KUNINGAN (MASS) – Statement menohok bakal calon Bupati Kuningan H Yanuar Prihatin, mendapat respon yang beragam. Selain diamini para pendukungnya, statement tersebut direspon keras dari kompetitor Yanuar, yang notabene petahana di Kuningan.
Tidak hanya dari bakal calon saja, sindiran-sindiran mengcounter argumen Yanuar juga bahkan oleh sesepuh sekaliber KH Ubaidillah.
Meski begitu, pendukung pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati H Yanuar – H Udin Kusnaedi, Ismah Winartono atau yang akrab disapa Ima, menjelaskan dengan lebih lengkap soal pernyataan H Yanuar.
“Alhamdulillah banyak yang menanggapi perkataan dan penyataan paslon kami berbagai reaksi bermunculan dari yang positif hingga ke yang negatif itu semua wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Namun tak lepas dari itu ada beberapa narasi yang kurang tepat dalam menganalogikan sapu yang kotor tersebut,” ujarnya, Jumat (30/8/2024) malam.
Sapu yang kotor itu di rumah manapun di muka bumi ini, kata Ima, pasti akan selalu dibersihkan kalau ingin membersihkan dalam rumah, siapapun kalau mau nyapu pake sapu kotor selain capek akan sia-sia karena rumah akan tetap kotor. Bahkan, sapu yang cape karena sudah sering dipakai juga akan selalu diupayakan bersih walaupun kondisinya usang.
“Sejatinya sapu yang di maksud kami hanyalah sebagai alat bantu bukan penentu, karena yang mengarahkan sapu itulah penentu kebersihan sebenarnya. Kalau sapu itu diarahkan ke titik yang kotor niscaya akan menjadi bersih kalau sapunya juga bersih,” jelas Ima.
Sapu itu, masih kata Ima, adalah niat dan tindakan dalam memimpin nanti. Kuningan adalah rumah yang besar, terlalu naif jika menyalahkan satu dua orang dalam permasalahan-permasalahan yang terjadi. Semua harus ikut bertanggung jawab semua harus ikut membantu menyelesaikan.
“Solusinya, ya sapunya harus bersih biar yang punya rumah sehat dan gembira, yang nyapu-pun ikut gembira karena hasil kerjanya terlihat dan terasa oleh yang punya rumah. Kalau sapunya sudah tidak layak bahkan patah ya harus ganti yang baru masa dipertahankan,” terang Ima.
“Saya rasa santai saja riang gembira saja supaya proses pendidikan politik menjadi sebenar-benarnya sesuai dengan fungsinya bahwa politik adalah seni mengatur kehidupan bersama bagaimana agar semua manusia merasa damai dan sejahtera,” imbuhnya di akhir. (eki)