KUNINGAN (MASS) — Di balik kemeriahan Reuni Akbar SMAN 2 Kuningan (Smanda) tahun 2025, terselip momen haru dan penuh makna ketika dua sosok alumni inspiratif, Maman Mezique (Angkatan 83) dan Budi Riadi Soedjito (Angkatan 88), dianugerahi penghargaan bergengsi Life Time Achievement dari Ikasmanda. Mereka bukan hanya dikenang karena kiprahnya, tetapi juga karena warisan semangat dan nilai yang terus hidup di hati para alumni.
Penghargaan tersebut menjadi bentuk penghormatan atas kontribusi luar biasa yang telah mereka torehkan selama puluhan tahun baik dalam bidang lingkungan, seni, hingga pembentukan karakter siswa. Sebuah apresiasi yang tidak hanya menghidupkan kenangan masa lalu, tapi juga menyalakan inspirasi lintas generasi.
Penghargaan tersebut disampaikan Sekretaris Umum Ikasmanda, Erick Mubarok, di sela-sela kegiatan Reuni Akbar Smanda. Ia menyebutkan, penghargaan serupa juga diberikan kepada sejumlah mantan kepala sekolah, yakni Drs. H. Sudrajat, Drs. Bambang Sri Sadono, M.Pd, H. Jaja Subagja, M.Pd, serta H. Tri Suknaedi, M.Pd, atas jasa mereka dalam memajukan pendidikan di SMAN 2 Kuningan.
Tak hanya itu, apresiasi juga diberikan secara anumerta kepada dua tokoh penting dalam sejarah berdirinya Ikasmanda, yakni Nurganda (Alm., Angkatan ’90) dan Deni Bahari Nugraha (Alm., Angkatan ’93). Keduanya dikenal sebagai penggerak awal berdirinya Ikasmanda pada tahun 2002.
Maman Mezique dikenal luas sebagai aktivis lingkungan yang turut membidani lahirnya komunitas pecinta alam Smandarikal. Lewat komunitas tersebut, Maman bersama rekan-rekannya aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan serta pemberdayaan masyarakat.
Sementara itu, Budi Riadi Soedjito adalah sosok di balik terciptanya Mars Smanda dan Hymne Smanda. Kedua lagu tersebut telah menjadi identitas kebanggaan sekolah, menggugah rasa cinta terhadap almamater dan daerah asal.
Karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan, Budi Riadi tidak dapat menghadiri langsung acara Reuni Akbar. Namun, apresiasi disampaikan secara langsung oleh Ketua Umum Ikasmanda, AA Ade Kadarisman, dalam kunjungan khusus ke kediaman Budi di kawasan Sumbersari, Ciparay, Bandung.
Dalam kesempatan itu, Budi Riadi mengisahkan, lagu Mars dan Hymne Smanda lahir pada tahun 1987 dan mulai diperkenalkan secara luas pada 1988 atas dorongan Rudianto, guru pembina kesenian di Smanda saat itu.
Menurutnya, kedua lagu tersebut menjadi pengikat emosional yang menumbuhkan semangat mencintai almamater, menghargai kampung halaman di Kuningan, serta menumbuhkan kecintaan kepada tanah air.
“Saya tidak menyangka lagu itu terus didendangkan hingga puluhan tahun kemudian, dari generasi ke generasi,” ungkap Budi.
