Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Krisis Moral di Kuningan: Ketika Adab Tergerus, Siapa yang Bertanggung Jawab?

KUNINGAN (MASS) – Kuningan, sebuah kabupaten yang terkenal dengan keindahan alam dan nilai-nilai budayanya, kini menghadapi tantangan besar yang mengancam karakter masyarakatnya, yaitu krisis moral. Dari kasus asusila hingga korupsi, berbagai kejadian yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya degradasi nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi.

Apakah ini hanya fenomena biasa atau tanda bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi? Mari kita telaah bersama.

Fenomena Krisis Moral: Dari Ranah Sosial hingga Politik

Berbagai kasus yang terjadi di Kuningan belakangan ini menjadi bukti nyata bahwa moralitas sedang diuji. Beberapa di antaranya bahkan viral di media sosial, menimbulkan kegelisahan di masyarakat.

  1. Kasus Asusila yang Menghebohkan Publik

Salah satu kejadian paling mengejutkan adalah beredarnya video asusila yang diduga melibatkan seorang ibu dan anak di Kecamatan Ciwaru. Video tersebut sempat menjadi perbincangan hangat di berbagai platform, memicu pertanyaan besar tentang bagaimana moralitas keluarga dapat runtuh hingga ke tingkat yang mengkhawatirkan ini.

Tak hanya itu, kasus lain yang tak kalah menggemparkan adalah praktik pelecehan seksual sesama jenis yang melibatkan pelajar SMA dan SMP. Polres Kuningan telah menangani kasus ini, namun dampaknya terhadap psikologi korban dan masyarakat tetap menjadi perhatian serius.

Jika anak-anak muda sudah terjerumus dalam pergaulan bebas dan penyimpangan seksual, maka siapa yang seharusnya bertanggung jawab? Orang tua? Sekolah? Atau lingkungan?

  1. Dugaan Perselingkuhan Oknum DPRD yang Mencoreng Wajah Politik

Pada awal 2025, aksi unjuk rasa dari puluhan mahasiswa di Kuningan mengguncang Gedung DPRD Kuningan. Mereka menuntut kejelasan mengenai dugaan perselingkuhan seorang anggota dewan yang seharusnya menjadi panutan masyarakat. Alih-alih menjadi contoh yang baik, oknum tersebut justru diduga melanggar etika moral dan kepercayaan publik. Kasus ini kini tengah ditangani Badan Kehormatan (BK) DPRD, namun publik masih menunggu transparansi dalam penyelesaiannya.

Jika pejabat yang seharusnya menjadi panutan justru terlibat dalam skandal moral, bagaimana rakyat bisa menaruh kepercayaan kepada pemimpinnya?

  1. Kekerasan dan Kriminalitas yang Mengancam Keamanan

Kasus kriminal di Kuningan juga mengalami peningkatan, terutama yang melibatkan kekerasan dan pembunuhan. Sepanjang tahun 2024, Polres Kuningan berhasil mengungkap lima kasus pembunuhan besar yang menggemparkan publik. Salah satu kasus yang paling memilukan adalah pencabulan terhadap santri oleh seorang oknum kyai di Ciawigebang. Kejadian ini menunjukkan bahwa pelaku kejahatan tidak selalu berasal dari lingkungan yang ‘buruk’, tetapi juga bisa dari mereka yang dianggap memiliki otoritas moral di masyarakat.

Jika mereka yang seharusnya membimbing justru menjadi pelaku kejahatan, maka kepada siapa generasi muda bisa belajar tentang moralitas?

Mengapa Krisis Moral Terjadi?

Krisis moral tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya degradasi nilai-nilai dalam masyarakat:

  1. Kurangnya Pendidikan Karakter

Banyak sekolah hanya fokus pada akademik, tetapi minim dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika. Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa memiliki pegangan kuat tentang baik dan buruk.

  1. Peran Keluarga yang Melemah

Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan sering kali lalai dalam mendidik anak-anak mereka. Akibatnya, generasi muda lebih banyak belajar dari media sosial yang belum tentu memberikan nilai positif.

  1. Pengaruh Media dan Teknologi

Akses mudah terhadap konten negatif melalui internet membuat anak-anak dan remaja terpapar informasi yang bisa merusak moral mereka sejak dini.

  1. Kurangnya Keteladanan dari Pemimpin

Jika pejabat dan tokoh masyarakat yang seharusnya menjadi panutan justru terlibat dalam skandal moral, maka masyarakat akan kehilangan figur yang bisa dijadikan contoh.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Mengatasi krisis moral bukanlah tugas satu pihak saja, tetapi tanggung jawab kita bersama. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Penguatan Pendidikan Karakter
    Sekolah-sekolah harus mulai memasukkan pendidikan karakter ke dalam kurikulum mereka, bukan hanya sebagai mata pelajaran tambahan, tetapi sebagai nilai utama dalam proses belajar-mengajar.
  2. Revitalisasi Peran Keluarga
    Orang tua perlu lebih aktif dalam mendidik anak-anak mereka dengan memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan moral yang kuat.
  3. Pengawasan Media Sosial
    Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam mengontrol konten negatif yang mudah diakses oleh anak-anak. Kampanye literasi digital juga perlu digencarkan.
  4. Keteladanan dari Pemimpin
    Pejabat publik, tokoh agama, dan figur masyarakat harus menunjukkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai moral yang baik. Hukuman tegas bagi pelanggar etika harus diterapkan untuk memberikan efek jera.
  5. Membangun Kesadaran Kolektif
    Masyarakat perlu lebih peduli dan berani menegur jika melihat tindakan yang melanggar norma dan etika. Sikap acuh tak acuh hanya akan membuat kondisi semakin buruk.

Kesimpulannya, Krisis moral di Kuningan bukanlah sekadar fenomena sementara, tetapi peringatan bagi kita semua bahwa ada yang harus diperbaiki dalam tatanan sosial kita. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin generasi berikutnya akan semakin jauh dari nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi pegangan hidup.

Maka, saatnya kita bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita hanya akan menjadi penonton, atau turut ambil bagian dalam memperbaiki keadaan?

Hanya dengan kerja sama dan kesadaran bersama, kita bisa membangun kembali masyarakat yang lebih bermoral, beretika, dan beradab.

Oleh: Nur’alim (Kader HMI Kuningan)

 

 

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Headline

KUNINGAN (MASS) – Krisis air yang melanda wilayah Linggajati, Linggasana, dan beberapa desa lainnya di sekitar lereng Gunung Ciremai semakin memprihatinkan. Gema Jabar Hejo...

Advertisement
Exit mobile version