KUNINGAN (MASS) – Sekda Kuningan Dr Dian Rachmat Yanuar mengatakan, permasalahan kotoran sapi selalu ramai diperbincangkan. Apalagi di saat musim penghujan seperti saat ini. Hingga sekarang Pemkab Kuningan berusaha untuk menemukan solusi yang tepat untuk penanganannya.
“Supaya sungai tidak tercemar,khususnya sumber airnya . Mudah-mudahan dari rapat ini kita bisa menemukan solusi yang tepat,” tandas Dian mengawali rapat yang membahas mengenai limbah kotoran sapi, yang bertempat di ruang kerja Sekda, Rabu(4/3/2020).
Hadir dalam rapat Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Setda Kuningan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kab. Kuningan, Kepala BPKAD. Lalu, Kepala Bapepda, Kepala PUPR, Plt Kadis LH, Kadis Perikanan dan Peternakan, Kadis Kopdagperin, Kabag Tata Pemerintahan, Kabag Perekonomian, Kepala Balai Besar Pulp dan Kertas Kementerian Perindustrian, Perwakilan dari Universitas Islam Al-Ihya Kuningan dan Unisa Kuningan.
Rektor Unisa Nurul Imam MSi mengatakan telah mencoba melakukan research sample Kohe (Kotoran Hewan) Sapi yang ada di Kabupaten Kuningan dan di kirimkan ke BBPK di Bandung. Unisa berharap semoga hasil penelitian tersebut bisa mengatasi masalah kotoran sapi yang ada di Kabupaten Kuningan.
Sementara itu Kepala Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi Reza Bastari Imran Wattimena dalam rapat expose mengenai Balai Besar PULP dan Kertas (BBPK) adalah sebuah lembaga penelitian dan pengembangan dibawah Kementerian Perindustrian.
Sejak berdirinya pada tanggal 14 November 1968, BBPK telah memiliki banyak pengalaman dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan, perumusan standar, konsultasi, pelatihan, pengujian, sertifikasi dan kalibrasi.
BBPK berlokasi di Jalan Raya Dayeuhkolot No. 132, Bandung 40258. BBPK berawal dari Lembaga Penelitian Selulosa (LPS) dengan status proyek. BBPK memiliki Visi Menjadi lembaga litbang inovatif dan pusat pelayanan jasa teknis profesional di bidang pulp, kertas, derivat selulosa dan lingkungan.
Serta Misi yakni Melaksanakan litbang yang inovatif di bidang pulp, kertas, derivat selulosa, dan lingkungan. Lalu, memberikan pelayanan jasa teknis yang profesional di bidang pulp, kertas, derivat selulosa, dan lingkungan.
Terkait dengan permasalah limbah kotoran sapi, Reza Bastari menjelaskan selama ini permasalahannya dari hasil statistik, setiap 2 tahun terjadi penambahan 534 ekor, sehingga di perkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 6.870 ekor jumlah kohe = 15Kg/Hari; kadar air = +/- 50% diperkirakan padatan yang terkandung mencapai 51,5 ton/hari.
Permasalahan limbah kohe, di buang ke sungai, terserap ke sumber air, sehingga menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat. Dan ternyata menurut BBPK setelah di teliti kotoran sapi tersebut mengandung air 50% dan serat 50%.
Serat itu dan ternyata kotoran sapi bisa untuk di jadikan bahan kertas. Dengan perbandinga 2:1, dengan rincian 2 serat kohe 1 dari bantuan serbuk gergaji dan jadilah kertas. Sedangkan untuk 50% Kohe air bisa di jadikan biogas, yang bisa di pakai untuk menjalankan turbin pengolahan, dari 5Kg kohe Sapi bisa di buat 5 lembar kertas, hasil kertas tersebut bisa di gunakan untuk kebutuhan seni, tempat telur dll.
Pada intinya, tim dari BBPK hanya menresearch, kesimpulannya masalah kohe ini bisa terselesaikan dan bisa membantu tenaga kerja, membuat IPAL sederhana di lokasi peternakan, membuat TPS untuk menampung kohe, mengolah menjadi pupuk/biogas.
“Integrasi dengan wisata edukasi atau alternatif penyelesaian masalah industri kertas berbasis kohe skala IKM dengan konsep mandiri energi. Mandiri energi artinya semua penggunaan energi berasal dari kohe, dan hasil dari kohe ini bisa menghasilkan kertas chipboard, tatakan telur, seed pot, kertas seni, cover album, tempat tisue, paper bag dll,” jelasnya. (agus)