KUNINGAN (MASS) – Upaya peningkatan kesehatan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Darma, Kabupaten Kuningan, mendapat gebrakan baru melalui kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Mahasiswa profesi bidan yang menjalani praktik di Desa Sukarasa itu menghadirkan 5 inovasi unggulan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Mahasiswa yang terjun praktik sebanyak 5 orang yaitu Auliatika Mugnia, Nining Suhartini, Siti Fawwaz Husna Fitrian, Suci Hentriesa dan Yuli Rustanti. Dibawah bimbingan Helmi Diana, SST., M.Keb., Bdn sebagai pembimbing akademik, dan Wuri Nurfandilah Handayani, S.Tr.Keb., Bdn sebagai pembimbing lahan di Puskesmas Darma, mereka mampu merealisasikan inovasi secara konsisten. Walhasil, inovasi tersebut terbukti memberikan dampak positif terhadap penurunan angka ibu hamil risiko tinggi sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan ibu dan anak.
Yuli Rustanti, salah satu dari mahasiswa menjelaskan, kegiatan praktik yang berlangsung sejak 15 September hingga 11 Oktober 2025 ini merupakan bagian dari implementasi pembelajaran lapangan dalam mata kuliah Kebidanan Komunitas, dengan fokus pada pendekatan promotif dan preventif. Melalui metode Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), mahasiswa bersama tenaga kesehatan dan perangkat desa melakukan pemetaan permasalahan kesehatan di Desa Sukarasa wilayah Kerja UPTD Puskesmas Darma.
Sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan praktik kebidanan komunitas, Lima mahasiswa profesi bidan melakukan koordinasi dengan Kepala UPTD Puskesmas Darma H. Saepudin, S. AP., Ners., M.MKes terkait kegiatan yang akan dilakukan. Ia memberikan dukungan penuh dan menaruh harapan besar, dengan adanya program tersebut dapat memberikan pengaruh besar terkait derajat Kesehatan ibu dan anak.
Selain berkoordinasi dengan kepala puskesmas, mahasiswa berkoordinasi juga dengan Kepala Desa Sukarasa, Toto Sugiarto. “Kami menyambut baik kegiatan yang akan dilakukan oleh para mahasiswa. Semoga dengan adanya program ini bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi ibu hamil dan keluarganya, khususnya di desa kami,” harap Toto.
Berdasarkan hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang dilakukan pada tanggal 15-20 September 2025 melalui penyebaran kuesioner google form, didapatkan 3 prioritas masalah yang muncul yaitu tingginya angka kebiasaan merokok menjadi permasalahan utama dengan persentase mencapai 80%, permasalahan kedua tingginya angka ibu hamil dengan risiko tinggi yaitu sebesar 66,6%, dan Permasalahan ketiga Adalah Skrinning Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan persentase sebesar 58%.
“Hasil SMD ini selanjutnya dijadikan dasar dalam pelaksanaan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk menentukan prioritas masalah utama dan rencana tindak lanjut,” ungkap Auliatika Mugnia, mahasiswa profesi bidan yang juga terjun ke lapangan.
Pelaksanaan MMD dilaksanakan pada 24 September 2025 yang dihadiri oleh Kasubag TU UPTD Puskesmas Darma, Kepala Desa Sukara, Pembimbing Lapangan Mahasiswa Profesi Bidan, Ketua TP PKK Desa Sukarasa, dan Kader Kesehatan. Berdasarkan hasil MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) masyarakat dan pemangku kebijakan setempat bersepakat menetapkan tingginya angka ibu hamil risiko tinggi sebagai prioritas utama untuk ditindaklanjuti.
