KUNINGAN (MASS) – Sebelumnya diberitakan, salah satu anggota DPRD Kabupaten Kuningan, selain IF, juga mengatakan maksudnya untuk mundur dari gedung parlemen, Deki Zaenal Mutaqin. Politisi Gerindra yang terpilih di dapil 5 itu, secara mengejutkan bilang mundur.
Kuninganmass.com sendiri, mencoba mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Dan pada Selasa (17/8/2021) malam, alasan dan penjelasannya itu keluar langsung dari anggota legislatif yang belum genap dua tahunan itu, di rumahnya dan melakukan wawancara. Wawancara juga ditayangkan dalam bentuk video di Chanel Youtube Kuningan Mass.
Deki, yang pada kesempatan itu diwawacarai Jurnalis Kuningan Mass Deden Rijalul Umam, menyatakan dengan gamblang, bahwa pengunduran dirinya itu bukanlah sensasi belaka. Meski sebelumnya sudah didatangi ketua partai Dede Ismail, keputusannya tidak berubah.
“Betul tidak ? Saya akui dengan penuh kesadaran tanpa tekanan dari manapun setelah mengingat menimbang dan memutuskan, saya nyatakan itu benar,” ujarnya dalam wawancara yang dibalut dengan nuansa santai itu.
Dirinya menegaskan, bahwa dirinya tidak ingin bermain-main di ruang publik dengan soal-soal tidak penting. Meskipun sangat mungkin, masih kata Deki, ada sebagian yang menganggap bahwa ah ini Deki sedang strategi atau siasat, bahkan tujuan lain.
“Tapi itu kan kebebasan berfikir dari temen-temen di luar. Tentu pak ketua, sebagai pucuk pimpinan partai yang sedang saya duduki ini, dengan bijaksana datang kesini. Padahal kalo memanggil pun, saya pasti akan datang. Beliau mengkonfirmasi soal itu, dan menanyakan hal ihwal kenapa saya mundur dari parlemen. Ya kami bercerita menyampaikan hal-hal yang beliau tanyakan. (Soal mundur) Insyaallah sangat serius,” paparnya panjang lebar.
Dengan partai, Deki dengan gambalang menyebutkan berkomunikasi proaktif, ada dialog interaktif perihal kemundurannya itu. Deki memastikan tidak ada masalah dengan partai, mengaku sangat nyaman. Istilah Deki, Perjuangan yang dibangun, diusung, dan dicita-citakan serta diproyeksikan dalam sebuah gerakan politik praktis, Deki mengaku sangat nyaman.
“Namun ya ini sudah menjadi keputusan saya bersama keluarga, namun karena sewaktu pemenangan saya juga melibatkan tim, tentu saya sudah bersilaturahim dan meminta pandangan. Saya tidak mau, ada pihak-pihak orang yang bersinggungan secara langsung dengan saya itu tidak menerima informasi ini lebih dahulu. Saya khususnya secara pribadi, menemui PAC dapil 5 satu-persatu, sekalian pamit,” sebutnya.
Saat kembali dipertanyakan adakah masalah yang menerpanya hingga membuatnya mengundurkan diri dari parlemen, Deki menjawab cukup diplomatis. Semua wilayah dari sisi kehidupan, pasti ada masalah. Tapi apakah masalah itu jadi alasan sikap yang diambil, ya itu juga jadi pertanyaan.
Tapi, kata Deki, adakah masalah yang membuat saya harus mundur dari parlemen, dirinya merasa tidak ada masalah. Baik dari internal partai ataupun di luar partai. Deki hanya berharap, keputuannya itu jadi pembelajaran politik untuknya secara pribadi.
“Jujur memang keputusan ini tidak mudah, bagi saya pribadi. Melalui proses yang panjang, perjuangan yang sudah coba kita bangun. Tapi bukan berarti, ketika saya mengambil keputusan keluar dari parlemen terus saya menghentikan berbagai upaya kaitan dengan perjuangan-perjuangan kerakyatan. Insyaallah saya tetap istiqomah untuk tetap berjuang, tapi mungkin di tempat dan ruang yang berbeda,” ujar lelaki yang dilantik 9 September 2019 lalu itu.
Kembali dipertanyakan apakah kemundurannya itu memiliki alasan kuat, Deki menegaskan tentu beralasan. Alasan itu, diharapkanya menjadi kemashalahatan bersama, khususnya untuk pribadi.
“2 tahun saya berada di parlemen, dan jujur sampai hari ini saya merasa belum bisa berbuat banyak. Dengan berbagai kondisi, baik itu sistem tekhnis maupun non tekhnis. Ada kegelisahan, karena ternyata mengemban amanah rakyat itu tidak mudah,” ujarnya.
Deki mengaku merasakan langsung, bahkan sampai hari ini, memikul apa yang sudah dititipkan rakyat tidak semudah yang dilihat dan tidak semudah yang didengar. Deki bilang, Mungkin pundak ini terlalu rapuh untuk tanggung jawab yang begitu besar.
