CIREBON (MASS) – Mahasiswa Tadris IPS UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, ditugasi membuat peta timbul dalam salah satu mata kuliahnya yang diampu Ilham Pamungkas M Pd. Peta timbul ini, merupakan salah satu media pembelajaran yang diharapkan bisa dikuasai para mahasiswa terutama dalam mengajar nanti.
Peta timbul sendiri adalah peta yang dibuat menurut bentuk muka bumi sebenarnya. Peta timbul dibuat secara tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut mengandung unsur panjang, lebar, dan unsur tinggi. Awalnya dibuat di tanah sehingga gunung-gunung tampak menjulang, sedangkan dataran rendah dan lembah nampak di bawahnya. Pada peta timbul memiliki warna dan permukaan yang timbul serta kontur-kontur yang jelas.
“Hasil karya peta timbul ini sendiri kedepannya akan di distribusikan kepada sekolah-sekolah SMP/Sederajat di sekitar kota dan kabupaten Cirebon atau sekitarnya yang telah bermitra dengan kampus UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dengan harapan agar peta timbul ini bisa digunakan sebagai media pembelajaran yang efisien serta berguna bagi siswa dalam memahami konsep dan data yang disajikan dalam sebuah peta,” kata salah satu mahasiswa Tadris IPS semester 5, Rizal Nurdiansyah.
Proses pembuatan peta timbul memang membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan beberapa faktor seperti cuaca, alat, serta bahan yang digunakan. Bahan yang digunakan yaitu kayu triplek, balok kayu kecil, cat, kertas hvs dan koran bekas, serta alat-alat penunjang lainnya seperti penggaris, kuas, spidol, pulpen dan lain-lain.
Dalam prosesnya dimulai dengan mengukur dan memotong triplek seluas 80×80 cm2 (ukuran bisa menyesuaikan dengan kebutuhan) kemudian mengukur kembali bagian yang digunakan sebagai frame peta lalu setelah itu baru mulai menggambar sketsa dari peta daerah atau negara mana yang akan dibuat. Setelah selesai menggambar sketsa barulah mulai proses pembuatan bubur kertas yang nantinya akan menjadi media agar peta terlihat timbul dan memiliki kontur, caranya adalah dimulai dengan menghancurkan terlebih dahulu kertas hvs dan koran bekas boleh menggunakan ataupun dengan blender.
Setelah hancur kemudian dilakukan proses perendaman selama 24 jam sampai mendapatkan tekstur bubur kertas yang diinginkan. Sebelum bubur kertas digunakan, campurkan terlebih dahulu dengan tepung kanji dan lem agar bubur dapat menempel dengan kuat pada media triplek. Barulah setelah itu mulai proses menempelkan bubur kertas pada triplek sesuai dengan sketsa peta yang dibuat.
Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam proses ini adalah menyesuaikan ketebalan bubur kertas dengan topografi daerah yang dibuat seperti pegunungan, dataran rendah serta kontur-kontur yang akan ditimbulkan. Kemudian jemur peta selama kurang lebih 2 hari jika cuaca nya cerah dan panas tapi jika cuacanya sedang mendung atau hujan bisa sampai membutuhkan waktu selama 7 hari.
Setelah bubur kertas pada peta kering maka siap untuk proses pengecatan, cat yang digunakan boleh menggunakan cat air atau cat kiloan agar harganya dapat terjangkau. dimulai dengan menggunakan cat warna biru untuk mengambarkan lautan kemudian cat hijau untuk menggambarkan dataran rendah dan kemudian diikuti oleh warna kuning sampai orange untuk menggambarkan dataran yang lebih tinggi atau kontur dari pegunungan. Kemudian memasukan unsur-unsur yang harus ada pada peta itu sendiri yaitu judul peta, identitas dari instansi atau pembuat peta, legenda, skala, sumber peta, insert, serta arah mata angin. (eki)