“Faktor penyebab utama tingginya ibu hamil resiko tinggi diantaranya usia kehamilan diatas 35 tahun, Anemia, jarak kehamilan yang terlalu dekat, KEK, kehamilan lebih dari 4, serta kurangnya pemeriksaan kehamilan secara teratur,” papar Auliatika.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, mahasiswa meluncurkan lima inovasi berbasis pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada upaya promotif dan preventif, dengan melibatkan kader posyandu, bidan desa, dan pemerintah desa Sukarasa. Inovasi tersebut yaitu :
- SICEPAT KILAT – Siapkan Calon Donor Darah Empat (Ibu Hamil, Lahir, Nifas, Selamat): Program ini berfokus pada mempersiapkan empat calon pendonor darah bagi setiap ibu hamil, agar ketika terjadi komplikasi seperti perdarahan, darah bisa segera tersedia tanpa menunggu lama, membentuk bank darah desa dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat untuk donor darah darurat bagi ibu bersalin. Tak hanya meningkatkan kesiapan ibu hamil, program ini juga menumbuhkan rasa gotong royong dan kepedulian sosial antarwarga. Bank Darah Desa kini memiliki koordinator untuk setiap golongan darah (A, B, AB, dan O), dan bahkan sudah merancang kerja sama rutin dengan PMI untuk kegiatan donor darah.
- IKAN GEMUK – Informasi dan Konseling Gerakan Memanfaatkan Buku KIA: Upaya optimalisasi Buku KIA dalam pengawasan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil. Kegiatannya berupada edukasi kepada ibu hamil dan keluarga tentang manfaat Buku KIA dan cara pengisiannya pada lembar pemantauan minum tablet tambah darah. Setelah itu dilakukan pengawasan dan evaluasi yang dilihat dari pengisian lembar pemantauan Buku KIA masing-masing ibu hamil yang dikirim melalui whatsapp grup ibu hamil. Setelah dilakukan inovasi terlihat perbedaan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah sebanyak 8 orang dari 9 orang ibu hamil patuh dan mengkonsumsi tablet tambah darah.
- GEBRAKAN SI BINTANG – Gerakan Bersama Amankan Kehamilan dengan Stiker Bintang: Sistem pemantauan ibu hamil risiko tinggi melalui pemasangan stiker bintang pada Buku KIA serta peningkatan pengetahuan ibu hamil Terhadap kehamilan resiko tinggi dengan menampilkan video edukatif untuk meningkatkan pengetahuan, pemantauan, dan keterlibatan keluarga, kader serta tenaga kesehatan dalam menjaga kesehatan ibu hamil.
- PUDACHI PLUS – Puding Kacang Hijau + Lemon, Cegah Anemia: Inovasi makanan bergizi berbasis pangan lokal yang kaya zat besi, protein, dan vitamin C, terbukti membantu meningkatkan kadar hemoglobin serta mencegah anemia pada ibu hamil.
- MAMA KELOR – Mari Mencegah KEK dengan Cemilan Stik Daun Kelor: mengolah bahan pangan lokal menjadi kudapan sehat untuk mencegah Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil.
Kelima inovasi ini tidak hanya mendapat sambutan hangat dari masyarakat, tetapi juga diapresiasi oleh pihak Puskesmas dan pemerintah desa. Selain kegiatan inovatif, mahasiswa juga melakukan edukasi kesehatan, pemeriksaan kehamilan, dan pemantauan gizi ibu hamil melalui posyandu.
Keberhasilan program ini tidak terlepas dari kolaborasi lintas sektor antara mahasiswa, tenaga kesehatan, kader posyandu, dan pemerintah desa. Kepala Desa Sukarasa menyambut baik inisiatif tersebut dan menyatakan dukungan penuh agar inovasi dapat menjadi program berkelanjutan.
Evaluasi kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan pada kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dan konsumsi gizi seimbang. Kepala Puskesmas Darma berharap, inovasi yang telah berjalan dapat diadopsi menjadi program rutin tingkat desa dan direplikasi di wilayah lain.
Kegiatan praktik kebidanan komunitas di Desa Sukarasa menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan kesehatan tinggi berperan aktif dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Melalui inovasi sederhana namun berdampak besar, mahasiswa Poltekkes Tasikmalaya berhasil menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari desa, dengan kolaborasi dan kepedulian bersama.
Program ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk mengembangkan teknologi tepat guna dalam pelayanan kebidanan berbasis komunitas, demi mewujudkan ibu hamil yang sehat, bayi yang kuat, dan keluarga yang sejahtera. (deden)
