JAKARTA (MASS) – Dari Gaza hingga Teheran, dari Laut Merah hingga Yerusalem, ledakan menggantikan diplomasi, dan rasa aman menjadi barang langka. Ketegangan antara Iran dan Israel makin membara sejak serangan udara saling diluncurkan pada pertengahan Juni 2025, hal itu menyeret kawasan Timur Tengah ke dalam pusaran konflik yang lebih luas.
Di tengah kepanikan global dan ketidakpastian politik, Indonesia bergerak cepat, bukan dengan senjata, tetapi dengan kemanusiaan. Melalui jalur diplomasi sunyi dan logistik yang penuh risiko, Indonesia berupaya memastikan satu hal yaitu warganya selamat.
Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, yang mengumumkan keberhasilan pemerintah dalam mengevakuasi 97 orang dari Iran, di tengah meningkatnya konflik bersenjata antara Iran dan Israel.
Dilansir dari infopublik.id, dari jumlah tersebut, 93 merupakan Warga Negara Indonesia (WNI), ditambah 3 staf kedutaan, serta 1 warga negara Iran yang merupakan pasangan dari seorang WNI. Mereka berhasil melintasi perbatasan Iran–Azerbaijan dalam perjalanan panjang selama hampir 16 jam, sebelum akhirnya tiba dengan selamat di Baku, Azerbaijan, dan kini sedang beristirahat.
“Alhamdulillah, proses berjalan cukup aman dan lancar, meski situasi perbatasan cukup ramai dibanding biasanya,” ujar Menlu Sugiono dalam keterangan resminya di sela-sela Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Kerja Sama Islam (KTM OKI) yang tengah digelar di Turki.
Tak hanya dari Iran, empat WNI juga berhasil dievakuasi dari wilayah Israel melalui jalur Yordania. Meski tidak banyak disorot, proses itu merupakan bagian dari evakuasi bertahap yang tengah dijalankan Kementerian Luar Negeri untuk meminimalisir risiko dan menghindari eksposur di tengah konflik aktif.
“Tahap pertama telah berjalan dengan baik. Kami harap seluruh proses berikutnya juga dapat berjalan lancar,” tambahnya.
Ketegangan antara Israel dan Iran memuncak sejak serangan udara Israel menghantam beberapa fasilitas militer dan nuklir di Iran pada Juni ini. Iran membalas secara langsung di hari yang sama, meningkatkan risiko eskalasi besar yang bisa menyeret negara-negara lain ke medan perang.
Indonesia, melalui sikap luar negerinya yang konsisten, menyerukan penyelesaian konflik melalui meja perundingan, bukan medan tempur.
“Ada keinginan dan kebijaksanaan untuk membawa ketegangan ini ke jalur diplomasi. Kami mohon dukungan doa dari seluruh masyarakat Indonesia,” harapnya. (argi)
