KUNINGAN (MASS) – Dalam diskusi bertajuk “Ngaji Kitab Bidayatul Hidayah #1,” yang diadakan oleh Kofi Santri Institute, Imam Al-Ghazali menjadi sorotan utama. Pada sesi pertama ini, diajak untuk merenungkan pesan mendalam dari karya monumental Imam Al-Ghazali, Kitab Bidayatul Hidayah, yang mengingatkan kita tentang bahaya ilmu tanpa amal yang baik dan niat yang tulus.
Ilmu yang Menyesatkan
Imam Ghazali, sebagai salah satu ulama besar dalam sejarah Islam, menekankan bahwa ilmu bukan sekadar kumpulan informasi, melainkan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai kebahagiaan hakiki. Dalam Bidayatul Hidayah, ia menyebutkan bahwa ilmu yang tidak disertai amal dan niat yang lurus justru dapat membawa kehancuran bagi pemiliknya. Ilmu semacam ini, menurut Al-Ghazali, bisa menumbuhkan kesombongan dan rasa superioritas yang berbahaya, serta menyimpang dari tujuan sejati hidup manusia, yaitu mencari keridhaan Allah.
Ilmu Tanpa Amal: Sumber Kehancuran
Al-Ghazali secara tajam mengkritik ilmu yang hanya dijadikan alat untuk mencari keuntungan duniawi, seperti kekuasaan, popularitas, atau harta. Ia menegaskan bahwa ilmu yang berorientasi pada tujuan duniawi seperti itu akan membawa kebinasaan, tidak hanya bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi masyarakat dan agama. Ilmu, jika tidak disertai dengan amal shaleh, akan menjadi beban, bukannya berkah.
Pentingnya Adab dalam Menuntut Ilmu
Selain itu, Al-Ghazali juga mengingatkan tentang pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Dalam pandangan beliau, ilmu tidak boleh dipandang sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan untuk keuntungan pribadi. Sebaliknya, ilmu harus menjadi sarana untuk memperbaiki diri dan memberikan manfaat bagi umat manusia. Dengan demikian, ilmu harus dilandasi dengan niat yang ikhlas dan dilaksanakan dengan kebijaksanaan.
Relevansi Pemikiran Al-Ghazali di Era Modern
Refleksi dari pemikiran Al-Ghazali ini semakin relevan di tengah era modern, di mana penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sering dianggap sebagai ukuran utama kesuksesan. Masyarakat terkadang lebih menghargai kecerdasan dan keahlian, padahal kesuksesan hakiki terletak pada sejauh mana ilmu tersebut membawa kita lebih dekat kepada Allah dan memberi manfaat bagi orang lain.
Dalam sesi ini, Ali Khowas A.B., Direktur Kofi Santri Institute, mengajak peserta untuk merenungkan pesan penting ini. Ia mengingatkan kita semua untuk selalu bertanya pada diri sendiri: Apakah ilmu yang kita pelajari mendekatkan kita kepada kebaikan dan kebahagiaan sejati? Apakah niat kita dalam menuntut ilmu sudah bersih dan lurus? Apakah ilmu yang kita miliki kita amalkan untuk kebaikan umat, bukan hanya untuk kepentingan pribadi?
“Semoga dengan merenungi pesan Imam Ghazali, kita semua bisa lebih bijaksana dalam menyikapi ilmu pengetahuan, menjadikannya sebagai jalan untuk mencapai keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat,” harapnya.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang ilmu, diharapkan kita dapat memanfaatkannya untuk kebaikan bersama, sesuai dengan ajaran-ajaran yang diwariskan oleh para ulama besar seperti Imam Ghazali.
Ali Khowas A.B.
Direktur Kofi Santri Institute