KUNINGAN (MASS) – Tahun ini, Desa Padamenak Kecamatan Jalaksana menginjak usia yang ke-356. Selama tiga abad setengah, desa ini sudah jadi saksi sejarah panjang manusia yang ada di dalamnya.
Memperingati hari jadinya itu, Desa Padamenak menggelar kegiatan yang dilakukan di alun-alun desa setempat. Peringatan itu, dilakukan pada Senin (4/7/2022) kemarin.
Nampak hadir dalam peringatan tersebut, Bupati Kuningan H Acep Purnama SH MH didampingi Wakil Bupati M Ridho Suganda SH M Si dan ketua DPRD Nuzul Rachdy SE.
Hadir juga dalam acara tersebut, wakil dari keraton Kesepuhan Cirebon seperti Patih Seih Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat, Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat serta Kerabat Keraton Kesepuhan mewakili Sultan Sepuh XV.
Acara sendiri, nampak diikuti dengan meriah dan antusias oleh warga dan aparat desa setempat. Apalagi, ditampilkan dalam acara tersebut hal-hal perpaduan kesenian dan budaya.
Kepala Desa Ibrohim mengatakan, konon Desa Padamenak ini dulunya sempat disinggahi Pangeran Cakrabuana, (dikenal juga sebagai Walangsungsang, yang disebut-sebut pendiri Cirebon) beristirahat bersama prajurit.
Pangeran, dikatakan terlelap beberapa jam karena tempatnya yangenak dan nyaman. Setelah bangun, Pangeran juga merasa tunuhnya lebih segar.
“Pangeran bilang ke prajurit pake bahasa Jawa, Pedukuhan kuwen arep diupai aran pada enak, sababe kita liren sing kene kuh awak kita pada enak kabeh pisan (Pemukiman itu akan diberi nama Padamenak, sebab kita beristirahat disini badan kita terasa enak sekali), dari situlah kata Padamenak diambil,” ucapnya.
Sementara, Bupati Acep berpesan pada kesempatan tersebut, agar melalui perayaan milad ini masyarakat bisa sadar akan sejarah dan meningkatkan kecintaan pada daerah.
“Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke (ada nya jaman sekarang itu karena adanya jaman dulu, jangan lupakan sejarah, jangan lupakan jasa para pahlawan),” ucap Bupati.
Acep berharap, momentum ini bisa jadi titik kesadaran beraama berapa pentingnya sejarah demi kelangsungan berbangsa dan bernegara.
“Karena kecintaan terhadap daerah dimulai dari lingkup terkecil yaitu desa kemudian sampai ke level yang paling besar yaitu tanah air tercinta Republik Indonesia,” tuturnya. (eki)