KUNINGAN (MASS) – Aula Rupatama Polres Kuningan, Kamis (4/9/2025), berubah menjadi ruang penuh semangat dan optimisme. Di sana, Pemerintah Kabupaten Kuningan bersama jajaran Polri, Badan Pusat Statistik (BPS), Perum Bulog, dan para petani duduk satu meja, membicarakan satu hal penting, yakni masa depan jagung, dan masa depan pangan bangsa.
Rapat Koordinasi Panen Raya Jagung Kuartal III sekaligus rencana luas tanam Kuartal IV itu bukan sekadar agenda rutin. Lebih dari itu, pertemuan tersebut merupakan langkah strategis yang meneguhkan posisi Kuningan sebagai salah satu lumbung pangan nasional.
Sejumlah tokoh kunci hadir dalam rakor tersebut. Di antaranya Penjabat Sekretaris Daerah sekaligus Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si.; Wakapolres Kuningan, Kompol Deny Rahmanto; Kepala Bidang Penyuluhan Diskatan, Hj. Iis Heni Rohaeni, S.Pi., M.M.; Kepala BPS Kabupaten Kuningan, Urip Sugeng Santoso, S.ST., M.A.; perwakilan Perum BULOG Cabang Cirebon, Windu; serta para pejuang pangan dari berbagai kelompok tani.
Wakapolres Kuningan, Kompol Deny Rahmanto, menegaskan hasil koordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan).
“Sebanyak 15 ton bibit jagung siap digelontorkan ke kecamatan dan kelompok tani. Bibit ada, tinggal gaspol tanam. Kami bersama Diskatan akan mengawal penuh agar distribusi tepat sasaran. Terima kasih untuk para petani yang terus berjuang tanpa lelah,” ujarnya penuh apresiasi.
Sementara itu, Dr. Wahyu Hidayah menekankan, rapat itu bukan hanya soal panen hari ini, tetapi juga soal kesinambungan produksi ke depan.
“Musim kemarau basah ini harus dimanfaatkan. Jangan sampai ada lahan tidur. Pemerintah hadir, petani bergerak, hasilnya untuk kita semua,” tegasnya.
Ia menambahkan, Kuningan tak boleh hanya jadi penonton, melainkan pemain utama dalam panggung ketahanan pangan nasional. Jagung sebagai komoditas strategis harus diproduksi dengan volume dan kualitas yang semakin meningkat.
Kepala BPS Kabupaten Kuningan, Urip Sugeng Santoso, menegaskan pentingnya data akurat. Dengan pemantauan berbasis rumah tangga di 15 kecamatan, perhitungan produksi bisa lebih presisi sehingga kebijakan yang diambil tepat sasaran.
Sementara dari sisi hilir, Perum Bulog memastikan tidak ada hasil panen yang terbuang. Bahkan, Bulog membuka peluang kerja sama dengan pengusaha dryer agar kualitas jagung semakin meningkat.
“Kami siap turun langsung menyerap hasil. Harga sudah ditetapkan: Rp5.500/kg untuk kadar air 18–20%, dan Rp6.400/kg untuk kadar air 14%. Petani cukup kemas dengan karung baru 50 kg, kami yang akan datang menjemput,” jelas Windu. (argi)
