KUNINGAN (MASS) – Saat dunia terus dilanda ketegangan geopolitik, dari perang berkepanjangan di Palestina, konflik antara Israel dan Iran, ketegangan di Laut Merah oleh kelompok Houthi (Yaman), hingga persaingan Amerika Serikat dan Rusia yang tak kunjung reda. Lalu, Indonesia memilih jalur diplomasi damai yang membangun. Dalam bayang-bayang dunia yang tak menentu, Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperkuat kerja sama strategis, terutama di sektor yang paling menentukan masa depan yakni digital.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, menandai babak baru hubungan bilateral yang lebih progresif dan berorientasi masa depan. Kerja sama digital Indonesia–Rusia resmi memasuki tahap implementasi, sebuah langkah penting menuju kemandirian teknologi, penguatan siber nasional, dan konektivitas yang merata.
Dikutip dari siaran pers Komdigi yang diakses pada Senin (23/6/2025), Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Vladimir Putin secara langsung menyaksikan dimulainya implementasi kerja sama digital strategis antara Indonesia dan Rusia di Istana Konstantinovsky, St. Petersburg. Momen bersejarah itu ditandai dengan pertukaran empat dokumen kerja sama bilateral penting, sebagai wujud keseriusan kedua negara menghadapi tantangan geopolitik dan ekonomi digital global.
Salah satu dokumen utama ialah Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Komunikasi dan Digital RI dan Kementerian Pengembangan Digital, Komunikasi, dan Media Massa Rusia, yang akan menjadi kerangka kerja dalam memperluas kolaborasi kedua negara di bidang transformasi digital.
Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, menegaskan, kerja sama tersebut tidak sekadar simbolik, namun langsung masuk tahap implementasi.
“Kita sepakat membentuk Sub-Komite Khusus untuk menjalankan program-program digital secara konkret, mulai dari pelatihan SDM, pertukaran teknologi, hingga produksi konten media kolaboratif,” jelasnya.
Kolaborasi strategis tersebut mencakup:
- Pengembangan jaringan 5G dan Internet of Things (IoT)
- Tata kelola spektrum frekuensi radio
- Penguatan keamanan siber nasional
- Penyusunan kebijakan internet yang inklusif
- Produksi konten digital lintas negara
- Pertukaran riset dan seminar bilateral
Rusia dipilih sebagai mitra karena keberhasilannya menjangkau 92 persen penduduk dengan internet cepat dan terjangkau, di mana tarif broadband rumah hanya berkisar antara Rp95.000–Rp160.000. Capaian tersebut menjadi model yang diharapkan bisa diadopsi Indonesia, terutama dalam menjangkau wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Pertukaran dokumen bilateral itu merupakan bagian dari empat kesepakatan strategis yang disaksikan langsung oleh kedua kepala negara, diantaranya sebagai berikut:
- Kerja sama pendidikan tinggi antara RI dan Rusia
- Kerja sama transportasi lintas negara
- Kolaborasi digital dan media massa
- Nota kesepahaman investasi antara DANANTARA dan mitra Rusia
Keseluruhan kerja sama itu dipayungi oleh Deklarasi Kemitraan Strategis Indonesia–Rusia, yang menegaskan arah baru hubungan bilateral berbasis teknologi, inovasi, dan stabilitas kawasan.
Nota kesepahaman digital tersebut akan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang secara otomatis. Hal itu menciptakan fondasi jangka panjang bagi transformasi digital Indonesia yang inklusif, aman, dan berkelanjutan.
“Diplomasi digital Indonesia kini bergerak nyata. Kami ingin hasil konkret yang memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain aktif dalam lanskap digital dunia,” pungkas Meutya. (argi)
