JAKARTA (MASS) – Ferry Irwandi kembali menunjukkan peran kepemimpinan influencer di ruang digital melalui aksi penggalangan dana bagi korban banjir. Dalam waktu kurang dari 24 jam, solidaritas publik yang digerakkan lewat media sosial berhasil menghimpun dana hingga Rp10 miliar. Capaian tersebut tercatat langsung pada laman penggalangan dana dan menunjukkan tingginya partisipasi publik dalam aksi kemanusiaan berbasis digital. Ribuan donatur turut berkontribusi dengan nominal yang beragam, mulai dari puluhan ribu rupiah hingga donasi 500 juta rupiah, mencerminkan kuatnya solidaritas lintas daerah yang terbangun melalui ruang digital.
Keberhasilan ini terjadi di tengah kondisi bencana banjir yang berdampak luas di sejumlah wilayah Indonesia. Data dari berbagai laporan lapangan menunjukkan bahwa banjir telah menyebabkan ribuan rumah terendam, aktivitas ekonomi lumpuh, serta memaksa warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Banyak warga kehilangan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, layanan kesehatan, hingga sarana pendidikan. Kondisi tersebut menuntut respons cepat, terkoordinasi, dan melibatkan banyak pihak.
Melalui akun media sosialnya, Ferry Irwandi menyampaikan bahwa banjir bukan hanya persoalan genangan air, tetapi juga krisis kemanusiaan yang memengaruhi kehidupan masyarakat dalam jangka pendek maupun panjang. Ia menyoroti bahwa di balik angka-angka kerusakan, terdapat keluarga-keluarga yang kehilangan tempat tinggal, anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah sementara, serta lansia dan kelompok rentan yang membutuhkan perhatian khusus. Menurut Ferry, situasi ini tidak bisa ditangani secara parsial, melainkan membutuhkan keterlibatan kolektif.
“Dalam kondisi seperti ini, kita tidak bisa menunggu terlalu lama. Bantuan harus bergerak cepat karena banyak saudara kita yang sedang berada dalam situasi sulit,” ujar Ferry dalam salah satu unggahan yang kemudian tersebar luas dan mendapat ribuan respons. Unggahan tersebut menjadi pemicu awal meningkatnya kesadaran publik dan mendorong lonjakan donasi dalam hitungan jam pertama sejak kampanye dibuka.
Ferry juga menyampaikan apresiasi kepada masyarakat luas yang telah mempercayakan donasi mereka melalui kampanye tersebut. Ia menilai kepercayaan publik merupakan modal utama dalam menggerakkan aksi sosial di era digital. Tanpa kepercayaan, ajakan sekuat apa pun akan sulit membuahkan hasil konkret. Meski sejak awal ia menekankan diperlukannya keterbukaan informasi dan akuntabilitas.
Secara tidak langsung, Ferry menegaskan bahwa transparansi menjadi prinsip utama dalam penggalangan dana ini. Ia menjelaskan bahwa seluruh dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk kebutuhan mendesak korban banjir, mulai dari distribusi logistik makanan siap saji, air bersih, obat-obatan, perlengkapan bayi dan anak, hingga dukungan pemulihan pascabanjir. Penyaluran bantuan akan dilakukan secara bertahap bekerja sama dengan mitra kemanusiaan yang memiliki pengalaman di lapangan.
Menurut penjelasan yang disampaikan Ferry, laporan penggunaan dana akan diperbarui secara berkala melalui laman resmi kampanye di Kitabisa.com. Publik dapat memantau jumlah dana masuk, tahap distribusi, serta dokumentasi penyaluran bantuan. Skema ini dinilai penting untuk menjaga kepercayaan donatur sekaligus memastikan bantuan benar-benar sampai kepada kelompok yang membutuhkan.
Keberhasilan menghimpun dana hingga Rp10 miliar dalam waktu singkat tidak dapat dilepaskan dari strategi komunikasi yang konsisten dan terarah. Ferry secara rutin membagikan pembaruan jumlah donasi, kondisi terkini di lokasi banjir, serta rencana distribusi bantuan. Informasi tersebut disampaikan dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan, sehingga mendorong rasa keterlibatan publik.
