KUNINGAN (MASS) – Setelah menunjukkan bukti keanggotaannya di PDIP, Dede Sembada (Desem) menjelaskan soal komunikasi politik yang dibangun dengan parpol lain. Terutama komunikasi dengan PKS yang kini berdampak pada munculnya data Desem di SIPOL KPU sebagai kader partai tersebut.
“Kalau mereka datang (kader PKS) ke sini sudah barang tentu saya harus menerima. Karena saya wakil bupati maka semua tamu harus dilayani. Tapi saya tak bicara hal yang terfokus pada pilkada. Kita bicaranya umum gimana arah Kuningan ke depan seperti apa,” kata Desem.
Komunikasi tersebut, imbuhnya, bukan hanya dengan PKS saja. Melainkan dengan sejumlah parpol lain, seperti PAN dan Gerindra. “Pak H Udin (ketua PAN) ngebel pengen ketemu. Masa saya tidak welcome. Pak haji datang, ya saya terima. Biasa ngobrol,” tuturnya.
Sama halnya dengan H Dede Ismail, ketua Gerindra, menurut Desem bersilaturahmi pula. Semuanya diterima, namun ketika ditanya hal yang menyangkut pilkada, Desem menjawab sedang focus melaksanakan tugas.
“Ya arah-arahnya menyinggung masalah itu, mengapa saya tak ikut proses penjaringan. Pada saat itu saya berpikir saya mah konsen melaksanakan tugas saja. Toh kalau saya tak direkomendasi oleh DPP juga, saya jadi Plt bupati nantinya. Saya berpikirnya seperti itu,” ungkap Desem.
Ia berharap jangan diasumsikan ada komunikasi-komunikasi yang mengarah ke pilkada. Sebab yang dibicarakan lebih bersifat umm bagaimana Kuningan ke depan. Menurut Desem, komunikasi itu penting karena setelah jadi Plt bupati secara otomatis dirinya harus baik-baik dengan semua kekuatan politik.
“Jadi bukan hanya dengan PKS. Dengan PAN, PKB, semua. Dengan Gerindra juga. Komunikasi kan suatu hal biasa. Asal tak mengarah kepada hal-hal itu. Karena saya tahu masing-masing parpol juga sudah punya jagonya sendiri. PAN ada H Udin, PKS juga ada H Agus, Gerindra dulu ada dr Toto, lalu H Robby,” ucapnya.
Khusus PKS, Desem menyebutkan, yang pertama mendatanginya ialah Ketua Fraksi PKS, Dede Sudrajat. Namun seperti penuturan awal, bicaranya baik-baik dan bicara umum, tak focus bicara pada masalah pilkada.
“Karena saya tahu di PKS itu ada pak Agus Budiman sebagai salah satu kandidat. Dan posisi saya waktu itu juga tak punya kepentingan lantaran tak ikut fit and propertest. Komunikasi yang dilakukan arahnya antisipasi kalau nanti jadi Plt bupati, minimalnya ada komunikasi yang terbangun,” papar Desem.
Menurutnya, prosedur KTA itu dipastikan ada surat permohonan. Sebelumnya ada pernyataan keluar dari partai sebelumnya. Sementara ia tidak pernah menyatakan keluar dari PDIP, hanya tak mengikuti fit and propertest saja.
“Saya 20 tahun jadi kader PDIP berawal jadi bendahara Ranting Desa Pangkalan tahun 1998 silam,” sebutnya sambil menunjukkan bukti surat pernyataan di rumah dinasnya Minggu (12/11/2017) malam.
Sementara itu, isu dugaan KTA ganda sudah tembus ke DPP PDIP. Desem mengakui telah mendapat telepon langsung guna meminta klarifikasi. Olehnya dijelaskan apa adanya. Desem berharap, dari kejadian itu ada hikmahnya membuat ratingnya menjadi naik karena dibicarakan banyak orang. (deden)