“Sempat terjadi pergulatan batin, apakah langkah yang saya ambil saya ini sikap pengecut saya seolah lari dari medan tempur untuk jadi aspirator wakil rakyat di kuningan. Atau ini jadi bagian takdir yang sudah digariskan. Sebetulnya, kalo bicara takdir, saya sudah ditakdirkan jadi anggota DPRD. Apalagi, untuk sampai disini dibutuhkan tenaga, waktu, dan pikiran yang banyak. Perjuangannya tidak mudah dan tidak murah,” katanya lagi.
Dengan panjang lebar, Deki meminta maaf untuk keluarga, sahabat, terlebih tim dan terutama masyarakat. Deki mengaku bukan mau lari dari tanggung jawab, tapi justru sebaliknya, barangkali masih ada orang di sekitarnya di Kuningan yang lebih pantas dan lebih layak menduduki posisinya. Deki mengaku tidak mau memaksakan diri, apalagi selama dua tahun itu, Deki merasa sudah berusaha berjuang.
“Kalo proses kemunduran ini berjalan sesuai rencana, saya sudah divonis mundur dari parlemen secara administrasi kenegaraan, partai sudah mengijinkan, saya akan meminta maaf kepada masyarakat dan resmi akan disampaikan,” ucapnya.
Kaitan dengan kepartaian, Deki mengaku akan tetap loyal meski nanti tidak lagi di gedung parlemen. Apalagi, saat ini Deki sendiri merupakan ketua Satria, salah satu sayap partai Gerindra. Namun perihal adakah kemungkinan tidak diijinkan partai untuk keluar dari parlemen, Deki mengaku sudah banyak bertanya kaitan dengan mekanisme dan regulasi, langkah yang harus diambil sesuai patsun partai.
“Dan insyaalah saya akan tadzim manut saya akan ikut perintah partai kaitan dengan prosesi kemunduran saya di partai politik terkait kemunduran saya,” ujarnya sembari bercerita soal teknis kedepan yang mungkin harus berkirim surat ke Bupati, diteruskan dan di-ACC turunnya oleh Gubernur.
Ditanya sekali lagi apakah selama ini di partainya tengah ada gejolak, Deki menjawab awalnya dengan diplomatis bahwa semua partai mengalami hal itu. Tapi disebutnya hanya konflik yang biasa, seperti romantika dinamika, bukan konflik seperti konflik dalam arti sesungguhnya. Hanya hal-hal biasa saja, saling berdebat, saling berargumen mengusulkan gagasan, bukan konflik signifikan alasan kemunduran.
Dirinya juga menegaskan, kemundurannya tidak ada korelasi dengan kemunduran IF. Hanya saja, ini hanya kebetulan karena memang kebetulan waktunya berdekatan.
Ditanya perihal ada kesan berat untuk menjadi calon anggota dewan, dan dikhawatirkan orang yang akan nyalon akan berfikir dua kali karena efek panjang kemundurannya, Deki justru bersyukur jika persepsinya demikian.
“Kalo ada hikmah, jangan-jangan yang mau nyalon berfikir apa berat jadi dewan ini, itu bagus. Sehingga seleksi orang yang akan masuk lembaga DPR yang mulia, akan bagus, tidak sembarangan,” imbuhnya.
Deki kembali menegaskan, hampir 2 tahun menjabat sebagai legislator dan tidak berdampak seperti yang diharapkan. Apalagi soal cita-cita, dan harapan serta inspirasi rakyat. Selama itu pula, deki secara pribadi, menyebut memang apa yang diharapkan masyarakat belum berhasil.
Ditanya lagi kenapa dan masalahnya apa, termasuk adakah kemungkinan cengkraman kekuasaan terlalu kuat hingga dirinya tidak bisa berekspresi bebas, Deki menjelaskan bahwa hal-hal itu harus dilihat utuh masalahnya dimana, apakah sistemnya tidak sempurna, subjek pembuatnya tidak sempurna, atau kondisinya tidak sempurna atau rakyatnya yang tidak sempurna.
“Saya berharap, dan percaya yang menggantikan saya lebih baik dari saya. Insyaallah, karena kader-kader kita terlatih.Kalo saya harus gentle, masalahnya ada di saya. Bukan di politik, bukan di aprlemen, apakah kekuasaan terlalu mencengkram sehingga kebebasan berekspressi sesuai yang ditanyakan, masalahnya di saya. Artinya, seorang Deki ini tidak cukup kuat,” jawabnya lugas.
Diakuinya, kadang memang ada pergulatan yang membuat saya berfikir kenapa saya mengambil keputusan ini. Tapi di momen kemerdekaan ini, Deki berharap keputusannya jadi kado terbaik buat semua, baik pribadi dan terutama lagi, untuk rakyat.
“Tapi saya pastikan, selama dua tahun ini sudah berjuang,” ujarnya tegas.
Wawancara sendiri, dibalut dengan nuansa yang santai meski kadang tensinya kembali serius dan menjurus. (eki/deden)