“Donasi sekecil apa pun sangat berarti jika dilakukan bersama-sama. Yang terpenting, niat baik ini benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan,” kata Ferry. Pernyataan ini menegaskan pesan bahwa solidaritas tidak diukur dari besar kecilnya nominal, melainkan dari kesediaan untuk bergerak bersama. Pesan tersebut kemudian banyak diunggah ulang oleh warganet, memperluas jangkauan kampanye.
Fenomena ini juga memperlihatkan pergeseran peran influencer di tengah masyarakat. Influencer tidak lagi hanya dipandang sebagai figur pembuat konten hiburan atau promosi komersial, tetapi juga sebagai aktor sosial yang mampu menggerakkan empati publik. Dengan jangkauan audiens yang luas dan tingkat kepercayaan tertentu, influencer memiliki potensi besar untuk menjadi penghubung antara kebutuhan di lapangan dan sumber daya masyarakat.
Dalam konteks kepemimpinan digital, aksi Ferry Irwandi menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak selalu harus bersifat formal atau berasal dari institusi resmi. Kepemimpinan dapat tumbuh dari kepekaan terhadap kondisi sosial, kemampuan menyampaikan pesan secara efektif, serta komitmen untuk bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan. Kepemimpinan semacam ini bersifat partisipatif dan mendorong keterlibatan kolektif.
Partisipasi publik yang masif dalam kampanye ini juga mencerminkan meningkatnya kesadaran sosial masyarakat terhadap isu kemanusiaan. Media sosial berperan sebagai ruang pertemuan empati, di mana informasi mengenai bencana dapat tersebar secara cepat dan memicu respons spontan. Dalam hitungan menit, ajakan donasi dapat menjangkau ribuan hingga jutaan orang lintas wilayah.
Penggunaan platform Kitabisa.com sebagai sarana penggalangan dana turut memperkuat efektivitas aksi ini. Platform tersebut menyediakan sistem pembayaran yang mudah diakses, laporan dana yang transparan, serta fitur pembaruan yang memungkinkan penggalang dana menyampaikan perkembangan secara langsung kepada publik. Kombinasi antara figur yang dipercaya dan platform yang kredibel menjadi faktor kunci keberhasilan kampanye.
Sejumlah pengamat menilai bahwa penggalangan dana berbasis digital seperti ini berpotensi menjadi model respon kemanusiaan masa depan. Kecepatan, keterbukaan, dan partisipasi luas menjadi keunggulan utama dibandingkan metode konvensional. Namun demikian, tanggung jawab moral untuk menjaga integritas dan kejelasan distribusi tetap menjadi tantangan yang harus dijaga secara konsisten.
Bagi para korban banjir, bantuan yang terkumpul bukan sekadar angka, melainkan harapan untuk bangkit kembali. Bantuan logistik membantu mereka bertahan di masa darurat, sementara dukungan pemulihan memberi peluang untuk menata kembali kehidupan yang sempat terguncang. Dalam kondisi seperti ini, kehadiran bantuan yang tepat waktu sangat menentukan.
Aksi Ferry Irwandi ini sekaligus menjadi pengingat bahwa solidaritas sosial tetap hidup di tengah tantangan zaman. Di tengah arus informasi yang cepat dan sering kali penuh distraksi, masih banyak individu yang bersedia berhenti sejenak untuk membantu sesama. Solidaritas digital yang terbangun menunjukkan bahwa empati dapat melintasi batas geografis dan latar belakang sosial.
Kemudian keberhasilan penggalangan dana Rp10 miliar dalam 24 jam bukan semata tentang capaian nominal, melainkan tentang kekuatan kolaborasi antara teknologi, kepemimpinan, dan kepedulian sosial. Dalam situasi krisis seperti bencana banjir, aksi kolektif yang digerakkan melalui ruang digital terbukti mampu menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat terdampak. Solidaritas digital tidak hanya menjadi simbol empati, tetapi juga solusi konkret bagi krisis kemanusiaan.
Penulis: Amanda Niryaputri dan Alika Raisha Hidayat, mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Universitas Indonesia











