KUNINGAN (MASS)- Ribuan warga Kuningan yang biasa merantau saat ini tengah bingung. Pasalnya, wabah corona belum menghilang. Sedangkan mereka perlu makan.
Saat ini banyak perantau yang sudah kehabisan uang. Mereka mau pergi ke tempat berjualan tapi situasi belum menentukan.
Seperti diketahui ribuan warga kuningan banyak bergerak disektor informal sebagi pedagang Burjo (bubur kacang ijo). Istilah ini melekat untuk perantau di Jogyakarta dan Malang.
Sementara di Jabodetabek mereka lebih dikenal dengan istilah BRI (Bubur Rokok Indomie) atau BCA (Bubur Cai Asongan).
“Rencana pingin segera ke Jogja. Tapi, saya belum tahu situasi dan kondisi di sana,” ujar Ketua Paguyuban Pedagang Burjo di Jogjakarta Andi Waruga kepada kuninganmass.com, Rabu (5/2020).
Warga Sindangagung ini mengaku, sebelum berangkat akan mengkonfirmasi dulu ke pihak Keraton. Hal ini agar ada kepastian.
“Kalau bisa jualan kan kita enak. Tidak seperti pada saat PSBB kita dibatasi sehingga usaha sepi,” lanjut pria yang dikenal bos burjo ini.
Dengan libur tidak berjualan ada dua kerugian bagi pedagang yakni sewa tetap harus bayar. Sedangkan pendapatan tidak ada sama sekali.
“Semua bingun karena tidak ada usaha yang berjalan. Total otlet yang ada di Jogja lebih dari 1.000. Untuk sewa tempat rata-rata Rp20 juta/tahun. Termasuk yang punya saya meski apat diskon,” jelasnya.
Ia berharap corona berlalu atau new normal diterapkan sehingga semua bisa beraktivitas. Pasalnya, kalau terlalu tidak berusaha ekonomi bakal bangkrut.
Sementara itu, bukan hanya Jogja, tapi pedagang yang berada di Jabodetabek pun mengaku belum berangkat karena melihat situasi.
“Anaknya saya belum beragkat karena di Bekasi belum normal. Pernah memaksakan pada saat PSBB hanya mendapatkan uang Rp700 karena jualan sepi. Padahal biasanya 4 jutaan,” jelas Atin warga Luragung.
Sekadar informasi warga Kuningan terlihat sejahtera karena banyak perantau. Mereka pergi berjualan di kota besar dan uangnya di kirim ke kota kuda. (agus)