KUNINGAN (MASS) – Nampaknya suasana di Desa Kalapa Gunung Kecamatan Kramatmulya, memang tidak baik-baik saja sejak kembali naiknya wacana PT Sinde yang akan melakukan pengeboran di wilayah desanya.
Setelah sebelumnya Kades teranyar menyebutkan bahwa PT Sinde sudah berijin, anggota BPD Eman Surman menanggapinya dengan penuh rasa heran.
Eman, yang merupakan Anggota BPD dari RT 14 RW 03 Dusun Puhun itu, mengaku memang tidak tahu persisnya soal pernyataan kuwu yang menyebut PT Sinde sudah berijin.
“Dulu, kuwu itu seperjuangan sama kita (sebelum jadi kuwu). Menolak keras (pengeboran). Nggak tahu kenapa setelah jadi (kuwu) berbelok. Kita juga gak tahu kenapa. Apakah tekanan dari atas, ya nggak tahu ada apa. Yang pasti seperti mendukung sinde,” paparnya kecewa, Sabtu (16/1/2021) siang.
Eman sendiri, baru menjabat sebagai anggota BPD 3 bulan terakhir, menggantikan ketua yang ‘lengser’.
“Baiknya harusnya pak kuwu itu mengikuti masyarakat,” jawabnya saat ditanya harusnya kuwu bagaimana.
Dijelaskan, sebenarnya pada 24 November 2020 lalu, saat dirinya sudah menjabat anggota BPD, ada pertemuan dari Pemdes, BPD dan tokoh masyarakat.
Saat itu, diputuskan menolak wacana pengeboran air oleh PT Sinde.
“Itu resmi, Pemdes BPD Tokoh-tokoh memutuskan menolak. Tertulis,” tegasnya.
Hal itu juga dikuatkan oleh keterangan Wowo, warga RT 12 yang juga mengaku ikut rapat hingga hampir tengah malam pada November lalu.
“Waktu itu pak kuwu mau bikin tim khusus untuk mengolah hasil penolakan. Tak ada berita apalagi, tau-tau sudah ada sosialisasi ke tiap RT,” cetusnya.
Dirinya menjabarkan, alasan penolakan air sudah jelas untuk kelangsungan air bagi anak cucu kedepan. Apalagi, PT Sinde dituding belum diijinkan dari warga.
“Ijin darimana? Selaku warga belum pernah menandatangani ijin tetangga, RT juga. Jadi ijin darimana?,” ujarnya kembali mempertanyakan.
Dirinya juga menyayangkan, sikap protesnya terkesan dihalangi oknum warga lainnya yang pro PT Sinde.
Dirinya bahkan curhat, Spanduk berisi penolakan dari pihak yang kontra, ada yang mencopot.
“Satu lagi, maaf nih. Spanduk kami udah 3 kali ada yang nyopot. Itu kan berarti udah mulai adu domba. Dipasang dicopot. Terekam cctv malahan,” jelasnya tapi tidak menyebut nama.
Tapi dirinya khawatir, kalau kejadian lagi, masyarakat yang kontra akan bereaksi. Tidak tertutup kemungkinan ada kerusuhan antara yang menolak dan yang disebutnya oknum-oknum pendukung.
“Jadi ini harus diwaspadai oleh pemdes, juga aparat keamanan. Ini harus jadi catatan,” tegasnya. (eki)