KUNINGAN (Mass) – Bencana banjir yang kerap melanda belakangan ini menuai reaksi dari Hana Nining, seorang aktivis lingkungan dari Komunitas Dadaliwani. Dia meminta semua pihak agar mulai menyahabati alam yang sudah tidak bersahabat lagi.
“Tolong hentikan kerusakan lingkungan, paling tidak meminimalisir. Malu kita. Masa (daerah) pegunungan banjir, ngaco. Alam sudah tidak bersahabat karena kita tidak menyahabati alam,” pinta Hana Nining kepada kuninganmass.com, Selasa (21/2/2017).
Dirinya merasa prihatin atas terjadinya banjir yang seumur-umur belum pernah terjadi sebesar kemarin. Sebabnya, lingkungan kini banyak dirusak, seperti alih fungsi lahan yang merajalela dan lain sebagainya.
“Kaya sawah dialihfungsikan jadi perumahan, hutan juga begitu. Bukit dipotong jadi perumahan. Pohon besar ditebang juga begitu. Resapannya sudah tidak ada,” ungkapnya.
Dicontohkan Hana, daerah Sampora dan Caracas Kecamatan Cilimus. Sejak dulu ia sudah bicara bukit jangan sampai dirusak. Kejadiannya sekarang dilanda bencana.
“Di depan rumah saya itu kan ada kali kecil. Pas hujan air tidak meluap, setengahnya. Jadi sebetulnya bukan air dari hulu. Ini akibat bukit yang dipotong, yang tadinya resapan air,” kata perempuan yang tinggal di Caracas itu.
Sedangkan di Tugu Ikan Sampora terdapat kali yang dalam, ia mempertanyakan airnya darimana jika bukan dari atas.
Hana mengakui, bencana banjir bukan hanya akibat kerusakan alam. Sampah yang dibuang sembarangan pun jadi penyebab. Maka dari itu, sampah plastik yang tak bisa diurai dicoba olehnya dimasukkan ke dalam botol.
“Kita padatkan plastik dalam botol. Sudah terkumpul 10 botol yang nanti akan dibikin kursi. Nah kalau saja se Kuningan melakukan seperti itu, setidaknya bisa mengatasi sampah plastik yang membahayakan,” harapnya.
Dia menambahkan, banjir di Cirebon lebih parah. Sifat air itu menurutnya, mencari titik terendah. Jika lingkungan Kuningan rusak, maka Cirebon bisa jadi lautan.
Untuk itu, Hana meminta agar hentikan kerusakan lingkungan. Bupati diminta pula agar jangan terlalu gampang mengeluarkan ijin alih fungsi lahan.
“Di Indramayu saja sulit keluarkan ijin alih fungsi lahan, kenapa di Kuningan sebagai kabupaten konservasi gampang sekali. Jadi, kepada semua, bukan hanya kepada bupati saja, tolong bersahabat dengan alam,” ajak Hana.
Keberadaan taman-taman di Kuningan pun tak terlepas dari kritiknya. Ia melihat sebagian besar taman tembok minim resapan. Jika diprosentasekan ruang terbuka hijau (RTH) di taman hanya 30 persen. Akan lebih baik apabila RTH taman itu 70 persen. (deden)