KUNINGAN (MASS) – Heri Hermawan perwakilan dari Asdep SDM Pariwisata dan Hubungan Antar Lembaga Kemenpar mengatakan, pemerintah akan terus mengembangkan desa wisata di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Kuningan yang berjumlah lima desa untuk tahun ini.
“75 persen wisatawan berwisata karena alasan budaya dan 45 persen dari alasan budaya itu berwisata budaya. Karena desa wisata itu adalah ujung tombak dari wisata budaya. Sebab, menjadi etalasi budaya lokal,” ujarnya kepada wartawan sebelum acara pendampinga Pengembangan Desa Wisata Melalui Pendampingan Dalam Rangka Fasilitasi Pelatihan Masyarakat Desa Wisata, Kamis (4/7/2019
Diterangkan produk desa wisata itu yang menjadi intinya adalah sifatnya yang kelokalan atau budaya yang berada di masyarakat yang menjadi daya tarik, oleh sebab itu Kementrian mendorong lahirnya desa wisata karena itu kekuatan Indonesia.
“Indonesia negara yang kaya keindahan alam dan kekayaan budaya. Jadi kalau kita berbicara tentang kekayaan budaya luar biasa sekali. Desa wisata ini salah satu refresentasi budaya yang ada di masyarakat,” jelasnya.
Diterangkan, keuntungan Indonesia mengembangkan desa wisata adalah dampak dari adanya kegiatan pariwisata tersebut langsung bisa dirasakan oleh masyarakat, tidak nyangkut ke korporasi besar, tetapi nilai ekonominya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat budaya di desa wisata itu dan juga bisa melestarikan kebudayaan.
Lebih lanjut dikatakan, semakin dikembangkan desa wisata secara langsung mensejahterakan masyarakat. Disisi lain dengan adanya kegiatan aktivitas wisata budaya di desa, maka bisa melestarikan kebudayaan dengan sendirinya, karena pariwisata membutuhkan budaya yang lestari ada hubungan yang sinergis antara pariwisarta dengan kebudayaan.
“Dimana dua-duannya saling bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kami akan terus mendorong sebanyak mungkin lahirnya desa wisata,” tambahnya.
Heri menyebutkan, desa wisata merupakan bagian meningkatnya jaring kapacity agar wisatawan yang datang ke Indonesia tidak hanya datang ke desetinasi-destinasi yang sudah terkenal seperti Bali, Batam atau Jakarta. Tapi dengan punya ribuan desa wisata akan bisa mendistrubisikan wisatawan secara merata.
Sehingga pada akhirnya dampak dari kegiatan pariwisata bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali di Kuningan yang saat ini dikembangkan di lim desa.
Mengenai konsep pengembangan desa wisata lanjut dia, pihak konsen terhadap 3A yakni Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas. A yang pertama adalah Atraksi.
Atraksi adalah jantung pariwisata. Tanpa adanya atraksi sebenanarnya tidak ada yang namanya pariwsata. Antraksi ada tiga yakni atraksi alam contohnya Waduk Darma, arum jeram, atraksi budaya atau budaya lokal yang menarik. Lalu, wisata buataan yang ada seperti membuat kerajinsn atau yang bisa menarik wisatawan.
“Tentu setiap desa tidak memiliki semua 3 A itu, kita kembangkan berdasarkan kelokalan dan keunikannya, jadi Kemenpar akan dibantu oleh STP Trisakti untuk membantu mengembangkan potesi yang ada di Cipasung,” jelasnya.
Sementara untuk A yang kedua adalah Amenitas. Amenity atau amenitas adalah segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi.
Salah satunya adalah home stay karena tidak mungkin ada hotel. Hal ini menjadi peluang usaha yang bisa yang hasilnya bisa langsung dinimati oleh masyarkat.
Sementara itu, A ketiga adalah Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi seperti jalan raya, ketersediaansarana transportasi, dan rambu-rambu penunjuk jalan.
“Saya tadi melihat antusias masyarakat Desa Cipasung sangat bagus. Ini modal besar utuk mewujudkan desa wisata dan tentu mereka akan berkembang setelah dipoles oleh STP Trisakti,” pungkansya. (agus)