KUNINGAN (MASS) – Kasus gantung diri Santi Susanti di Dusun Puhun RT 13/04 Desa/Kecamatan Kramatmulya menambah daftar panjang kasus gantung diri yang terjadi di Kabupaten Kuningan selama tahun 2017. Hingga bulan September sudah ada delapan kasus gantung diri yang terjadi di kota kuda.
Kuninganmass.com akan mencoba mengulas kembali satu persatu kejadian itu. Kasus pertama terjadi pada Senin 13 Maret.
Kasus ini terjadi pada Senin pagi sekitar jam 07.00 WIB dimana korbannya adalah Wasdi (49) warga Dusun Cibangkawang RT 02/02 Desa Randusari Kecamatan Cibeureum. Wasdi gantung diri pohon jati di kebun milik salah satu warga.
Pada saat kejadian korban menggunakan kaos biru, celana biru dongker dan peci putih. Wasdi gantung diri setelah belum lama pulang dari Jakarta.
Dugaan sementara Wadi nekad karena ada permasalahan ekonomi. Ia sehari-hari berjualan di Jakarta bersama istrinya. Ketika gantung dirinya istrinya tengah di Jakrta menjaga kios.
Kasus gantung diri selanjutnya terjadi pada tanggal 16 April di Desa Cigaruggak Kecamatan Ciawigebang. Korbanya adalah DS yang berusia 17 tahun. Dugaan sementara karena masalah asmara.
Sementara itu kasus gantung diri yang paling sering terjadi adalah pada bulan Juli. Dalam catatan kuninganmass.com ada lima kasus. Bahkan dalam sehari ada dua kasus yang nyaris bersamaan terjadi.
Kejadian dimulai pada tanggal 2 Juli terjadi di Jembatan Kutaraja Parenca Kecamatan Maleber, dimana korbanya adalah Budi (33) warga Dusun Puhun RT 15/04 Desa Kutaraja Kecamatan Maleber.
Budi nekad memilih mengikatkan tambang di lehernya. Sebelumnya tambang di ikat jembatan dan kemudian ia loncat dari jembatan. Dugaan kuat Budi melakukan aksi nekad itu karena masalah asmara.
Masih pada bulan Juli gantung diri terjadi di Dusun 2 RT/RW 07/02 Desa Parung Kecamatan Darma pada Kamis (13/7/2017). Korbanya adalah Korbannya adalah Dea (14) dara asal Kabupaten Garut yang diangkat anak oleh H Ohim warga setempat.
Korban nekad melakukan gantung diri ditempat jemuran yang berada di lantai 3 rumah H Ohim. Dugaan aksi nekad Dea karena merasa tidak diperhatikan oleh ibunya yang menikah lagi.
Kejadian ini yang paling heboh di Kuningan karena melibatkan remaja usai 13 tahun. Masyarakat menyayangkan kejadian ini terjadi terlebih korban masih belia.
Empat hari setelah di parung kejadian gantung diri kembali terjadi di Dusun Wage Desa Sakerta Timur tepatnya pada tanggal 17 Juli. Korbannya adalah Carmin (82).
Ia nekad gantung diri setelah tidak kuat menahan penderitaan sakit yang dialaminya selama dua tahun ini. Jasad korban tergantung di saung dan ditemukan oleh Ukirah warga setempat.
Korban sempat beberapa kali mencoba melukan gantung diri dan percobaan terakhir berhasil. Ia pada jam 2 malam meminta izin ke anaknya untuk kencing.
Sedangkan pada 31 Juli kejadian gantung diri nyaris bersamaan waktunya. Dimana yang pertama adalah di Desa Parakan RT 02 /01 Kecamatan Maleber pada Minggu siang (31/7/2017) sekitar jam 13.30 WIB.
Korbanya adalah Joni (75). Ia memilih gandir di pohon coklat samping rumah. Korban frustasi dengan sakit yang diderita tidak kunjung sembuh sehingga memilih jalan terakhir gantung diri.
Kemudian kejadian gantung diri selanjutnya adalah di Dusun Wage RT 05/05 Desa/Kecamatan Cibingbin. Kalau kakek Joni memilih gantung diri jam 13.30, Adun Ayi (30) setengah jam kemudian atau sekitar jam 14.00 WIB.
Adun Ayi yang sudah menikah itu memilih gantung diri di dapur dengan menggunakan tali tambang. Korban, diduga nekat gandir kerena terjadi perselisihan dengan istrinya.
Sementara kejadian terakhir pada tanggal 14 September yang melibatkan Santi Susanti. Hingga saat ini motif ibu dua anak masih dalam penyelidikan. (agus)