. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk berpikir kritis sekaligus mempraktikkan apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Keempat, Efisiensi dan Penyesuaian Jadwal Belajar

Salah satu keunggulan pembelajaran Ramadan adalah fleksibilitas waktu. Kebijakan ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan jadwal yang disesuaikan dengan ritme Ramadan, seperti bangun lebih awal untuk sahur dan waktu istirahat siang yang lebih panjang. Fleksibilitas ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan siswa tetapi juga membantu mereka mengelola energi selama menjalankan ibadah puasa.

Kelima, Penanaman Nilai Sosial dan Kepedulian

Ramadan adalah bulan berbagi dan meningkatkan empati sosial. Pembelajaran di rumah dapat dimanfaatkan untuk mengadakan kegiatan yang melibatkan aksi sosial, seperti menggalang donasi, berbagi makanan buka puasa, atau membantu sesama. Dalam perspektif kebijakan publik, kegiatan ini memperkuat fungsi pendidikan sebagai wahana pembentukan karakter dan solidaritas sosial.

Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Kebijakan

Meskipun manfaatnya signifikan, implementasi kebijakan ini menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi, seperti:

Pertama, Akses dan Kesiapan Teknologi

Tidak semua siswa memiliki akses ke perangkat dan internet yang memadai untuk pembelajaran daring di rumah. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu mengoptimalkan pembelajaran berbasis luring, seperti modul cetak, siaran TV edukasi, atau kunjungan guru ke daerah terpencil.

Kedua, Kapasitas Orang Tua sebagai Pendamping

Tidak semua orang tua siap mendampingi anak belajar di rumah, terutama mereka yang bekerja penuh waktu. Solusinya, pemerintah dapat menyediakan panduan pembelajaran yang sederhana dan fleksibel, sehingga orang tua dapat berperan meskipun dengan keterbatasan waktu.

Ketiga, Variasi Aktivitas Pembelajaran

Guru perlu didukung dengan pelatihan atau materi yang membantu mereka menciptakan pembelajaran Ramadan yang menarik dan relevan. Penggunaan aplikasi edukasi atau platform online yang interaktif juga dapat menjadi solusi untuk menjaga keterlibatan siswa selama pembelajaran.

Keempat, Koordinasi Antar Kementerian

Karena kebijakan ini melibatkan banyak pihak, seperti Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, dan pemerintah daerah, diperlukan koordinasi yang kuat untuk memastikan kebijakan berjalan efektif. Surat edaran bersama yang disiapkan harus menjelaskan pedoman teknis yang jelas dan aplikatif.

Peluang Jangka Panjang dari Kebijakan Pembelajaran Ramadan

Kebijakan pembelajaran di bulan Ramadan tidak hanya relevan untuk bulan Ramadan, tetapi juga mencerminkan peluang untuk menciptakan model pendidikan yang lebih fleksibel, adaptif, dan berbasis nilai.

Dalam jangka panjang, pendekatan ini dapat diterapkan pada momen-momen penting lainnya di kalender pendidikan, seperti hari raya atau peringatan nasional.

Selain itu, kebijakan ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat berjalan tanpa harus selalu dilakukan di dalam ruang kelas.

Hal ini mendorong inovasi dalam metode pengajaran dan membuka ruang untuk eksplorasi pembelajaran berbasis proyek, pengalaman, dan kolaborasi.

Catatan Penting

Advertisement. Scroll to continue reading.

Pembelajaran selama Ramadan di rumah bukanlah bentuk “libur,” melainkan penyesuaian untuk menghormati nilai-nilai religius dan spiritual masyarakat Indonesia.

Dalam perspektif kebijakan publik, pendekatan ini memberikan manfaat yang luas, mulai dari integrasi pendidikan dan spiritualitas, penguatan peran keluarga, hingga peningkatan kreativitas siswa.

Meski ada tantangan, dengan koordinasi yang baik antar pihak terkait, kebijakan ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi sistem pendidikan Indonesia.

Ramadan bukan sekadar waktu untuk berpuasa, tetapi juga momen untuk memperkuat pendidikan karakter, solidaritas, dan inovasi pembelajaran.

Oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP (Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Business

KUNINGAN (MASS) – Bina Widya Glamshine cabang Kuningan baru saja membuka store-nya yang kedua, pada Jumat (14/4/2023) kemarin. Di hari yang sama, selain membuka...

Business

KUNINGAN (MASS) – PT. BEST Corporation yang bergerak di bidang Pertanian, Kesehatan, Kecantikan, dan juga produk untuk Penghematan Bahan Bakar pada kendaraan bermotor dan...

Business

KUNINGAN (MASS) – Klinik kecantikan dr Kake, touch of beauty, kini hadir di Kuningan. Grand openingnya, tepat pada hari ini, Minggu (26/2/2023) siang ....

Advertisement
Exit mobile version