KUNINGAN (MASS) – Juru Bicara pasangan calon Bupati dan Wakil Bipati Kuningan nomor urut 1 (Dian-Tuti), Abdul Jalil, nampak geram saat berbicara soal gagal bayar dan miskin ekstrim. Kegeraman itu dinampakkannya saat hadir dalam Podcast Interaktif yang digelar DPC Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) Kuningan, Sabtu (12/10/2024) kemarin.
“Saya sangat konsen, dari dulu bahkan sejak zaman Pak Acep. Karena gak make sanse bagi saya, Kuningan yang gemah ripah loh jinawi, miskin ekstrim 12%,” kata Abdul Jalil.
Ia mengatakan, angka 12 persen itu sangat tinggi. Jika penduduk Kuningan 1,2 juta, maka ada sekitar 200 ribu warga Kuningan yang dikategorikan miskin ekstrim. Kondisi ini, kata Jalil, seperti pukulan telak yang menyentuh ulu hati. Aaplagi datanya resmi dadi BPS.
“Gak habis pikir Kuningan lebih miskin dari Banjar, Cirebon, Indramayu. Padahal di Kuningan sulit menemukan rumah bedeng, tapi (mereka yang punya rumah baik itu, ternyata) sulit menemukan lauk untuk makan,” kata Jalil.
Jalil kemudian menyinggung jaring pengaman sosial yang digelontorkan pemerintah, sampai saat belum bisa jadi solusi. Padahal, lebih dari 200 Milyar anggarannya pengentasannya. Tapi Jalil juga menyayangkan, kebanyakan anggaran ceremonial. Program pengentasan kemiskinan, justru boros untuk Bimteknya, sosialisasinya dan pengawasannya.
“Uangnya hanya kembali ke pejabat yang ikut Bimtek. Ini penting jadi catatan. Saya beberapa kali ngobrol dengan pak Dian, kalo jadi Bupati jangan terlalu banyak acara ceremony, kalo mau aksi aksi saja sudah,” tegas Jalil.
Soal miskin esktrim, Jalil selain meminta semua memplototi anggaran pengentasannya, tapi juga dimulai dari data-nya harus pasti. Jangan sampai beda-beda, karena setiap Pemilu datanya bertambah. Jika disederhanakan, kategori miskin ekstrim itu penghasilannya Rp 12ribu/hari.
“Kalo gagal bayar kita miris sama-sama, kalo dirunut pasti ada aktornya, gak mungkin gak ada aktornya. Dan aktornya gak boleh cuci tangan,” tegas Jalil.
Adapun Podcast Interaktif yang digelar DPC Pertuni sendiri mengusung tajuk Kupas Melon (Kuningan Pasti Mendesak Calon). Kegiatan digelar dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman masyarakat tentang visi dan misi para calon bupati dan wakil bupati. Acara ini merupakan bentuk komitmen DPC Pertuni untuk memberikan ruang dialog antara publik dan calon pemimpin, terutama dalam membahas isu-isu krusial yang sedang dihadapi Kabupaten Kuningan.
Di hari pertama, pasangan calon nomor urut 01, yakni Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., dan Tuti Andriani, SH., M.Kn., tidak dapat hadir secara langsung dan mengirim Abdul Jalil Hermawan sebagai juru bicara.
Sebelum ditanya gagal bayar dan miskin ekstrim, Jalil menjelaskan bahwa paslon 01 berkomitmen untuk memberikan perhatian khusus terhadap kesejahteraan masyarakat penyandang disabilitas melalui program-program inklusif. Ia juga menyoroti rencana paslon 01 untuk memperbaiki kondisi keuangan daerah dan menanggulangi kemiskinan dengan kebijakan berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
“Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh teman-teman Pertuni. Publik harusnya lebih sering menggelar acara seperti ini” ujar Jalil dalam sesi wawancara.
“Dengan adanya diskusi terbuka seperti ini, masyarakat bisa memahami lebih dalam visi dan misi paslon. Ini penting agar ketika mereka memilih, bukan hanya sekedar memilih, tapi berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang kapasitas dan rencana kerja calon pemimpin,” imbuhnya.
Sementara, Ketua DPC Pertuni Kuningan, Budi Hidayah, dalam sambutannya menjelaskan bahwa tujuan diselenggarakannya acara ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang visi dan misi dari seluruh pasangan calon.
“Kupas Melon ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat memahami visi dan misi dari para paslon. Masyarakat bisa menilai dan menjadikan ini sebagai tolak ukur untuk melihat langkah-langkah ke depan jika paslon terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kuningan, ” jelas Budi.
Acara podcast interaktif ini diharapkan dapat menjadi gambaran penting bagi masyarakat dalam menentukan pilihan di Pilbup Kuningan 2024. Dengan adanya diskusi terbuka dan interaktif seperti ini, para calon pemimpin diharapkan bisa lebih transparan dan mampu mendengarkan langsung aspirasi masyarakat. (eki/eva/mgg)