KUNINGAN (MASS) – Waduk Darma yang luas 425 Ha merupakan berkah bagi Kuningan dan daerah lainnya, karena air melimpah itu bisa jadikan sumber PAM dan untuk pertanian.
Dibalik itu juga adanya waduk dijadikan tempat budidaya KJA (Kolam Jaring Apung) serta juga lahan untuk para nelayan di waduk.
Ada satu hal yang tidak diketahui oleh warga lainnya. Disaat pandemi covid-19 ini ternyata ada harta karun yang memberikan penghidupan bagi warga terutama bagi para pengurus Kompepar yakni tutut.
Pasalanya, selama pandemi objek wisata di tutup sehingga mereka tidak mempunyai pemasuk. Namun, dengan adanya tutut mereka bisa hidup.
“Sehari bisa 8 kwintal hingga 1 ton. Warga yang bisa mendapatkan penghasilan,” ujar Ketua Kompepar Jagara Oyon.
Oyon mengaku, tutut itu dijual ke dengan harga Rp3.000/Kg dan untuk yang sudah diolah seperti tutut crispy mencapai Rp30 ribu.
Pangsa pasarnya adalah Kota Bandung dan pihaknya saat ini mendapatkan pembinaan dari pihak Bappeda Kuningan untuk pemasaran dan juga budidiya.
“Terakhir ada tutut 2016 dan kini muncul lagi. Kami tengah berpikir kerasa bagaimana agar setiap hari ada dan bisa dipanen sepanjang tahun,” jelasnya.
Oyon mengaku, cara menangkap tutut cukup mudah yakni dengan menggunakan belahan bambu. Bambu tersebut menggunakan benang dan dipasang memanjang di pinggir waduk.
Para penangkap tutut dengan menggunakan sampan tinggal mengangkat belahan bambu dan memasukan tutut ke perahu. Setelah diambil maka bambu dipasing kembali.
“Sebenarnya tutut menempel di bambu tidak ada batasan waktu. Kalau tututnya dibawah banyak ketika kita pasang maka akan langsung menempel,” ucapnya lagi.
Ia mengaku, meski tutut Cibinbing terkenal dimana-mana. Namun untuk bahan baku banyak dipasok dari Waduk Darma.
“Tutut waduk tidak bau leutak atau tanah sehingga pasarannya lebih mahal, dibanding tutut sawah,” sebut pria yang juga fotografer di waduk itu.(agus)