KUNINGAN (MASS) – Apa yang terjadi dalam tubuh Pemkab kuningan hari ini, menjadi sebuah keprihatinan masyarakat Kuningan.
Saya terpanggil untuk menyampaikan apa yanhg menjadi permasalah Kuningan hari ini. Berawal dari posisi Kuningan sebagai kabupaten termiskin ke dua di Jawa Barat tahun 2019 kemarin.
Kemudian ditegaskan dengan naiknya peringkat sebagai kabupaten termiskin no 1 di jawa barat tahun 2020, sungguh-sungguh menyedihkan.
Dulu saya sempat bertanya, kenapa Kuningan begitu terpuruk ? Kemana aja para pemangku kebijakan yg diberikan amanah oleh masyarakat untuk meningkatkan tarap hidup dan kesejahteraan rakyat ?
Akhirnya dengan polemik antara bupati dan wabup hari ini “terjawab sudah”. Jadi selama ini beliau-beliau ini memang tidak memikirkan rakyat.
Bagaimana menjawab signal thn 2019 ketika Kuningan menjadi kabupaten termiskin ke-2 di Jawa Barat, ternyata tidak ada langkah kongkrit pemerintah untuk menjawab itu.
Signal itu ditegaskan dengan makin terpuruknya peringkat Kuningan sebagai kabupaten termiskin di Jawa barat.
Pemimpin (bupati) kita analogikan sebagai dirigen, dia tidak perlu pinter memainkan semua alat musik, dia hanya perlu mengharmonisasikan berbagai nada dan bunyi menjadi sebuah irama yangg indah, kuncinya adalah “komunikasi”.
Saya membaca dari narasi pemberitaan di media, apa yg disampaikan Pa Wabup dan apa yg disampaikan Pa Bupati membuktikan itu, bahwa memang tidak ada komunikasi diantara mereka.
Coba perhatikan statment wabup, bahwa beliau tidak diajak bicara dalm salah satu kebijakan pemerintah kemarin, disisi lain bupati mengatakan “apa-apa bisa dibicarakan” semua sesuai dengan tupoksinya”, dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa memang tidak ada komunikasi.
Sekda sebagai orang ketiga di dalam pemerintahan yg seharusnya bisa menjadi jembatan komunikasi juga ternyata tidak mampu menjalankan fungsi yg seharunya beliau jalankan.
Bupati sebagai bapak nya masyarakat Kuningan, ayo perbaiki komunikasinya, ajak wabup, ajak sekda duduk satu meja, bahas masalah kabupaten Kuningan bersama.
Permasalahan di Kuningan tidak ringan, dari penanganan pandemi yang tidak konsisten, inprastruktur yg tidak merata, pengangguran, pelayanan kesehatan.
Serta masalah kemiskinan, ini tantangan bapa-bapa. Buktikan bahwa rakyat memilih bapa-bapa tidak salah.
Saya mengajak seluruh komponen masyarakat, ayo berikan masukan, kritik-kritik yang pedas sekalipun.
Merujuk periode kepemimpinan Pak Aang dan Bu Utjeu, betapa banyaknya masayarakat yang aktif memberikan masukan dan kritik kepada pemerintahan, ternyata memberikan dampak positif bagai kepemimpinan beliau.
Beliau jd lebih terpacu untuk bekerja membangun kuningan. Kuningan jadi perbincangan bukan hanya regional bahkan nasional.
Sebagai kabupaten dengan APBD kecil tapi mampu membangun dengan mengalahkan kabupaten-kabupaten dengan APBD besar sekalipun.
Tidak seperti sekarang, sepi dari kritik seharunya membuat pemerintahan tenang justru malah makin terpuruk menjadi kabupaten termiskin di Jawa Barat.
Saya membuat sttment ini sebagai bentuk tanggung jawab moral, atas peran dan aktivitas AHAS yang dulu sebagai komponen yg turut menjadi pendukung kemenangan pasangan Acep-Ridho dalam pilkada kemarin. ***
Penulis: Dadang Suhendar
Ketua Ahas Centre Kabupaten Kuningan